MARRIAGE STORY (2019)
Rasyidharry
Desember 10, 2019
Adam Driver
,
Alan Alda
,
Azhy Robertson
,
Drama
,
Julie Hagerty
,
Laura Dern
,
Noah Baumbach
,
Randy Newman
,
Ray Liotta
,
REVIEW
,
Sangat Bagus
,
Scarlett Johansson
8 komentar
Charlie
(Adam Driver) menjelaskan alasannya mencintai Nicole (Scarlett Johansson), lalu
sejurus kemudian Nicole melakukan hal serupa, menjelaskan alasannya mencintai
sang suami. Diiringi orkestra indah gubahan Randy Newman (Toy Story, Cars, The Meyerowitz Stories) yang membuat pendengarnya
terbang ke awang-awang dibuai rasa cinta, rasanya seperti tengah menyaksikan awal
sebuah romantika bahagia. Lalu begitu dalam sebuah flashback, Charlie berkata, “Let’s
stop right there”, kebahagiaan itu ikut berhenti. Rupanya kata-kata pujian
tadi berasal dari catatan yang ditulis keduanya atas perintah konselor di
tengah proses mediasi karena pernikahan mereka bermasalah.
Sekuen
pembuka itu berarti dua hal. Pertama, tentang kehandalan sutradara sekaligus
penulis naskah Noah Baumbach (The Squid
and the Whale, Frances Ha, The Meyerowitz Stories) membawa penonton ke
dalam roller coaster emosi. Kedua, bahwa Marriage
Story bukanlah soal betapa mengerikan suatu pernikahan, bukan pula sebatas
paparan kepahitan, melainkan keseimbangan antara sisi positif dan negatif yang
menegaskan kompleksitas pernikahan juga perasaan misterius bernama “cinta”.
Charlie
merupakan sutradara kelompok teater avant
garde di New York dengan Nicole menjadi aktrisnya. Nicole pernah merintis
karir di industri film komersil, namun memilih mengesampingkannya pasca
menikah. Setelah bertahun-tahun, Nicole mulai merasa kehilangan “dirinya”. Segala
keputusan rumah tangga didasari pilihan Charlie, bahkan Nicole pelan-pelan “menjadi
Charlie”. Bakal terasa aneh bagi Nicole andai Charlie bertanya “Apa yang mau
kamu lakukan hari ini?”. Tentu pertanyaan itu tidak pernah terlontar.
Menyewa Nora Fanshaw (Laura Dern) selaku
pengacara, Nicole menggugat cerai Charlie, membawa putera tunggal mereka Henry
(Azhy Robertson) tinggal di rumah ibunya, Sandra (Julie Hagerty) di Los
Angeles. Sedangkan Charlie menyewa jasa Bert Spitz (Alan Alda) setelah kurang
puas pada pendekatan kurang manusiawi pengacara sebelumnya, Jay Marotta (Ray
Liotta). Seiring para protagonisnya terjebak dilema antara “menang” dan “memanusiakan”,
Marriage Story menyajikan perjalanan memilukan
kala keduanya berebut hak asuh anak, melewati proses persidangan perceraian
menyakitkan, terlibat pertengkaran berujung saling tuduh tentang siapa yang
lebih bersalah. Tapi lebih memilukan saat secara subtil, Marriage Story menyiratkan jika mereka masih saling cinta.
Di situ kompleksitasnya bertempat.
Mendengungkan ungkapan familiar “cinta saja tidak cukup”, Baumbach memastikan,
di setiap langkah yang pasangan itu ambil, selalu ada kekhawatiran akan
menyakiti satu sama lain. Tidak terkecuali pada puncak pertengkaran yang banyak
dibicarakan itu, di mana Baumbach unjuk kebolehan terkait permainan intensitas,
ketika perdebatan yang awalnya merupakan media Charlie dan Nicole meluapkan
kejengahan terpendam (menciptakan kontradiksi dengan opening) berubah jadi ajang saling menyakiti.
Adegan tersebut juga merupakan klimaks performa
dua pemeran utama. Memakai beberapa long
take, Baumbach seolah menantang Johansson dan Driver mengolah rasa. Dan
ketika mereka berhasil, kita bisa mengobservasi gradasi emosi yang mengalir
natural. Driver yang pasif dan dipenuh ketidaksadaran, Johansson yang lebih
agresif meski sejatinya tak kalah gamang, melahirkan sepasang manusia yang menggiring
penonton mencicipi rasa sakit keduanya seiring tergerusnya hubungan mereka.
Tidak kalah mengesankan adalah Laura Dern dalam penampilan berenergi yang bakal
membuat anda takkan melupakan monolog menggelitik yang menautkan isu gender
dengan kisah Yesus dan Maria.
Ya, menggelitik. Di samping tuturan
menyakitkannya, Marriage Story, sebagaimana
karya Baumbach lain, selalu menyertakan elemen komedik, yang terkadang seperti
mengajak kita menertawakan kegetiran, misalnya kegaduhan pada proses penyerahan
surat gugatan cerai Nicole untuk Charlie. Terkait tuturan drama, Baumbach yang
banyak terinspirasi dari karya-karya Ingmar Bergman khususnya Persona (salah satu properti film ini
adalah artikel tentang dua tokoh utamanya yang bertajuk Scenes from a Marriage, yang mana merupakan judul film Bergman),
berhasil membangun keintiman melalui permainan ruang dalam mise-en-scène.
Performa maksimal tiap departemen memberi sang sutradara
kemudahan menyampaikan visi, ibarat sesosok prajurit handal yang disediakan
persenjataan lengkap. Akting mumpuni, efisiensi dan efektivitas posisi kamera,
hingga ketepatan soal kapan scoring Newman
mulai merambat masuk. Hasilnya adalah deretan peristiwa emosional menusuk hati,
termasuk fase konklusi yang menyampaikan betapa saat urusan legalitas
(pernikahan dan perceraian) tak menghadang, kejujuran rasa serta kebahagiaan individu
bisa terungkapkan sebagaimana adanya. Mungkin Marriage Story tidak menyalahkan pihak mana pun, namun kita bisa
lihat, siapa yang akibat keegoisannya berakhir jadi “manusia tak terlihat” dan “hantu”
yang membayangi orang-orang tercintanya. Sebab cinta, apalagi pernikahan,
merupakan dua gelas yang saling mengisi, bukan sebuah gelas mengisi penuh gelas
satunya.
Available on NETFLIX
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
8 komentar :
Comment Page:paham betul mereka ... di dunia nyata pun jg pelaku divorce.. jd pembelajaran bila saat nnt akan menikah.. love u noah...
ini review yang ditunggu setelah knives out dan irishman....
Bakal tayang di XXI nggk mas? Disini nggk ada CGV πππ
Penasaran sama Scarlett maen film drama, secara image doi uda nempel di film action..
nonton Netflix ajalah
Cuma tayang di Netflix
Udah ada tulisan tebel di bawahnya bintang 4,5:
AVAILABLE ON NETFLIX.
Artinya, cuma ada di Netflix, gak ada di bioskop manapun di Indonesia.
Paling sedih scene bagian terakhir ketika Charlie membaca tulisan Nicole mengenai alasan dia mencintai Charlie (yang sebelumnya tidak dibacakan Nicole pada saat mediasi)
Kasihan henry, utk dpt ksih sayang masing2 ortu kudu nunggubjatah waktu. Sbeneny lbih kasihan ke anak2 yg ortuny bercerai ketika masih kecil.
G bs ngebayangin sedihny ketika melihat kenagan2 ketika masih bersama
Posting Komentar