BEBAS (2019)
Rasyidharry
Oktober 04, 2019
Agatha Pricilla
,
Amanda Rawles
,
Bagus
,
Baim Wong
,
Comedy
,
Drama
,
Gina S. Noer
,
Indonesian Film
,
Indy Barends
,
Lutesha
,
Maizura
,
Mira Lesmana
,
REVIEW
,
Riri Riza
,
Sheryl Sheinafia
,
Susan Bachtiar
,
Zulfa Maharani
13 komentar
Selama pembuatnya tidak mengacau, remake dari Sunny (2011) takkan berakhir buruk, karena basis materinya luar
biasa solid, meski sederhana. Bebas, selaku
remake ketiga setelah versi Vietnam, Go Go Sisters, dan versi Jepang, Sunny: Our Hearts Beat Together yang
sama-sama rilis tahun lalu, membuktikan itu. Kelemahan tercipta saat naskahnya
melakukan modifikasi berupa pengurangan elemen cerita, sementara titik-titik
terbaik hadir dalam momen reka ulang yang setia terhadap materi aslinya.
Pemakaian judul Bebas merujuk pada lagu legendaris
berjudul sama karya Iwa K, sekaligus nama geng di mana protagonisnya, Vina
Panduwinata (Maizura) si murid baru, tergabung. Geng Bebas dipimpin oleh
Krisdayanti (Sheryl Sheinafia), siswi jago bela diri yang disegani di sekolah.
Ya, jika Sunny mengambil nama girl group seperti So Nyeo Shi Dae alias
Girls’ Generation (kalau tak salah Fin.K.L. juga sempat disebut) untuk gengnya,
maka Bebas menjadikan nama diva tanah
air sebagai nama karakter.
Selain keduanya, geng Bebas juga
beranggotakan tiga perempuan; Jessica (Agatha Pricilla) yang gemar mempercantik
diri, Gina (Zulfa Maharani) si gadis kaya, Suci (Lutesha) si model ternama, dan
seorang laki-laki, yaitu Jojo (Baskara Mahendra). Tentu perpisahan tak
terelakkan, tapi keenam remaja ini bersumpah akan terus bersama meski kelak
tumbuh dewasa. 25 tahun pun berlalu.
Vina dewasa (Marsha Timothy) telah
hidup mapan tapi ia merasa hampa. Tanpa sadar, dia hanyalah karakter pendukung
di kehidupannya. Istri seseorang, ibu seseorang, dan melupakann identitas diri
sendiri. Sampai Vina bertemu Kris (Susan Bachtiar) yang terbaring di rumah
sakit dan divonis umurnya tinggal tersisa dua bulan. Permintaan terakhir Kris
adalah agar Vina mengumpulkan geng Bebas sekali lagi sebelum ajal menjemputnya.
Naskah buatan Mira Lesmana (Ada Apa dengan Cinta?, Laskar Pelangi,
Kulari ke Pantai) dan Gina S. Noer (Posesif,
Keluarga Cemara, Dua Garis Biru) secara keseluruha masih mengikuti pola
yang diterapkan naskah aslinya yang ditulis oleh Kang Hyeong-cheol. Tetap
menerapkan narasi non-linear yang terus melompat antar era sekarang dan SMA,
pun masih mengusung tema besar mengenai kesemuan masa dewasa kala individu
melupakan jati dirinya akibat tuntutan realita.
Tapi seperti sudah saya singgung,
ada perubahan. Beberapa memberi kekhasan, beberapa justru melemahkan. Perubahan
yang berhasil, terkait penggantian gender karakter. Keberadaan Jojo membawa Bebas menyinggung perihal identitas
gender, preferensi seksual, serta pandangan sosial akan machismo. Sosok
penindas di sekolah pun diubah jadi laki-laki, yakni Andra (Giorgino Abraham).
Suatu keputusan yang menguatkan tuturan soal “kekuatan wanita”. Berkat
kesubtilan naskahnya menuturkan bahasan-bahasan di atas, Bebas berhasil tampil kritis tanpa perlu terkesan politis.
Perubahan yang kurang berhasil
terletak pada penghilangan beberapa unsur, yang menurut Mira dan Gina,
dipandang tak seberapa substansif. Mungkin betul, namun naskah Sunny ibarat puzzle yang
keping-kepingnya menciptakan kesatuan sempurna. Ketika beberapa keping hilang,
gambaran besarnya tetap bisa dipahami, tapi meninggalkan lubang mengganggu.
Begitulah jalannya film ini. Pergerakan alur di beberapa titik terasa kasar dan
buru-buru, lalu berujung merusak dinamika.
Beruntung dampak emosi tidak ikut
terlemahkan, sewaktu penyutradaraan Riri Riza berhasil mengkreasi ulang rasa di
momen-momen ikonik milik Sunny dengan
sensitivitas serupa. Departemen musik juga berkontribusi besar pada
keberhasilan tersebut. Scoring garapan
Lie Indra Perkasa (Banda the Dark
Forgotten Trail, 6,9 Detik) paling memikat kala memperdengarkan suara synth
bernuansa dreamy yang membuai hati.
Sementara pilihan soundtrack-nya, senada dengan tujuan Bebas selaku kapsul waktu, menampilkan
deretan lagu populer era 90-an yang efektif membangun mood, sebutlah Cukup Siti
Nurbaya, Bidadari, Aku Makin Cinta, dan pastinya Bebas. Tapi satu lagu yang penggunaannya paling saya suka adalah Sendiri milik mediang Chrisye, yang
mengiringi salah satu sekuen terbaik film ini (sekuen serupa di Sunny memakai Reality milik Richard Sanderson). Magis, indah, intim, dan amat
mengharukan.
Tapi apa jadinya semua itu bila
tidak dibarengi kehebatan jajaran cast dua
generasinya. Dua kutub berlawanan, Sheryl Sheinafia yang tangguh dan Maizura
beserta kepolosannya memotori era 90an, didukung Baskara Mahendra melalui
intrepretasi akan sosok laki-laki feminin yang menolak terjebak pada stereotip. Menyenangkan pula menyaksikan Amanda Rawles memainkan peran berbeda, sebagai Lila si ketua geng lawan yang bermulut besar tapi sebenarnya penakut.
Di latar modern, prestasi Baskara Mahendra dilanjutkan oleh Baim Wong sebagai Jojo dewasa, sedangkan
Marsha Timothy dan Indy Barends (Jessica dewasa), masing-masing sukses
mengemban tugas sebagai ujung tombak elemen dramatik dan komedik. Geng Bebas di
dua generasi sama-sama punya chemistry solid,
yang mewakili kehangatan serta keseruan kala hidup diisi kebebasan memilih jati
diri.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
13 komentar :
Comment Page:Review singkat bgt Sunny mas Rasyid berserta scorenya wkwk
komenta tentang penampilan Reza Rahardian menurut mas rasyid gimn? karna ntah kenapa saya suka bgt sama kehadiran reza disini, sebentar tapi menghanyutkan. ga pernah liat cameo yang se-segmented dia.
Menarik 4 bbintang. Trailernya juga bikin saya pengen nonton 😂 vibe2 ada apa dengan cinta
Paling suka aku min sama Amanda Rawles, luwes banget pembawaannya di film ini.
Agatha Pricilla sama Baskara Mahendra paling mencuri perhatian sih, oh ya jangan lupakan Dea Panendra noraknya kebangetan...
Baik di "Bebas" maupun "Sunny" momen ketika nonton rekaman video SMA itu bikin nyesek. Mereka berjanji akan menjadi seperti apa yang mereka impikan, tapi saat menapaki kehidupan rupanya tak segampang apa yang dikatakan....
Ambyaaarr - 4,5/5
Terlalu banyak adegan mengharukan di SUNNY yg memorable, trmasuk adegan rekaman dan putus cinta.
Klo mnurut mas rasyid dri dua remake itu dri yang terbaik yg mana?
Ada kemungkinan masuk FFI ga? Kategori apa aja?
Ngelihat track record FFI, mungkin aktris terbaik, naskah adaptasi, musik, sutradara, aktris & aktor pendukung, sama mungkin film terbaik
Udah nonton ini dan lagi nungguin impetigore alias perempuan tanah jahanam dan ratu ilmu hitam hasil perkawinan jokan dan kimo (sempet ngarep timo yg garap bareng jokan sih)
*spoiler
Mas, penasaran dengan 'bagian lubang yg mengganggu'. Apakah bagian yg saat mereka 'dipaksa' terpisah itu kah?
Atau saat Vina sigadis polos nan lugu tapi ternyata cukup berani untuk membuntuti laki laki dimalam hari sampe ke kelab pulak 😁
Dua adegan itu sih yg agak mengganggu saya 😁
Nah bagian yang dipaksa pisah itu. Kalau di Sunny, shocking tapi berasa wajar.
Komedinya bagus Film ini, dramatiknya bagus Sunny.
Posting Komentar