ARWAH NONI BELANDA (2019)

27 komentar
Arwah Noni Belanda adalah salah satu komedi terlucu tahun ini!

*Sayup-sayup terdengar bisikan* “Mas, ini horor, bukan komedi”.

Apa maksudnya ini bukan komedi?! Saya jelas menemukan setumpuk momen menggelitik, contohnya ketika Kevin (Ferdian Aryadi) menyebut “evil” sebagai “efel” alih-alih “e·vil”. Mustahil film non-komedi mampu sehebat itu mengocok perut. Bagaimana bisa, di saat.....ah, saya mengerti. This is not a comedy, but simply a highly incompetent movie.

Walau Arwah Noni Belanda cuma berdurasi 75 menit, rasanya seperti menonton Avengers: Endgame 75 kali berturut-turut tanpa henti. Tanpa diperbolehkan makan, minum, atau buang air. Pokoknya neraka dunia.

Bukan saja diakibatkan kualitas yang tiarap, juga karena filmnya bergerak begitu lambat supaya ketiadaan cerita tersamarkan. Kata “lambat” di sini bermakna literal. Beberapa establishing shot berlangsung amat lama, saya sempat berpikir sang sutradara lupa berteriak “cut!” atau tertidur di tengah proses pengambilan gambar. Bisa juga sinematografer dan para kameraman yang terlelap, melihat banyaknya gerak kamera acak. Mungkin itu sebuah kecelakaan kala sang juru kamera kebosanan, lalu terkantuk-kantuk dan tidan sengaja menyenggol lensa.

Mari kembali membahas alur, yang bertutur tentang Sarah (Sara Wijayanto), yang baru saja pindah bersama suaminya, Kevin, dan puteri mereka, Amely (Nayla D Purnama), ke rumah yang diberikan sang bos sebagai fasilitas. Fasilitas apa??? Apakah King Javed (Angker, Tujuh Bidadari) selaku penulis naskah lupa mencantumkan latar belakang mengenai pekerjaan Sarah? Atau sutradara lupa mengambil gambarnya? Ataukah momen itu tertinggal di ruang penyuntingan?

Barulah di pertengahan, Kevin menyinggung perihal maksud kedatangan Sarah ke rumah tersebut, yakni guna menulis novel horor berdasarkan kehidupan Hellen Van Stolch (Milena Tunguz), gadis Belanda yang tewas pada 1834. Tidak butuh waktu lama hingga arwah Hellen menampakkan diri lewat cara-cara konyol, yang membuat saya berpikir bahwa sang sutradara, Agus H Mawardy alias Agus Pestol (Tebus, Valentine), memang berusaha menggiring filmnya ke ranah komedi. And please Mr. Pestol, change your nickname into shotgun, bazooka, or grenade. Those sound cooler than PESTOL.

Saya tergelak oleh banyak hal, misalnya teriakan Sara Wijayanto dan Ferdian Aryadi yang terdengar bak baru melihat kecoa terbang ketimbang hantu, atau ketika kita diperlihatkan visualisasi monitor laptop berisi tulisan Sara yang penuh kesalahan penulisan (“angin” menjadi “angina”, “datang” menjadi “dating”). Sekali lagi, apakah orang-orang di balik film ini bekerja sambil tidur? Apakah mereka sungguh-sungguh niat bekerja/berkarya? Apakah mereka peduli???

Arwah Tumbal....ah, maaf, itu film sampah yang berbeda. Arwah Noni Belanda berusaha keras menyembunyikan kemalasan King Javed (apakah beliau punya hubungan darah dengan Baginda KKD dan Sultan Nayato?) menulis alur secara layak. Di samping establishing shot berdurasi abadi yang sudah saya singgung, bisa ditemukan juga gerak kamera selambat siput, juga situasi repetitif, tatkala filmnya mencekoki penonton dengan adegan Sarah memandang foto-foto Hellen. Durasi terus bergulir, namun ceritanya jalan di tempat. Apa namanya kalau bukan mengulur waktu?

Guna mempresentasikan cerita tentang Hellen, Arwah Tumbal Noni....arrggh fuckin hell....Arwah Noni Belanda memanfaatkan sekuen mimpi, membawa kita mundur ke tahun 1834, mengungkap keseluruhan kisah sedikit demi sedikit. Ceritanya sendiri memang sedikit. Jika disatukan, mungkin tak sampai 10 menit. Sekuen mimpinya muncul berkali-kali, bahkan sempat terjadi mimpi dalam mimpi yang akan membuat Christopher Nolan minder akan pencapaian Inception. Film ini patut dianugerahi rekor MURI sebagai film Indonesia dengan jumlah mimpi terbanyak.

Alurnya ditutup oleh twist semrawut yang bakal membuat penonton garuk-garuk kepala dan pantat, kemudian disusul timeskip selama tiga bulan. Apa yang terjadi setelah tiga bulan? TIDAK ADA. Nihil elemen baru maupun progres bagi perjalanan karakternya. Saran saya, apabila anda tetap nekat ingin menghamburkan uang untuk menonton film ini, perlakukan Arwah Noni Belanda sebagai film komedi. Bisa jadi anda terpuaskan.

27 komentar :

Comment Page:
Mahendrata Iragan Kusumawijaya mengatakan...

Bareng berapa orang bang nonton ni pilem?

Panca mengatakan...

Terimakasih mas udah selamatkan uang saya..mending buat Sekte..
Btw Yg membuat masih dapet setengah bintang apa mas? Kaarena kasihan?

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

terimakasih baginda rasyid
telah memberi petunjuk kepada khalayak ramai

Vian mengatakan...

"Jangan nilai buku dari covernya." Kayaknya pepatah ini ga berlaku ya di industri perfilman qta. Kalau rumusnya udah "sutradara yang belum dikenal + tidak ada pemain kelas atas + genrenya horor", tanpa perlu baca sinopsis atau liat trailer pun udah bisa menebak gimana reviewnya kelak. Hehe.

Anonim mengatakan...

Kenapa ga dikasih nilai 0 aja sekalian mas? Apakah film seperti ini masih layak dapet nilai walaupun cuma setengah?

Rasyidharry mengatakan...

15 orang lebih kayaknya. Bisa 20. Termasuk saya sama 3 orang Cinecrib

Rasyidharry mengatakan...

Kalau 0 sama kayak 5, harus ada special case. Bisa felem belum jadi, ofensif, atau stupidity beyond measure 😂

Rasyidharry mengatakan...

Sama-sama rakyatku~~

Rasyidharry mengatakan...

Sayangnya di banyak kasus begitu

Aditya mengatakan...

barusan nonton review nya mas rasyid sama orang cinecrib, dari awal udah pesimis sih sama film ini

Akbar Pradhana mengatakan...

Lebih bagus kalau judul filmnya "Arwah Tumbal Noni Belanda"

Unknown mengatakan...

Ngakak anjeer garuk² p*nt*t, hahahha..

Mas Rasyid,
Kayanya belum bisa move on nih sama Arwah Tumbal Nyai, wkwkwkwk..
ATN dibandingkan dengan Wahana Rumah Hantu lebih ancur mana mas?
Wkwkwkwkwk..

Chan hadinata mengatakan...

The deadly duo cine crib nonton jg??
Btw.. selamat ulang tahun mas rasyid semoga trus menjadi bagian juru selamat atas ancaman nyata film sampah😁

Rasyidharry mengatakan...

Itu nonton langsung take, biar emosinya nggak kependem😂

Rasyidharry mengatakan...

Lebi bagus kalau ndak tayang sih~~~

Rasyidharry mengatakan...

Jelas WAHANA RUMAH HANTU! Itu udah macam troll. Felem terjelek sepanjang masa setara Comic Kong x Kong

Rasyidharry mengatakan...

Oh yes. Kita butuh teman berbagi penderitaan.

Haha thanks, doakan sehat biar terus kuat nonton ginian

Vian mengatakan...

Promonya aja bukan menjual ceritanya, melainkan gimmick2 ala2 acara mistis, sprti keterlibatan org pintar dalam penggarapannya, adanya kru yg kesurupan, ttg bagaimana Sara yang ktnya pnya indera keenam mengeluarkan roh yg merasuki mereka... *lol*

Unknown mengatakan...

Wah mas'e ulang tahun..

Selamat ulang tahun nggih mas, semoga review'nya makin pelit kasi bintang'nya, wkwkwkwk..

Anyway, happy birthday, all the best not only for you but MOVFREAK as well!!

Rasyidharry mengatakan...

Bener tapi, felemnya bisa bikin roh penonton keluar saking jeleknya

Rasyidharry mengatakan...

Thanks! Movfreak juga bulan ini genap 9 tahun. Mudah-mudahan lancar proses "pindah rumahnya" :)

Imam rahmad raharja mengatakan...

Mas sebenarnya permasalahan diperfilmn kita itu apa sih? Tentunya selain soal dukungan pemerintah ya...maksudku kok bisa film2 kek.gini tayang di bioskop, dan penulis maupun sutradar apakah tidak mendiskusikan setelah filmnya selesai, film ini layak gak sih keluar untuk dotonton? Terima kasih

Rasyidharry mengatakan...

Kalau bahas permasalahan ya banyak banget. Jelas salah satu yang utama itu kualitas penulis. Masih sedikit penulis kita yang bagus (dibanding jumlah proyek yang ada). Banyak juga sineas & produser yang pemahaman akan filmnya rendah, jadi nggak tahu mana bagus/jelek. Tapi ujungnya, kalau film begini pun penontonnya masih banyak, ya mau ngomong apa lagi? Soal layak tayang atau nggak ya buat saya nggak ada standar untuk itu. Selama memenuhi prosedur dan legalitas, sejelek apa pun tetep layak tayang. Makanya tergantung penonton.

ei mengatakan...

permasalahan di film kita itu sebenernya ga ada....

coba dibuat prosentase film yg dibuat hollywood dalam setahun, film yg jelek vs film yg bagus

dibandingkan sama produksi film kita setahun prosentase film jelek bagusnya

bisa jadi imbang atau malah bagusan prosentase film kita....

bollywood bisa ribuan (atau malah mungkin puluhan ribu film kalo digabung sama tamil, malayalam, dll) film setahun, tapi yg bagus juga pasti prosentasenya ga jauh beda....

Rasyidharry mengatakan...

Lebih tepatnya: setiap industri punya masalah yang beda-beda 😁

Unknown mengatakan...

Makasih om sdh direview..akhirnya ga jadi nonton..hehe.

maca maskirana mengatakan...

datang dr cinecrib setelah nonton review kalian yg ngakak abis ternyata versi blognya kejam dan tajam bgt, lucunya review setajam apapun tetap ya mereka ga lelah bikin horor sampah tiap minggunya. nice blogbang. keep reviewing bang!