DILAN 1991 (2019)
Rasyidharry
Maret 01, 2019
Ence Bagus
,
Fajar Bustomi
,
Happy Salma
,
Indonesian Film
,
Iqbaal Ramadhan
,
Ira Wibowo
,
Lumayan
,
Pidi Baiq
,
Refal Hady
,
REVIEW
,
Romance
,
Titien Wattimena
,
Vanesha Prescilla
40 komentar
Alasan materi promosi Dilan 1991 menjual filmnya sebagai “fotokopi”
Dilan 1990, yang murni bergantung
pada keeksentrikan si tokoh tituler serta rayuan unik (atau aneh?) miliknya,
bisa dimengerti. Formula tersebut lebih dari sekadar sukses. Adaptasi novel
karya Pidi Baiq itu pantas disebut fenomena budaya populer. Kalimat-kalimat
maupun adegannya melahirkan jutaan meme
sekaligus menjadi film lokal terlaris kedua sepanjang masa. Saya yakin Dilan 1991 bakal mengulang, bahkan bisa
melebihi kesuksesan itu. Silahkan tengok jumlah penonton hari pertama yang akan
dengan gampang menghempaskan rekor Warkop
DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 (313 ribu).
Apabila anda tak tahan dengan
pendekatan film pertamanya, mudah untuk memandang rendah apa yang trailer-nya tampilkan. Bahkan saya yang
mampu menoleransi puisi gombal Dilan, merasa pesimis dan memasang ekspektasi
rendah. Dilan 1991 dibuka lewat
pemandangan yang sesuai ekspektasi tersebut. Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea
(Vanesha Prescilla) yang telah resmi berpacaran, sedang berboncengan di bawah
guyuran hujan. Tentu saja sepanjang perjalanan, Dilan sibuk membombardir
telinga sang kekasih dengan baris-baris kalimat ajaib yang membuat saya
merinding geli.
Sampai beberapa lama, naskah
garapan Titien Wattimena (Salawaku, Dilan
1990, Aruna & Lidahnya) dan Pidi Baiq (juga merangkap sutradara) masih
belum beranjak dari jalur tersebut. Walau cukup melelahkan, saya akui gestur “ciuman
tangan” Dilan-Milea akan melahirkan hal ikonik baru di kalangan remaja. Tapi
begitu konflik bermunculan, Dilan 1991
memperlihatkan wajah aslinya sebagai romansa remaja dengan hati.
Konfliknya tidak baru maupun
kompleks, masih mondar-mandir seputar dua muda-mudi dimabuk cinta yang berusaha
mempertahankan hubungan mereka. Kini Milea, yang sudah merasa mempunyai hak
bicara sebagai kekasih, mulai berani vokal mengutarakan ketidaksukaan perihal
bergabungnya Dilan dalam geng motor. Milea khawatir, suatu hari aktivitas itu
bakal menempatkan Dilan di tengah situasi berbahaya. Kekhawatiran yang akhirnya
terbukti tepat.
Masalah di atas sederhana, namun relatable. Keinginan Milea masuk akal,
tapi Dilan dengan hatinya yang sekeras batu menolak dikekang. Tersimpan potensi
yang sayangnya urung naskahnya jamah, yakni soal penggalian sisi personal
Dilan. Menyelami isi hati terdalamnya, mengeksplorasi dinamika psikis atau
rasanya, bisa membuat penonton memahami Dilan dengan sendirinya, daripada harus
diberitahu secara verbal oleh dialog-dialog.
Dengan begitu, Dilan bukan saja
sesosok mesin puisi, tapi manusia sungguhan. Walau belum maksimal, setidaknya kini
kita dapat sekilas melihatnya, ketika tak semua interaksi Dilan-Milea diisi
buaian gombal. Adegan Milea menyuapi roti menunjukkan wajah percintaan yang
lebih membumi sekaligus memberi Iqbaal kesempatan menampilkan akting natural
sesuai bakatnya. Beruntung bagi Vanesha, karakterisasi Milea memfasilitasi
kapasitas akting dramatiknya. Bersenjatakan tangisan yang ampuh menusuk hati,
bahkan kalimat klise macam “Aku sayang kamu, Dilan” terdengar menyentuh.
Perjalanan Milea menciptakan drama
emosional bagi penonton turut dibantu kehadiran dua sosok wanita: Bunda Dilan
(Ira Wibowo) dan Ibu Milea (Happy Salma). Bunda lebih aktif dan lantang,
sedangkan Ibu penuh kelembutan. Keduanya saling melengkapi, sama-sama sosok
wanita mengagumkan, dan senantiasa menebarkan kehangatan kasih sayang ibu tiap
kali muncul di layar.
Faktor lain di balik peningkatan
pesat bobot emosinya dibanding film pertama adalah makin apiknya pengarahan Pidi
Baiq dan Fajar Bustomi (Jagoan Instan,
Surat Kecil untuk Tuhan, Dilan 1990) dalam meramu momen menyentuh, meski anda
takkan menemukan kesubtilan dari pengadeganan mereka. Sementara lagu-lagu
seperti Rindu Sendiri dan Dulu Kita Masih SMA yang telah mengakar di
benak penonton turut berkontribusi melahirkan suasana manis. Saya tak malu
mengakui bahwa di beberapa kesempatan, termasuk montase saat Milea mengenang
memori di Bandung (adegan “kenangan” dalam film adalah kelemahan saya), air
mata nyaris mengalir.
Penceritaan Dilan 1991 tak sepenuhnya mulus. Progresi ceritanya disusun lewat
gaya episodik dan durasi 121 menit jelas terlampau panjang. Banyak poin minim
substansi, seperti kemunculan kembali Kang Adi (Refal Hady) hingga subplot
tentang Pak Dedi (Ence Bagus) si guru genit bisa dibuang tanpa merusak intisari
kisah. Saya pun terganggu oleh dekorasi bioskop, yang meski telah mendesain
ulang loket penjualan tiket, secara keseluruhan nampak begitu kekinian. Sisanya
saya tak bisa banyak berkomentar karena tak mengetahui detail kondisi Bandung
awal 90-an.
Memiliki sederet kekurangan tadi, Dilan 1991 jelas jauh dari sempurna.
Tapi apabila sebuah romansa mampu melahirkan protagonis likeable (khususnya Milea), bahkan mengaduk-aduk perasaan, bagi
saya itu sudah cukup. Dilan 1991
merupakan sekuel memuaskan yang tampil superior dibanding pendahulunya dan
menyulut ketertarikan akan film berikutnya: Milea.
PS: Terdapat post-credits scene, namun sangat pendek dan tak seberapa penting kecuali
bagi penggemar berat.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
40 komentar :
Comment Page:Bantu jawab mas.. mengenai eksploitasi karakter dilan.. mngkin itu akan terjawab di buku/film ketiga "milea" krn diambil dari sudut pandang dilan sendiri dan dijelaskan mengenai alasan2 dr keputusan dilan
Tapi dilan 1991 ini kok sy tdk tertarik nontòn?? Ditambah sdh baca novelnya Cringenya sdh tdk tertahankan😁
Dari awal ke tengah film masih oke oke aja. Eh makin akhir malah ada and*vi . Cringe banget omg. Ga cocok. Agak nyesel nonton dilan 1991 . Kalo akhirnya ngeliat muka and*vi dan denger suaranya yang cringe itu -_-.
Terlepas dari itu ni film kyknya pas banget buat orang yang baperan 😂. Nangis saya dibuatnya
Sumpah cringe. Gw pas adegan milea sama and*vi pelukan itu rasanya mau teriak di dalem ruangan bioskop.
Faaakkkkkkk so cringe dude. Ga cocok banget. Minimal cari pemerna yg lain kek jangan dia. So cringeeyyyyyyy.
Baru malam ini mau nonton.. :D
Lihat komen2nya diberbagai review pada ga suka sama and**i ya haha..
Mau nanya Diluar topik nih mas apa emang harus film2 lokal sekarang menampilkan youtuber?
Pertama baca review mas Rasyid kirain BAGUS, ternyata ENCE BAGUS, hehehehe..
Gara² Dilan nih weekend ini gw nggk ada planning nonton bioskop, semua bioskop muter Dilan semua, hadeeeh..
Gimana mas komentarnya mengenai 800rebuh penonton hari pertama?
Walaupun gw nggk pengen nuntun Dilan, semoga film Indonesia makin maju, makin banyak penonton yang ngerame'in bioskop, jangan nunggu diputer di tipi..
Haha gak usah disensor. Emang Andovi terlalu jomplang buat jadi "lawan" Iqbaal. Cuma entah, mungkin di novel emang gitu. Mungkin perspektifnya, karena anak sekarang demen yutub, kalau ajak yutuber film jadi laris. Ternyata nggak, karena penontonnya emang beda. Tapi ajak yutuber main juga ada untungnya, karena bisa promo lewat channel mereka.
Oh, maksudnya "eksploitasi" di sini, film pertamanya kan emang cuma ngandelin Dilan dan kegombalannya. Nothing more. Nah di film kedua ini oke, karena kadar yang secukupnya
Hehe mau komentar apa soal angka itu selain luar biasa? Weekend ini paling udah tembus 3 juta, bahkan bisa di atas 3,5 juta. Selama stabil (dan kemungkinan besar gitu), tinggal tunggu waktu tembus 7 juta.
Dilan 1991 Cetak Rekor Box Office sepanjang masa 800 Ribu Penonton Saat Tayang Perdana
nih pendapatnya gimana bang rasyid?
seberapa sedihkah nih film sampe ane liat ada orang nagis pas udah nonton dilan?
Menurut mas rasyid lebih bagus mana dear nathan atau dilan?
Tuh kalo pendapat soal jumlah penonton udah di komentar atas. Selama filmnya dibuat dengan bener, selalu seneng kalau ada rekor pecah.
Well, soal seberapa sedih udah ditulis di review. Saya juga hampir nangis. Soal putus cinta, memori, dan (sedikit) elemen keluarga emang formula ampuh bikin baper.
@Chan: Maksudnya "eksplorasi" kaliiii, kok eksploitasi wkwk
Dear Nathan > Dilan 1991 > Hello Salma > Dilan 1990
Tai, daripada Andovi, lebih cocok kalo Rael VNGNC, atau sekalian aja Yanglek
liat trailernya seolah lebih ancur dari film pertama karena trailernya jauh lebih cringeeee dari trailer film pertama, tapi ternyata lumayan ya, nonton ga ya
Klo dilan ini ada di kjadian nyata..gw rasa pacar2 nya si dilan ini pada selingkuh..gombal mulu jajan kagak..gombalan nya kyk minta di tabok..
Nyatanya ada kok cewek yang naksir parah sama cowok gituan haha. Jangankan bocah, dewasa aja ada
Karena pada tahu, yang dicari fans itu gombalannya. Jadi yang dijual lewat trailer itu
Itulah kenapa dilan 1991 laku keras 😂. Di hari pertama tayang di jam 10:30 aja banyak anak sma, smp yang cabut nonton dilan dan pake seragam.studio penuhh. Dan gw denger suara nangis mereka karena saking heningnya wkwk
Selalu seneng kalau denger ada film Nasional yg sukses, apalagi pegang rekor Ter dihari pertama pemutaran, rejekinya Dilan 1991. Elemen memory dan scene keluarga memang paling bikin baper disini, soal cinta2 an nya, belum ada yg baru, Tetep seneng kalau ada film yang mutunya dinilai mas Rasyid lumayan, terus bisa box office gini. Mungkin perlu dipelajari gimana tim promo n marketing film ini bekerja, sampai ada yg nekad bolos sekolah buat ke cinema ( beneran yaa?)
Dilan itu beneran winning formula: genre favorit + tema romansa anak muda + aktor idola + source material yang udah punya fanbase. Begitu masuk film kedua, perilisannya makin dijual bukan cuma sekadar "rilis film", tapi "national event". Sampai ada Dilan Day segala. Jadinya fans gak akan ogah ke bioskop, karena kesan yang didapet adalah: aku ibadah.
Mas Rasyid,
Itu Dilan pake lipstick yak, masa lebih tebel lipstick Dilan dibanding Milea, wkwkwkwkkwk..
Vanesha beneran sukses memerankan Milea.. Dia yang mutusin, dia yang galau, dia yang nyesel, dia yang nangis, hadeeh..
Aslee nyebelin banget..
Apa cewe² jaman now begitu yak Mas, wkwkwkekek..
Sepertinya lebih berkualitas kisah cinta Haris Risjad-Keara-Rully..
#team_antologi_rasa
Oia, mengenai dekorasi bioskop, menurut saya sih sudah 90an banget, dengan loket sesuai studio masing² ditambah poster film Ghost yang mengingatkan memori saya 30 tahun yang lalu..
Apalagi kotak susu ultr* coklat di kantin, uang limaratus'an jadul, walaupun hanya beberapa detik tetapi sangat mewakili era90an.
Angkatan 90an mana suara'nyaaaaaa..
Wkwkwkwkwkwk..
Walaupun kurang suka dengan tema kisah cinta anak jaman now, tapi Dilan 1991 menghibur..
Ayo dukung film Indonesia, biar jumlah penontonnya memecahkan rekor Dilan 1990..
Dibandingkan Rompis bagusan mana bang?
Kenapa dear nathan yg sedikit diatas dilan penontonnya jauh banget sama dilan
Setuju sih kalo scene ence bagus mending dibuang dan yg harusnya dimasukin scene dilan yg diusir sm bapaknya.. karena kayaknya ga ada dilan dan bapaknya di 1 scene.. (ups maaf spoiler)
Sering kejadian mah itu mau cewek apa cowok. Mutusin karena kebawa emosi terus akhirnya nyesel juga.
Rompis lebih konsisten asyiknya.
Karena Jefri Nichol fanbase-nya belum semasif Iqbaal. Materi adaptasinya juga kalah tenar. Dear Nathan juga nggak jualan kalimat gombal. Belum lagi ditambah urusan marketing.
Nah ini bener. Momen itu jauh lebih ada signifikansinya.
Makasih mas Rasyid atas penjelasannya.
@Adit: karena novel Dilan jauh lebih fenomenal daripada novel Dear Nathan, hype untuk filmnya jadi lebih tinggi.
Btw, dalam medium novel kalau baca dua-duanya, novel Dilan emang lebih berkelas dari Dear Nathan (dari segi narasi, diksi, dll...), tapi ketika diadaptasi ke medium film, justru Dear Nathan lebih berkualitas.
Kalau pindah medium, emang udah bukan karya yg sama lagi. Contoh aja Forrest Gump yang diangkat dari novel "murah" bisa jadi film mahal, sementara itu banyak film ancur yang diadaptasi dari novel-novel pemenang Nobel Sastra.
Bang minta (spoiler) credit scenenya donk. Tadi ga sempet liat karena lagi HIV (Hasrat Ingin Vivis). Makasihh bang Rasyid
Yap, itulah tantangan menerjemahkan ke media lain (dalam hal ini audio visual). Makanya banyak novel yang dibilang "unfilmable" karena beberapa hal emang susah diangkat ke media lain.
SPOILER
Milea nelpon Dilan, bilang "Halo".
Udah 😂
Wadawwww....(spoiler) masak Milea udah merit ada cincin ditangan tp masi blum move on dari cinta sma'nya?hahahaa.
Tp gw akuin Iqball aktingnya bisa natural sih,memang dia punya xfactor yg membuat film ini punya nyawa. saya ga yakin kalo diperanin orang lain bakal seboom ini.
Oke deh thank you spoiler credit scenenya bang!
*spoiler
Adegan "mau di wakilin apa langsung" itu mereka beneran cipokan manjah mesrah gak sih kira2. Dan kalo ada adegan cipokan kenapa harus di cut :(
Nggak lah, memang dari awal kan fimnya buat usia remaja awal, nggak akan ada ciuman frontal.
Film begini dapat rating sama dengan captain marvell. Sorry but come on, what the hell
There's no apple-to-apple comparison on movie rating, especially if both movies came from a very different "species". Kecuali kalau Dilan vs Dear Nathan atau Captain Marvel vs Wonder Woman. Itu pun mesti lewat pembahasan lebih lanjut (yang dilalukan reviewer di tulisannya).
Posting Komentar