JUDY (2019)

6 komentar
“Apa kamu mau hidup keras seperti gadis-gadis biasa di luar sana?”. Demikian ucap co-founder MGM, Louis B. Mayer (Richard Cordery), di studio tempat pengambilan gambar The Wizard of Oz, setelah Judy Garland (Darci Shaw) mengutarakan keinginannya merasakan hidup normal walau hanya sejenak. Saat itu Judy baru 14 tahun. Pikirannya dimanipulasi, kebebasannya direnggut. Semua demi studio yang ingin mengeruk keuntungan dari kepalsuan image girl next door” si bocah.

Kemudian kisahnya melompat lebih dari tiga dekade, tatkala  karir Judy (Renée Zellweger) mencapai titik nadir, di mana ia menerima pekerjaan dengan bayaran 150 dollar, diusir dari hotel akibat telat membayar, tak punya tempat tinggal bagi kedua anaknya. Belum lagi membicarakan masalah obat-obatan yang turut menimpanya. Kita semua tahu perjalanan hidup tragis sang aktris, dan Judy, yang merupakan adaptasi pertunjukan Broadway End of the Rainbow, menjabarkan dengan baik—meski formulaik—betapa destruktifnya tekanan di masa lalu dapat memberi dampak.

Formulaik karena naskah garapan Tom Edge tidak pernah menjauh dari pakem film biografi, tapi mampu menjelaskan secara utuh proses sebab-akibat yang membentuk kondisi psikis sang legenda. Anda akan menyaksikan begitu mengerikannya sistem industri Hollywood, khususnya di era golden age, di mana seorang bintang tak lebih dari properti kepunyaan studio.

Pola makan Judy diatur demi mendapat memenuhi standar kecantikan. Seringkali ia hanya boleh menenggak pil sebagai ganti makanan. Pil itu membuatnya susah tidur, dan agar bisa memejamkan mata, Judy perlu mengonsumsi pil lain. Bertahun-tahun kemudian, kesehatan Judy, baik fisik maupun mental, terkena dampaknya. Tawaran pekerjaan tak kunjung datang, sebab para pembuat film enggan menghadapinya yang kerap bermasalah (mabuk-mabukan, terlambat datang ke lokasi, dan lain-lain).

Terkecuali beberapa usaha bunuh dirinya, Judy memperlihatkan mayoritas sisi kelam protagonisnya. Semua diberikan alasan, tanpa harus menjustifikasi keburukan Judy. Poin ini paling terlihat dalam dua perdebatan terpisah antara Judy dengan suami ketiganya, Sidney Luft (Rufus Sewell) dan suami kelima sekaligus terakhirnya, Mickey Deans (Finn Wittrock). Keduanya berjanji mengembalikan masa kejayaan Judy namun sama-sama menemui kegagalan. Karenanya Judy merasa, pria-pria itu cuma “menonton”, tidak berusaha cukup keras , sementara ia membanting tulang. Itu betul. Sedangkan dari sisi kedua suami, Judy pun bersalah, sebab berbagai ulah Judy membuatnya tak lagi dipercaya. Itu juga betul.

Peluang menata ulang karir sempat datang kala Judy menerima tawaran rangkaian konser di Talk of the Town, London. Kecemasan langsung menghampiri, yang membuat Judy sempat menolak naik panggung. Lagu pertama yang dibawakan adalah By Myself. Sutradara Rupert Goold jeli mengemas momen tersebut, mengawalinya dengan close up guna menangkap ketakutan di mata Judy, sebelum akhirnya menangkap kemeriahan panggung begitu suara emas sang bintang mencapai puncaknya. Judy berhasil mempersembahkan performa memukau malam itu.

Tapi apa yang kemudian dia rasakan? Kecemasan lain. Kecemasan memikirkan mampu atau tidaknya ia tampil sebaik itu lagi. Berkat deretan flashback menuju masa-masa penuh kekangan dari MGM, kita bisa memahami penyebab di balik kondisi mental Judy. Sayangnya ketimpangan antar momen cukup terasa. Beberapa terasa spesial dan menyentuh hati, walau banyak juga yang sebatas numpang lewat, menjadikan perjalanan selama hampir dua jam ini tidak selalu berhasil mencengkeram atensi.

Salah satu yang spesial adalah peristiwa fiktif tatkala Judy menghabiskan malam seusai konser bersama dua penggemar beratnya, pasangan gay, Dan (Andy Nyman) dan Stan (Daniel Cerqueira). Interaksi ketiganya tersaji ringan, hangat, pula menggambarkan bagaimana Judy mencintai para penggemar sekaligus mendapatkan energi dari mereka. Apalagi Judy Garland sendiri dipandang sebagai ikon gay, bahkan dijuluki “The Elvis of homosexuals”. Beberapa pihak juga meyakini kalau bendera pelangi selaku simbol LGBT terinspirasi dari lagu Over the Rainbow.

Melalui penampilannya sebagai Judy Garland, Renée Zellweger dipercaya bakal menyabet penghargaan Aktris Terbaik di Oscars 2020 (tulisan ini dipublikasikan sebelum pemenang diumumkan). Dan kepantasannya tak perlu diragukan. Baik di atas atau di bawah panggung, Zellweger bertransformasi seutuhnya hingga ke detail ekspresi, permainan mata, dan gestur-gestur seperti pergerakan tangan dan pundak. Zellweger menyanyikan sendiri lagu-lagu Garland, sehingga memfasilitasi terciptanya ekspresi rasa secara nyata. Filmnya memang tidak sempurna, tapi mungkin di atas sana, Judy Garland akan tersenyum jika melihat bagaimana Zellweger membawakan Over the Rainbow dalam klimaks yang sukar ditolak oleh hati.

6 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Maaf nyepam dan OOT ✌️

Mas Rasyid,

Parasite menang oscar..
Yeeay!!

Gimana nih komentarnya, seneeeeeng donk.. asiaaaaaa..

Anonim mengatakan...

Rasyid homosexual?

Syaeful Basri mengatakan...

PARASITE dapet Best Picture sama Best Director bang.. gimana pendapatnya... padahal tadinya cuma bisa bayangin omongan bang rasyid di video cine crib aja udah merinding eh taunya beneran kejadian

Rasyidharry mengatakan...

Told y'all. Historical! Sampe bergeter seluruh badan

Syaeful Basri mengatakan...

waaaah epic bang.. saya aja nonton streamingnya pas Parasite menang kagetnya kayak dejavu sama moment pas nonton captain america pegang mjolnir di endgame 😂🎉

Anonim mengatakan...

Bisa nonton di mana, Bang Rasyid?