BAYI GAIB: BAYI TUMBAL BAYI MATI (2018)
Rasyidharry
Februari 13, 2018
Ashraf Sinclair
,
Baskoro Adi Wuryanto
,
Dheeraj Kalwani
,
Dorman Brosiman
,
horror
,
Indonesian Film
,
KK Dheeraj
,
Kurang
,
REVIEW
,
Rianti Cartwright
,
Rizal Mantovani
17 komentar
Seorang polisi (Dorman Borisman) tiba di TKP pembantaian
sebuah keluarga. Seluruh tulang sang suami remuk, sang istri terguncang dan
meracau, sementara bayi mereka tewas kehabisan darah. Adegan pembuka ini tidak
punya maksud kecuali menyiratkan fenomena mistis yang akan jadi pusat konflik
filmnya, memperkenalkan tokoh sampingan yang cuma berperan menjelaskan fenomena
itu pada protagonis, dan menyebutkan sub-judul “Bayi Tumbal, Bayi Mati”. Bukan awal meyakinkan bagi usaha seorang
KK Dheeraj alias KKD alias Dheeraj Kalwani naik kelas.
Dheeraj memang bagai sedang berusaha mengubah persepsi
publik. Tidak hanya menanggalkan identitas legendaris KKD, sejak Gasing Tengkorak (2017) rumah
produksinya pun mengusung nama Dee
Company, bukan lagi K2K Production. Tidak pula ia menggaet bintang porno luar
negeri atau Dewi Perssik sebagai pemain. Lupakan sangkalannya terhadap
pernyataan bahwa film ini merupakan remake
Bayi Ajaib (1982). Sebab, menilik trailer-nya,
Bayi Gaib: Bayi Tumbal Bayi Mati tampak
well-made. Meski kegagalan production value apik menutupi kelemahan
naskah dan penyutradaraan yang berujung merusak film bukan lagi hal baru di
industri kita.
Setelah dua tahun, Farah (Rianti Cartwright) dan Rafa (Ashraf
Sinclair) akhirnya memiliki momongan. Namun begitu putera perdana yang diberi
nama Rangga itu lahir, kejadian aneh mulai menimpa mereka. Rafa dihantui
mimpi-mimpi buruk, sementara Farah kerap melihat bayinya dalam wujud
mengerikan. Rafa yang skeptis terhadap hal gaib meyakini sang istri menderita baby blues. Pondasi menarik untuk
membangun horor psikologis yang sayangnya terlalu malas digali dalam naskah
buatan Baskoro Adi Wuryanto.
Satu penyakit akut film horor negeri ini adalah, apa pun
sumber terornya, mau ajian maut berbentuk gasing, iblis, santet, atau bahkan
imajinasi karakternya, cara yang dipakai untuk menakut-nakuti nihil perbedaan.
Hantu akan berlari cepat di balik sofa, muncul di kamar mandi, hingga kasur.
Mungkin memang kenyataannya itu tempat favorit makhluk halus. Setidaknya beberapa
jump scare punya penempatan waktu
yang tepat sehingga tersaji mengejutkan. Poin plus bagi Rizal Mantovani,
tatkala penataan kamera Rudy Novan acap kali menyulitkan penonton untuk
mengidentifikasi hal menakutkan apa yang tengah muncul.
Menjalani debut di film horor, Rianti tampak kesulitan
menjual kengerian yang meyakinkan. Teriakannya, ekspresi ketakutannya, urung
menyalurkan perasaan serupa kepada penonton. Tidak bisa sepenuhnya disalahkan.
Melihat desain si bayi gaib (atau bayi tumbal? atau bayi mati? Saya tak peduli),
tawa memang akan lebih mudah hadir ketimbang rasa takut. Penampilan Ashraf Sinclair
cukup bisa dinikmati, namun lebih dikarenakan tuntutan yang belum sebesar
Rianti. Karakter Rafa tidak sesering Farah mendapat gangguan mistis.
Ending-nya memperlihatkan sang pelaku
sesungguhnya mendatangi kediaman Farah dan Rafa. Untuk apa repot-repot saat
santet yang dikirim terbukti manjur? Lima menit terakhir bak cerminan kebingungan
Baskoro Adi Wuryanto mengenai harus bagaimana kisahnya ditutup. Serupa Gasing Tengkorak, Ruqyah: The Exorcism, Jailangkung,
hingga Ghost Diary, film ini dipenuhi
detail-detail khas Baskoro yang amat menggelitik dan niscaya memberi anda
dan teman-teman pengalaman mengasyikkan kala menertawakannya bersama-sama.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
17 komentar :
Comment Page:Kalimat terakhir bikin ngakak :)
The Florida Project review please, bang
@Anonim Beneran itu, kemarin premiere fun karena pada ngejek dan ngetawain filmnya haha
@Febrian Wah nggak janji ya. Yang pasti bagus. Nyoroti kemiskinan tapi nggak pakai eksploitasi penderitaan
Emang ini produksi KKD min?
Bukannya MD Pictures ya?
Joint production KKD sama MD. Tapi KKD sekarang pakai nama Dheeraj Kalwani, dan PH-nya Dee Production
Jadi ini alasanya Aisha absen dari Ayat ayat Cinta karena hamil bayi gaib?
Btw kalimat terakhir bikin gw penasaran sebenernya karena Ruqyah sama Gasing Tengkorak belom nonton.
Kalau nggak mau pusing jangan tonton Ruqyah & Gasing. Kecuali rame-rame, jadi bisa ketawa bareng haha
Klo menurut bang rasyid kualitas film Bayi Gaib bila disandingkan dg dua film MD sebelumnya yg disutradarai Jose Poernomo,masih mnding mana mas? Trus film ini masuk kategori recomendes enggak?
Oh jauuh, dua film itu ngaconya bukan main.
Recommended atau nggak monggo disimpulkam dari reviewnya :)
Serius macem Ruqyah & Gasing Tengkorak? Sial. Waktu selesai nonton itu pulang-pulang langsung kesel kebawa ampe rumah:)))
Nggak separah itu kok, masih ada beberapa jump scare yang lumayan. Ketololannya lebih asyik buat diketawain :D
Pak Dorman itu beneran ayahnya Babe Cabita ya bg?
(Nanya doang) hehe
Betul, itu babenya Babe :D
yakin si pelaku datangin korban selagi merasa santetnya ampuh? atau jangan-jangan dia justru merasa perlu turun tangan? *senyum di sudut ruangan, lalu masuk ke dalam kereta bayi
Prolog nya keren.. ending nya ngeden
Aku dah nonton filmnya. Dan benar benar ketawa. Awalnya ketawa karena ada beberapa adegan yg "lucu", terakhir ketawa karena ending film nya yg gaje... filmnya gak buruk2 amat, tp karena nonton dibioskop jadinya agak nyesel gimana gitu 😅
Jadi inget film demona karya rizal mantovani juga, endingnya bingungin. Dateng2 udahan, refleks nyeletuk"lah,gini doang". 80 menit yg gue ikutin ancur gk berarti gara2 di ending. Kan asemm:''
Posting Komentar