MEN BEHIND THE SUN (1988)

6 komentar
Jika Hollywood mempunyai rating NC-17 untuk film-film yang memiliki konten seksual atau kekerasan yang kental, maka di Hong Kong ada rating III untuk film-film yang tidak diperkenankan menjadi konsumsi usia dibawah 18 tahun. Sekedar informasi, rating III di Hong Kong mulai digunakan pada akhir tahun 80-an disaat perfilman Hong Kong tengah mengalami krisis penonton. Pada era tersebut disaat televisi dan home video mulai merajalela, bioskop di Hong Kong mulai sepi penonton, salah satu strategi yang digunakan para filmmaker untuk menarik perhatian penonton adalah dengan membuat film-film eksploitasi yang menampilkan berbagai adegan sadisme dengan begitu gamblang. Men Behind the Sun karya sutradara T.F. Mous ini merupakan salah satu pionir dari film-film eksploitasi di Hong Kong sekaligus film pertama yang mendapatkan rating III. Ceritanya sendiri diangkat dari kisah nyata mengenai aktivitas dari Unit 731 milik tentara Jepang yang semasa Perang Dunia II melakukan eksperimen terhadap manusia sebagai uji coba untuk menciptakan senjata biologis. Meski Mous mengklaim bahwa filmnya berfokus pada akurasi sejarah, banyak yang mengkritisi film ini terlalu berfokus pada eksploitasinya, bahkan kisah dibalik layarnya pun turut mengundang banyak kontroversi.

Unit 731 merupakan sebuah unit milik tentara Jepang yang ditempatkan di Cina dan berokus melakukan penelitian guna mengembangkan senjata biologis yang diharapkan dapat memberi kemenangan kepada Jepang di medan perang. Dalam penelitian tersebut, Unit 731 dipimpin oleh Letjen Shiro Ishii (Gang Wang) dan melakukan eksperimen terhadap para tahanan yang berasal dari Cina dan Rusia yang notabene merupakan musuh Jepang di Perang Dunia II saat itu. Disisi lain film ini juga akan menyoroti sekumpulan bocah yang tergabung dalam kesatuan Youth Corps, sebuah kesatuan militer Jepang yang terdiri dari anak-anak muda. Mereka tidak hanya digembleng dengan berbagai latihan-latihan militer yang keras namun juga dipaksa untuk menyaksikan berbagai eksperimen kejam yang dilakukan oleh Unit 731 atas nama pelatihan dan pendidikan. Disisi lain kita juga akan melihat bagaimana bocah-bocah ini menjalin persahabatan dengan seorang bocah Cina yang bisu.

Sudah cukup banyak film eksploitasi yang saya tonton. Tidak sedikit juga film bertemakan human experiment penuh unsur sadisme yang saya nikmat, tapi tidak banyak yang bisa menandingi kesan disturbing serta tidak nyaman yang sanggup dihadirkan oleh Men Behind the Sun. Tentu saja jika bicara adegan penuh kekerasan dan gore film ini adalah juaranya. Awal filmnya tidak terlihat seperti sebuah film eksploitasi dan malah lebih terlihat seperti sebuah coming-of-age yang terjadi pada masa peperangan. Namun semua kegilaan dimulai setelah adegan yang memperlihatkan bayi yang baru berusia beberapa bulan dilempar dan dikubur hidup-hidup dibawah tumpukan salju. Setelah itu, rentetan adegan sadis nan kejam yang ditampilkan secara eksplisit mulai menghiasi film ini. Mayoritas adegan disturbing tersebut berasal dari eksperimen yang dilakukan oleh Unit 731. Contoh adegan disturbing-nya kurang lebih seperti ini: wanita yang bayinya dibunuh diawal film dibawa oleh tentara Jepang untuk dibekukan kedua tangannya. Kemudian kedua tangan wanita tersebut dimasukkan kedalam air panas, dan salah seorang ilmuwan Jepang menarik kulit tangan wanita tersebut dan kita pun akan melihat sang wanita berteriak histeris melihat bahwa hanya tulang yang tersisa dari kedua tangannya.
Contoh satu lagi adalah disaat seorang pria dimasukkan kedalam sebuah ruangan pemanas yang membuat tubuh pria tersebut perlahan membengkak. Kemudian apa yang terjadi? Semua isi perut dan feses pria tersebut berhamburan keluar. Gila. Kesan disturbing muncul bukan saja karena banyak adegan sadis yang ditampilkan secara gamblang, tapi juga berkat tone filmnya yang terasa begitu kelam. Jika biasanya film gorefest dan eksploitasi memilih mempertontonkan kegilaan eksplisitnya dengan sedikit komikal, maka Men Behind the Sun memilih jalur yang lebih serius dan membuat filmnya makin terasa tidak nyaman bagi para penontonnya. Melihat orang-orang tidak bersalah dijadikan bahan eksperimen dengan begitu kejam membuat saya merasa begitu miris menonton film ini. Belum lagi ditambah spesial efek yang benar-benar spesial dan membuat segala adegan eksploitasi tersebut terasa begitu nyata. Disaat mayoritas film eksploitasi tampil cheesy dengan suasana komikal dan efek murahan, Men Behind the Sun justru tampil dengan serius dan begitu terasa sebagai sebuah film yang sangat well made dengan spesial efek yang bagus dan akting pemainnya yang memuaskan.

Melihat apa yang ditampilkan oleh T.F. Mous dalam film ini saya benar-benar tidak percaya bahwa semua ini adalah sebuah kisah nyata yang pernah terjadi di masa lalu. Kita benar-benar akan diperlihatkan pada segala kegilaan, kebrutalan dan kekejaman yang terjadi pada peperangan saat itu dan sungguh menggambarkan sebuah sejarah kelam dari kemanusiaan yang terasa begitu menyayat. Men Behind the Sun membuat saya mempertanyakan rasa kemanusiaan dari diri manusia disaat film ini dengan eksplisit menggambarkan bagaimana nyawa banyak manusia benar-benar bukan lagi menjadi sesuatu yang berharga. Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, film ini juga memperlihatkan bagaimana anak-anak adalah masa depan suatu negara, dan akan seperti apakah wajah masa depan negara tersebut akan ditentukan dari bagaiamana anak-anak tersebut dididik sedari kecil.

Diluar segala kesadisan dan unsur eksploitasi yang begitu kental, Men Behind the Sun sesungguhnya merupakan sebuah reka ulang sejarah yang ditampilkan dengan begitu baik sekaligus sebuah sajian horror yang tampil begitu mencekam dan disturbing. Sesungguhnya Men Behind the Sun punya tempo yang tidak terlalu cepat dan lebih banyak berfokus pada dialognya yang terkadang kurang menarik (paruh akhirnya membosankan karena terlalu banyak dialog tidak menarik), namun sekalinya adegan kekerasan muncul, efeknya begitu luar biasa bagi saya. Oya, saya lupa mengatakan bahwa setidaknya ada tiga adegan yang sangat kontroversial dalam film ini. Dua diantaranya berkaitan dengan penyiksaan hewan saat seekor kucing sungguh-sungguh dilemparkan kearah ribuan tikus yang kemudian memakan kucing itu secara perlahan, dan satu lagi adalah disaat ribuan tikus tersebut dibakar hidup-hidup. Satu lagi adegan kontroversial adalah disaat Mous menggunakan mayat bocah laki-laki sungguhan yang baru meninggal sebelum proses syuting dimulai untuk sebuah adegan autopsi. Gila.

6 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Aiiisssshhh bacanya aja bikin mual , apalagi nontonya. Nyari filmnya dimana gan????

Rasyidharry mengatakan...

Di youtube banyak kok, dan uncensored + udah ada subtitlenya hehe

Anonim mengatakan...

Anjir.....film yg ane cari" nih...susah nyarinya

Anonim mengatakan...

ajg, filmnya bikin lupa beban pikiran, sadis amatgggghhhhttt, butttt... that was truly reallll?

Unknown mengatakan...

Real bro, 👍. Ishii shiro sendiri yang merupakan ketua unit 731 juga ngaku sendiri.

Anonim mengatakan...

Itu yg di otopsi emng beneran mayat anak laki²?
Kok jantungnya masih detak gtu njir