THE BEGUILED (2017)

10 komentar
Sejak pembukanya, The Beguiled, sebagai adaptasi novel A Painted Devil karya Thomas P. Cullinan, memperlihatkan setting rumah besar dengan taman rimbun dihiasi bunga yang terpencil di pinggir hutan. Bagai perwujudan negeri dongeng. Kisahnya pun serupa. Kopral John McBurney (Colin Farrell), prajurit union yang terluka, dirawat oleh murid serta guru sekolah wanita di Virginia. Bagi John, jelas ini mimpi indah. Sementara para wanita dibuat "kasak-kusuk" oleh kemunculan mendadak seorang pria. Untuk kedua belah pihak, bertemu lawan jenis menawan di tengah perang jelas bak dongeng. Bukan mustahil ada asmara merekah.

Sekolah itu dipimpin Martha Farnsworth (Nicole Kidman) yang tegas tapi murah hati, bersedia menolong John yang notabene pihak musuh karena memegang teguh ajaran Katolik untuk berbuat baik. Namun benarkah? John akan dirawat hingga pulih, barulah diserahkan pada pasukan konfederasi. Nyatanya selalu ada alasan memperpanjang masa tinggal sang Kopral, dari kesehatan yang belum sepenuhnya membaik sampai kebutuhan akan tenaga laki-laki guna mengurus taman. Demikian pula wanita lain yang senantiasa mencari dan mencuri kesempatan menemui John, entah Edwina Morrow (Kirsten Dunst) selaku guru di sana, atau si murid, Alicia (Elle Fanning) yang gemar menggoda.
Secara pribadi, genre yang paling sulit saya nikmati adalah period drama, murni disebabkan lebarnya jurang kultural, di mana romantika berasaskan tetek bengek sopan santun merupakan pondasi. Melalui The Beguiled, Sofia Coppola memang tidak mendobrak kemasan luar period drama. Nuansa lembut dalam kecenderungan tempo lambat tetap diutamakan, tapi bukan sekedar langkah mengikuti formula. Sebaliknya, gaya itu sesuai dengan usaha karakter wanitanya menekan gelora untuk mendekati John. Aksi curi-curi pandang dan kesempatan, meski berlangsung subtil, terasa menggelitik sekaligus "nakal".

Tersimpan potensi terkait tuturan pertarungan gender dalam dinamika saling goda John dengan para wanita yang sayangnya kurang dipusatkan oleh Coppola yang memilih mengedepankan seducing drama. Tatkala durasi melewati satu jam, baru unsur "girl power" mengambil alih sentral, membungkus perlawanan Miss Farnsworth beserta murid-muridnya terhadap represi patriarki yang menyentuh ranah perilaku abusive. The Beguiled menyenggol lingkup thriller, seiring mulusnya transisi Colin Farrell dari pria mempesona menjadi sosok buas. 
Elle Fanning, seperti biasa mumpuni sebagai gadis remaja dengan keliaran laku di balik paras anggunnya. Sedangkan para aktris yang lebih senior, Dunst dan Kidman, sebagai dua wanita dewasa yang perlu menjaga sikap, mampu menenggelamkan penonton dalam permainan menyembunyikan hasrat. Dunst memperlihatkan, bahwa makin Edwina coba menyangkal godaan John, makin runtuh pertahanan dirinya. Sebaliknya, Miss Farnsworth yang diperankan Kidman bermain lebih cerdik, menggiring makna-makna tersirat melalui permainan kata sembari kukuh bertahan di balik tebalnya tembok harga diri. 

Visualnya kelas wahid, dengan adegan yang bertempat di kamar John sebagai salah satu highlight perpaduan beragam departemen. Nuansa elegan pada tata kostum rancangan Stacey Battat dibingkai indah dalam sinematografi arahan Philippe Le Sourd yang menyiramkan cahaya terik matahari dari balik gorden putih selaku salah satu bentuk tata dekorasi cantik buatan Amy Beth Silver. The Beguiled nampak layaknya dunia fairy tale, hanya saja kali ini dongeng tersebut tidak seindah khayalan, terhempas oleh realita berupa hasrat dan ego manusia.

10 komentar :

Comment Page:
Erwww mengatakan...

Period drama apa sih bang?

Rasyidharry mengatakan...

Sederhananya sih period drama itu kalau ambil setting waktu masa lampu. Kalau dilihat dari kacamata 2017 ya sekitar 1940/1950 ke belakang.

Anonim mengatakan...

Engga ada niat buat ngereview film Netflix 1922?

Anonim mengatakan...

Pokoknya period drama berarti mengambil setting pada suatu waktu tertentu di masa lalu. IMMHO. Kalo civil war kan tahun 1800-an.

uououo mengatakan...

Oscar contender gak nih bang

Budi mengatakan...

Bang Rasyid, ada niat review The Killing of a Sacred Deer gk???

Rasyidharry mengatakan...

@Anonim Betul. Waktu tertentu, tapi lebih identik di waktu yang sudah lalu

@uououo Paling pol nominasi desain kostum sama art direction

@Budi Oh jelas, emang udah ada ya?

The Peasant Daughter mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Yaaashhhh. 1922 harus banget di review.

Rasyidharry mengatakan...

Haha kalau sempet ya