DE DE PYAAR DE (2019)
Rasyidharry
Mei 18, 2019
Ajay Devgn
,
Akiv Ali
,
Comedy
,
Hindi Movie
,
Lumayan
,
Luv Ranjan
,
Rakul Preet Singh
,
REVIEW
,
Romance
,
Surabhi Bhatnagar
,
Tabu
,
Tarun Jain
10 komentar
Apakah perbedaan usia mempengaruhi
hubungan romansa? Mantap menyebut “usia hanyalah angka” akan terdengar seperti
penyangkalan naif, tapi seperti dituturkan De
De Pyaar De, itu bukan faktor penentu tunggal. Ketika dua individu berada dalam
“satu frekuensi”, perbedaan tersebut justru dapat melengkapi keping-keping
puzzle hidup seseorang ketimbang mengacaukannya.
Ashish (Ajay Devgn) adalah duda
berusia 50 tahun sekaligus pebisnis kaya raya di London. Bukan cuma berkarisma,
Ashish pun memiliki citra “gentleman”,
yang dibuktikan ketika ia enggan mencuri kesempatan saat gadis cantik 26 tahun
bernama Ayesha (Rakul Preet Singh) mabuk berat selepas pesta dan tertidur di
rumahnya. Ketertarikan di antara mereka timbul sejak itu.
Stigmanya jelas: pria tua kaya raya
terpesona oleh fisik wanita muda, wanita muda tertarik pada harta si pria tua.
Tapi naskah buatan Luv Ranjan (Pyaar Ka
Punchnama, Sonu Ke Titu Ki Sweety), Surabhi Bhatnagar (Dil Juunglee), dan Tarun Jain (Pyaar
Ka Punchnama 2) secara cerdik menampilkan bahwa bukan hubungan semacam itu
yang terjalin, dengan membangun interaksi kedua tokoh utama lewat deretan banter jenaka.
Ashish dan Ayesha saling menggoda,
melempar “hinaan” yang kebanyakan berkutat seputar usia masing-masing, dan tak
sekalipun mereka kehabisan kata. Balasan tajam selalu terlontar, memproduksi nuansa
manis yang memudahkan kita percaya jika keduanya saling terkoneksi. Walau mulut
berkata “tidak”, mata mereka menyatakan sebaliknya. Seolah saling dorong untuk
menjauhkan diri, sesungguhnya mereka tengah saling tarik demi mendekatkan hati.
Pendekatan tersebut, ditambah ragam
variasi humor efektif dari verbal hingga lelucon referensial (kalau tidak salah
lagu tema Singham sempat terdengar) dan pengadeganan cekatan dari sutradara Akiv Ali, menghadirkan dinamika juga hiburan luar biasa, yang memiliki romantisme lebih
dari cukup guna memancing kepedulian akan hubungan dua protagonis. Saya ingin
mereka selalu bersama.
Meski penulisan dialog merupakan
kunci, jalan yang De De Pyaar De
tempuh jelas membutuhkan chemistry
kedua pemeran utama, dan serupa karakter yang dimainkan, Ajay Devgn dan Rakul
Preet Singh saling melengkapi. Rakul bertenaga, Ajay lebih tenang, dan
pertemuan dua kutub berseberangan itu membuat
paruh pertamanya jadi salah satu komedi-romantis Bollywood paling memuaskan
selama beberapa waktu terakhir.
Kenapa saya sering menekankan “paruh
pertama”? Karena paruh keduanya adalah titik balik mengejutkan. Titik balik
yang amat problematik, kemunculannya nyaris merusak keseluruhan film andai tidak
dibarengi keberhasilan paruh pertama merebut simpati untuk protagonisnya. Ashish
mengajak Ayesha ke India, mempertemukan sang kekasih dengan keluarganya,
termasuk si mantan istri, Manju (Tabu) beserta kedua anaknya yang berusia tidak
jauh dari Ayesha. Tapi realita tidak semulus rencana. Timbul berbagai kejutan,
dan beberapa di antaranya mengubah persepsi positif saya terhadap Ashish.
Dari pria terhormat, Ashish menjadi
pengecut, dan dari film yang memasang perspektif modern terkait ragam isu
sosial (perceraian, tinggal bersama sebelum menikah, hubungan beda usia,
gender), De De Pyaar De bagai menjadi
usaha menjustifikasi perselingkuhan dan kegagalan pria menahan nafsu. Dari
jajaran masalah yang diperkenalkan di paruh kedua, semuanya bermuara ke persoalan
keluarga dan percintaan. Teruntuk konflik keluarga, Ashish berkesempatan
menebus kesalahan, namun dalam urusan asmara, ia terus melakukan tindakan yang
sukar dimaafkan, bahkan hingga akhir. Pun dia terlalu pengecut untuk berinisiatif
mencari jalan keluar.
Di samping komedi yang tak pernah
kehilangan kelucuan, sebagaimana Manju seorang diri merekatkan keluarganya,
penampilan Tabu menjaga film ini agar tak seutuhnya runtuh. Menyaksikannya
berdiri kokoh di atas tumpukan permasalahan dengan sorot mata tanpa rasa takut
adalah sesuatu yang tidak ingin anda lewatkan.
Benar bahwa tidak seperti yang
dikhawatirkan banyak pihak, De De Pyaar
De bukan kisah soal dua wanita memperebutkan pria—yang sejatinya sah-sah
saja—namun ini adalah bentuk pemakluman atas mimpi nakal pria di mana mereka
bisa berbuat semaunya. Tapi paruh pertamanya sangat mengesankan hingga mampu mengatrol
keseluruhan kualitas film. Mungkin perasaan “terlanjur cinta” macam ini yang
mendorong Manju dan Ayesha bersedia memaafkan Ashish. Memang keliru, tapi
bagaimana bisa saya membohongi perasaan?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
10 komentar :
Comment Page:Apakah tanggal 22 mei nanti bakal terjadi kerusuhan ?
Pesona Tabu gak bisa dilawan sih.. sedappp
Ck, doyannya tante-tante ya ini
Anjirr bukan tante tp mateng.. lah dia kan masi single🤣🤣
Bang bakalan review upin ipin gak? Nunggu review-an bang rasyid nih hehe
Kan "tante" nggak harus ada "om" 😂
Katanya sih lumayan, tapi lagi berhemat, jadi lewat deh
Bang awas ada yang bawa baw pulitik tuh bang
Bang, X-Men DP kan film terakhir xmen sebelom dibeli sama disney. Berarti rada gak guna kah kalo nnton XMDP, kalo settingan xmen di atur ulang sama disney...
Ya anggeplah perpisahan buat X-Men yang udah hampir dua dekade nemenin kita. Lagian Disney nggak akan bikin X-Men versi mereka dalam waktu dekat.
Posting Komentar