COLD FISH (2011)

11 komentar
Setelah "Suicide Circle" dan Noriko's Dinner Table" yang kontroversial dengan berbagai adegan disturbing, lalu "Love Exposure" yang berdurasi nyaris 4 jam dan mendapat kritik positif, sutradara kontroversial asal Jepang Sion Sono kembali membuat sebuah thriller yang tentunya memiliki kadar kesadisan dan absurdisitas yang tinggi dengan judul "Cold Fish". Film ini diangkat dari kisah nyata tentang pembunuhan berantai sadis yang dilakukan oleh pemilik pet shop dan istrinya yang terjadi di Jepang lebih dari 15 tahun yang lalu. Tentunya adaptasi dari Sion Sono punya perbedaan baik dari segi karakter maupun jalinan kisah yang pastinya lebih gila.

Shamoto (Mitsuru Fukikoshi) adalah pemilik toko ikan hias kecil-kecilan yang kondisi keluarganya sedang kurang kondusif. Setelah istrinya meninggal 3 tahun lalu, putrinya Mitsuko (Hikari Kajiwara) menjadi anak yang memberontak dan susah diatur. Hal itu makin bertambah setelah dia menikah lagi dengan Taeko (Megumi Kagurazaka) yang masih muda dan cantik. Mitsuko yang tidak setuju dengan pernikahan sang ayah makin memberontak bahkan sempat juga menyiksa ibu tirinya tersebut. Singkatnya, Shamoto gagal total untuk memberikan kebahagiaan bagi istri dan anaknya.

Permasalahan bertambah saat Mitsuko ketahuan mengutil di sebuah mini market. Untunglah disana mereka bertemu dengan Murata (Denden) yang merupakan pebisnis ikan hias besar yang membantu Mitsuko sehingga dia tidak harus berurusan dengan polisi. Murata yang bisnis ikan hiasnya jauh lebih besar dan berhasil daripada milik Shamato adalah pria tua yang sangat riang, penuh semangat dan sangat baik pada Shamato dan keluarganya. Tapi Shamoto tidak sedikitpun menyadari ada hal tersembunyi yang sangat berbahaya dibalik kebaikan Murata.
"Cold Fish" menjadi thriller Asia kedua yang berhasil masuk kedalam jajaran film terbaik versi saya tahun ini setelah sebelumnya "I Saw the Devil" masuk daftar bahkan sempat menjadi yang terbaik sebelum digeser oleh visualisasi puisi karya Terrence Malick. Seperti "I Saw the Devil" film ini juga memiliki tingkat keburtalan dan sadisme yang cukup tinggi walaupun tidak sekental milik film Korea tersebut. Selama hampir 2 setengah jam Sion Sono menyajikan sebuah thriller yang penuh adegan gore tapi mempunyai tempo yang tidak terlalu cepat namun tidak pernah terasa membosankan. Dengan cerdasnya film ini juga memiliki kadar black comedy yang setidaknya berhasil membuat saya tertawa kecil. Sebagai pelengkap selanjutnya, "Cold Fish" juga mempunyai banyak adegan yang kadar sensualnya cukup tinggi mulai dari adegan telanjang sampai adegan seks juga ada.
145 menit yang tersaji dalam film ini memang tidak henti-hentinya memberikan hiburan tersendiri. Film ini bergulir kurang lebih seperti ini: adegan disfungsi keluarga yang menarik dikulik, berganti dengan sajian komedi hitam yang menghibur, lalu berpindah lagi jadi adegan gore dan sadisme yang disajikan perlahan tapi terasa sangat real, lalu berganti lagi jadi komedi hitam, kemudian berpindah kearah adegan seks, semuanya disajikan dengan absurd, begitu seterusnya hingga film berakhir. Berakhir dengan sebuah ending yang mengejutkan dan tentu saja absurd.

Bicara soal ending, film ini memang diakhiri dengan cukup mengejutkan dan memuaskan. Tapi paruh akhir sebelum ending tersebut bagi saya adalah momen terlemah dalam film ini yang mengurangi penilaian saya secara keseluruhan. Perubahan sifat seseorang akibat psikologisnya terganggu setelah mendapat begitu banyak hantaman mental yang disajikan menjelang akhir terasa agak memaksa dimana hal itu disajikan terlalu drastis. Bahkan beberapa adegan absurd yang sejak awal efektif disaat itu disajikan dengan maksud yang terasa tidak jelas dan tidak penting hanya untuk mendukung perubahan sifat seorang tokoh yang terlalu drastis tersebut. Saya paham dengan maksud menunjukkan bahwa orang biasa dan lemah bisa saja menjadi pembunuh sadis, tapi saya rasa tidak berubah sedrastis itu. Perbuatan spontan yang tidak terduga memang sangat mungkin terjadi, tapi perubahan sifat menyeluruh yang sangat drastis dalam waktu singkat seperti yang ditampikan di film ini saya rasa terlalu dipaksakan.

Untuk jajaran pemain, "Cold Fish" memiliki Denden yang bisa menampilkan dua sisi yang sangat berlainan dari seorang Murata dan menampilkan kegilaannya dengan sangat baik. Suatu saat dia menjadi orang tua yang lucu dan penuh semangat. Kemudian dia berubah menjadi pembunuh sadis yang menyeramkan. Malahan di waktu lainnya dia menggabungkan kedua sisi tersebut sehingga tokoh Murata menjadi sangat berwarna dan menarik. Ada sebuah adegan yang sangat menarik bagi saya dimana Murata berkonfrontasi dengan Shamato dan saat itu kata-kata yang keluar dari mulut Murata justru sangat tepat dan bermakna, seolah menajdi sindiran bagi pria yang tidak mampu menjadi tangguh dan memimpin keluarganya.

Bicara soal perubahan sifat karakter, Mitsuru Fukikoshi juga mampu melakukannya dengan baik disaat Shamato harus berubah sifat dengan sangat drastis. Cara Sion Sono merubah karakterisasi Shamato memang saya kurang suka, tapi bagaimana Mitsuru berakting dalam dua sifat yang berbeda itu saya menyukainya. Kemudian Megumi Kagurazaka dan Asuka Kurosawa sukses menjadi penyedap mata dengan paras cantik dan pameran tubuh seksi mereka yang seringkali diumbar untuk adegan-adegan panas. Adegan panas yang penempatannya tepat dan dieksekusi dengan baik sehingga makin membuat "Cold Fish" menjadi film yang lengkap walaupun sangat disayangkan momen menuju akhirnya mengecewakan. Tapi sekali lagi kesadisannya yang menghibur dan adegan panasnya yang sukses membuat saya "terpana" membuat film ini jadi salah satu favorit saya tahun ini.

RATING:

11 komentar :

Comment Page:
Fariz Razi mengatakan...

penasaran sama film ini tapi entah kenapa kok pas ngeliat trailernya kurang suka ya? hahaha ntar deh kalo sempet dicoba

Rasyidharry mengatakan...

Kalo suka sama "I Saw the Devil" mungkin bakalan suka sama nih film

arief mengatakan...

sutradara film ini memang sinting mas

Unknown mengatakan...

memang gw akuin sion sono dalam pembuatan film-filmnya memang kurang begitu minat menyelipkan black comedy dibanding takashi miike, dan juga agak sedikit sulit dimengerti layaknya film suicide club.
Gan gw minta subtitle indo ya gan. Yang di subscene payah bikinya pake google translate doank gx di edit lagi...

Rasyidharry mengatakan...

Haha itu dia sih asiknya film-film Sono, gila dan ngasih penonton kesempatan buat interpretasi
Waah saya sendiri nggak terlalu paham cara ngebikin subtitle :D
Coba aja googling selain di subscene gan, tapi kayaknya ada satu subtitle yang agak waras bahasa Indonesia nya di subscene

Unknown mengatakan...

thanks gan tr coba gw cek.
Gan coba bikin ulasan film cult lawas atau exploitasi jadul misalnya kaya film compert women 1992. Tentang jugun ianfu. Yang diambil bukan seksnya tapi tentang pahamin penderitaannya. indonesia kan pernah ngalamin hal seperti itu juga...

Unknown mengatakan...

Gx tau knp ane mls nntn film horor atau gore klo ad adegan hotny....

Grekk mengatakan...

Jangan samain sama indonesia. Beda kelas🤷

Rasyidharry mengatakan...

Emang horor Indonesia akhir-akhir ini yang ada adegan hot apa ya?

Unknown mengatakan...

ga nemu kisah nyatanya padalan kepo bgt

Harllie mengatakan...

Mungkin soal planetarium mudah terlupakan, tp itu yg membuat shamoto puas pada akhirnya.