REVIEW - KAMU TIDAK SENDIRI

4 komentar

Lahir dari cerita gagasan Lukman Sardi, kemudian ditulis naskahnya oleh Titien Wattimena, Kamu Tidak Sendiri memiliki bentuk menarik. Berlatar di tengah gempa dahsyat, ini bukan tentang hancurnya seisi kota akibat bencana, tapi bagaimana bencana itu berdampak pada segelintir individu. 

Ada dua tokoh sentral, yakni Mira (Adinia Wirasti), bos yang dikenal galak oleh anak buahnya, dan Adrian (Rio Dewanto), mantan anggota SAR yang kini menjadi sekuriti gedung kantor Mira. Suatu malam setelah lembur, Mira berada satu lift dengan Mika (Ganindra Bimo), yang sudah lama menjadi pengagum rahasianya. Mendadak lift tersebut macet, mengurung Mira bersama pria yang baru dikenalnya.

Saya mempertanyakan fungsi Mika di narasinya. Jika diniati sebagai pemicu kesediaan Mira membuka diri pada orang lain (selama ini dia menutup diri, baik dari keluarga maupun rekan kerja), rasanya kurang sesuai. Pertama, karena tutur kata Mika memberi kesan creepy, yang ada di garis batas antara pengagum dan penguntit. Kedua, peran itu sudah diemban Adrian, begitu ia berkomunikasi dengan Mira melalui interkom. 

Dimulainya interaksi Mira-Adrian turut mengawali titik balik Kamu Tidak Sendiri, dari thriller satu lokasi biasa, menjadi tuturan yang berorientasi psikis. Saya yakin, banyak penonton juga mengira Adrian bakal melakoni peran ala jagoan dalam film bencana, yang dengan heroik muncul selaku penyelamat. Rupanya tidak. Kita justru hampir tidak pernah melihat wajah Adrian, dan lebih banyak mendengar suaranya.

Inilah daya tarik terbesar filmnya. Bukan sebuah upaya bertahan hidup sarat aksi, melainkan soal kekuatan kata-kata dalam interaksi manusia. Adrian memberi pertolongan pertama, yang bukan (hanya) menyasar fisik, pula psikis. Naskahnya secara bertahap membangun hubungan kedua tokoh, menjadikan ikatan keduanya terasa masuk akal, ketika pelan-pelan mereka (khususnya Mira) mulai membuka diri. 

Obrolan Mira dan Adrian pun tersaji menghibur berkat sentuhan humor. Ketika banyak thriller kita justru melelahkan akibat menganggap dirinya terlampau serius, Kamu Tidak Sendiri tampil sebaliknya. Materi humornya memang cenderung hit-and-miss, namun kehadirannya tidak dipaksakan, bukan sebatas "ayo melucu" demi pemanis, tapi substansial membangun dinamika karakternya. 

Arwin T Wardhana selaku sutradara, dibantu Yadi Sugandi sebagai penata kamera, banyak memakai close-up, yang selain langkah cerdik menutupi sebuah twist, juga bentuk kepercayaan terhadap talenta Adinia Wirasti.  Seperti biasa, penampilannya kuat. Adinia tahu kapan harus meredam diri, kapan waktunya meledakkan emosi. Dialah pondasi yang menjaga film ini berdiri kokoh, biarpun acap kali Arwin bak terbuai akan performa sang aktris, sehingga terlalu lama menghabiskan waktu di satu titik (terutama tiap Adinia bercucuran air mata). Pacing penuturannya pun jadi terganggu.

Kamu Tidak Sendiri juga masih belum lepas dari masalah film berlokasi tunggal, yakni kurangnya variasi peristiwa. Ada kalanya timbul kesan monoton, apalagi saat momen-momen halusinasi tampil lebih banyak dari seharusnya, termasuk "pertemuan khayal" antara Mira dan Adrian, yang daripada menyentuh, malah berakhir cheesy. 

(JAFF 2021)

4 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

lah kirain ini film horor wkkw

kertas putih mengatakan...

I watched it on Netflix. Boring and slow plots. Satu bintang.

Anonim mengatakan...

Boring. The story is just abt 'in the lift' all the time, not much abt the earthquake incident. Basically mostly abt the main actress only.

Anonim mengatakan...

Flat... bikin boring... set nya jg kurang bgt, satu bintanglah