PEMBURU DI MANCHESTER BIRU (2020)

9 komentar
Berdasarkan buku non-fiksi berjudul sama buatan Hanif Thamrin, Pemburu di Manchester Biru berusaha menuturkan kisah inspiratif. Mengapa inspiratif? Sebab Hanif merupakan orang Indonesia pertama yang bekerja di kelab sepak bola Inggris, Manchester City. Sebagai apa? Indonesian Content Producer. Apa detail pekerjaannya? Kurang jelas. Apa kemampuan terbaik Hanif? Juga kurang jelas. Jangankan inspiratif, akibat ketidakjelasan tersebut, memedulikan perjuangan tokoh utamanya saja sulit.

Sejak awal kita diperlihatkan bagaimana Hanif (Adipati Dolken) kesulitan mencari pekerjaan setelah pendidikannya di London usai. Walau tanpa pekerjaan, kesulitan uang, dan harus terus menumpang di apartemen milik sahabatnya yang kaya, Pringga (Ganindra Bimo), Hanif menolak pulang ke Indonesia sebelum menepati janji kepada mendiang ayahnya (Donny Alamsyah). Lau kesempatan datang saat ia diterima bekerja di Manchester City, dan gerbang terwujudnya mimpi Hanif menjadi jurnalis pun terbuka, meski jalan terjal masih harus ditempuh.

Di sebuah flashback, Hanif kecil mengerjakan tugas sekolah tentang cita-cita, lalu sang ayah mengatakan bahwa menjadi orang baik juga sebuah cita-cita. Kisahnya, yang diadaptasi ke dalam naskah oleh Titien Wattimena (Dilan 1990, Aruna & Lidahnya), memaparkan perjalanan Hanif menjadi orang baik. Walau sempat jatuh kala diperlakukan keras oleh atasan, Hanif akhirnya merespon positif, termasuk bersikap ramah dengan membuatkan makanan untuk si atasan. Bukan pesan yang buruk, tapi itu saja tidak cukup. Hanif harus terbukti kompeten agar perjuangannya patut didukung.

Tapi, selain keputusan membuat akun YouTube, tidak banyak keunggulan dipamerkan protagonisnya. Justru ia banyak mendapat kemudahan berkat orang-orang di sekitarnya, yang tetap setia mengulurkan bantuan, bahkan ketika Hanif kerap bersikap egois di tengah keputusasaannya. Begitu memperoleh kesempatan, ia justru membuangnya akibat tindakan ceroboh. Jangan pula berharap mendapat gambaran lebih jauh mengenai profesi Hanif, karena Pemburu di Manchester Biru merupakan film mengenai tokoh yang bekerja di kelab sepak bola namun jarang membicarakan sepak bola maupun detail pekerjannya.

Setidaknya Pemburu di Manchester Biru masih cukup tertolong berkat departemen teknis juga penyutradaraan Rako Prijanto (Teman tapi Menikah, Warkop DKI Reborn) yang memadai. Selain penanganan pacing yang baik—sehingga biarpun naskahnya dangkal film ini tetap nyaman diikuti layaknya catatan harian yang menghibur—Rako pun bisa mengemas filmnya supaya terlihat lebih mahal dari seharusnya. Salah satu “manipulasi” tersebut diterapkan dalam beberapa adegan berlatar Stadion Etihad. Jika teliti, anda akan tahu kalau itu bukan Etihad, melainkan Loftus Road milik Queens Park Rangers, tapi “kepalsuan” itu takkan mudah dideteksi.

Akting para pemainnya juga ikut membantu. Adipati Dolken punya kenaturalan dalam menangani kalimat dan emosi, sementara Ganindra Bimo menghibur dengan penampilan berenerginya. Sedikit kejutan hadir dari pemeran sosok legendaris Les “Chappy” Chapman (maaf, saya melupakan namanya). Biasanya, aktor pendukung bule di film kita, hadir dengan performa kaku, tapi tidak dengannya, yang menghembuskan kehangatan di tengah dinginnya rekan-rekan kerja Hanif. Sayangnya, sebagai biografi seorang figur yang karirnya sempat ramai diperbincangkan, Pemburu di Manchester Biru juga terasa dingin.

9 komentar :

Comment Page:
Erwww mengatakan...

".Sebab Hanif merupakan orang pertama yang bekerja di kelab sepak bola Inggris, Manchester City..."

Kurang kata 'Indonesia'.. kali mas??

Rasyidharry mengatakan...

Ah yes, makasih koreksinya 🙏

adnanman mengatakan...

Maaf bang mau koreksi kl skrng stadionnya qpr namanya kiyan prince foundation stadium. Soalnya gw main fm namanya itu

Chan hadinata mengatakan...

Sebagai fans geek bola dan red devils.. sy bru dengar kisah ini

Rasyidharry mengatakan...

Ah udah dijual haknya ternyata macem Highbury ke Emirates. Maafkan, penggemar bola tua soalnya 😅

Ilham Qodri mengatakan...

Besok2 ada film tentang orang Indonesia pertama yang bekerja di Manchester United, sebagai Cleaning Service

Chan hadinata mengatakan...

Kt tunggu..

Anonim mengatakan...

This film is the real definition of Indo Overproud kwkwk
Daripada bikin film ini, lebih layak bikin film tentang Erick Thohir mengakuisisi klub-klub olahraga di luar negeri termasuk Inter Milan dan membuat Persib jadi pelopor sepakbola profesional di Indonesia tahun 2010.

Wanderational mengatakan...

Kabarnya Hanif Thamrin ini bukan orang Indonesia pertama yang bekerja untuk Manchester City sebagai International Content Producer, sebelumnya sudah ada 3 orang Indonesia yang pernah bekerja di posisi yang sama. Jadi tagline film ini yang bilang "Satu-satunya orang Indonesia yang pernah bekerja di Manchester City" rasanya tidak tepat. Mungkin lebih tepatnya, "Satu-satunya orang Indonesia yang pernah bekerja di Manchester City pada periode tersebut".