REVIEW - SELESAI

5 komentar

Selesai, selaku kolaborasi kedua Tompi (sutradara) dan Imam Darto (penulis naskah) setelah Pretty Boys (2019), berupaya memberi warna baru di tema lama (kalau tidak mau disebut "usang") soal perselingkuhan. Baik pengembangan alur maupun tata artistik, semua dipilih dengan tujuan tampil beda, setidaknya di skena film Indonesia modern.

Niat itu patut diapresiasi, namun di saat bersamaan, Selesai juga wujud salah kaprah pemahaman atas anggapan bahwa "beda" berarti "bagus". Bahwa film bagus harus unik, harus punya twist, harus berani memasang sensualitas (atau setidaknya, cukup guna memancing rasa penasaran kaum adam dengan birahi tak tersalurkan). 

Alurnya mengisahkan pernikahan Broto (Gading Marten) dan Ayu (Ariel Tatum) yang telah mendekati "selesai". Cinta keduanya memudar, apalagi setelah Broto berkali-kali selingkuh dengan Anya (Anya Geraldine dalam porsi yang tak lebih dari glorified cameo). Sewaktu Ayu menemukan celana dalam yang ia yakini sebagai milik Anya, ia pun meminta cerai. 

Di tengah pertengkaran, mendadak Sri (Marini Soerjosoemarno), ibunda Broto, datang karena ingin menghabiskan masa lockdown bersama si anak dan menantu. Alhasil keduanya terpaksa berpura-pura akur, sambil terus berupaya mengungkap keburukan masing-masing.

"Apa benar Broto selingkuh?". Itulah pertanyaan pertama yang naskahnya lempar, sekaligus awal timbulnya pertanyaan-pertanyaan lain. Melalui rangkaian pertanyaan tersebut, Imam Darto membawa Selesai, dari drama perselingkuhan biasa ke arah misteri, yang harus diakui cukup menarik. Bukankah di realita, mempertanyakan kesetiaan pasangan juga membuat kita merasa bak karakter dalam cerita misteri? 

Sedangkan di kursi penyutradaraan, Tompi, yang notabene seorang musisi, jeli memilih iringan musik. Ditangani oleh Ricky Lionardi, musiknya menjauh dari orkestra mengharu-biru yang kerap jadi andalan suguhan drama kita, menggantinya dengan nuansa jazzy, yang seperti berkiblat pada film noir. Di sini, tujuan Selesai untuk tampil beda telah terpenuhi.

Lalu datanglah penyakit itu. Penyakit di mana penulis naskah merasa, agar cerita lebih menarik, penonton harus dibuat terkejut oleh twist, alih-alih memperdalam tema serta karakter. Mungkin Darto memegang prinsip "the more the better" di segala sisi penceritaan. Termasuk saat memasukkan subplot hubungan Yani (Tika Panggabean) selaku ART di rumah Broto dan Ayu, dengan Bambang (diperankan Darto sendiri). Subplot itu cuma berfungsi menambah jumlah perselingkuhan, di saat naskah semestinya berkonsentrasi memperkuat eksplorasi isu perselingkuhan tersebut. 

Beberapa twist-nya cenderung dipaksakan, namun tak ada yang lebih menggelikan dibanding kejutan pamungkasnya. Kejutan berisi trik yang entah sudah berapa kali dipakai banyak film untuk menipu penonton. Saya sebut "menipu", karena kehadirannya begitu tiba-tiba. Something that came out of nowhere. Bukan cuma itu, akibat twist-nya, film ini terasa miskin empati, bagi para istri korban ketidakmampuan suami menahan kelaminnya berkeliaran. 

Meski menganggapnya penting, saya bukan orang yang membabi buta menuntut representasi di segala hal tanpa mempertimbangkan aspek lain. Tapi saya cukup yakin, bila ditulis oleh seorang wanita, Selesai bakal mengambil jalan lain dalam merangkum kisahnya. Jalan yang tidak mengorbankan rasa berbasis empati, semata-mata demi shock value. Style over substance. 

Begitu pula terkait sensualitas berkadar minimum yang tak berpengaruh apa pun bagi narasinya. Anya Geraldine dalam balutan handuk? Darto bermasturbasi sambil mengintip Ariel Tatum? Shot dari belakang saat Gading Marten telanjang bulat saat mandi? Semua dimunculkan, hanya agar penonton berujar, "WOW! Liar sekali!", sambil terkekeh nakal. Tompi berkata kalau ia ingin membuat film bernuansa sensual yang tak murahan, tapi sensualitas tanpa esensi, di film yang bahkan tidak sampai melangkah ke jalur erotika, justru terkesan murahan. Padahal Selesai tidak perlu semua itu. Pondasi misterinya sudah cukup mengundang rasa penasaran selama menonton. Sayang sekali.


Available on BIOSKOP ONLINE

5 komentar :

Comment Page:
Panca mengatakan...

Jangan2 Broto itu singkatan dari Bro Darto dan jangan2 ini diangkat dari cerita pribadinya Imam Darto?? Hmmmm...

Anonim mengatakan...

Ada info jadwal perilisan VOD "Old" nya M.Night Shyamalan mas rasyid?

Rasyidharry mengatakan...

Belum ada. Paling cepet awal September di rental vod. Kalo streaming subscription,masih nggak ada kabar

Irfan mengatakan...

Kira kira akting aril tatum keren gk?

Chan hadinata mengatakan...

Di cine crib liat reviewnya jadi genre thriller