PARTIKELIR (2018)

10 komentar

Kalau saya setia mengikuti “buku pertaturan”, maka Partikelir adalah film buruk. Dalam debut penyutradaraannya, Pandji Pragiwaksono (juga menulis naskah bersama Goks Writing Team) kentara ingin membuat buddy movie. Pun filmnya dijual sebagai buddy movie sebagaimana diperlihatkan deretan poster parodinya yang merujuk pada judul-judul seperti Lethal Weapon, Hot Fuzz, 21 Jump Street, dan lain-lain. Masalahnya, Pandji dan tim kurang terampil menerapkan elemen-elemen vital penyusun sub-genre tersebut, tetapi, beberapa humor mampu hadir tepat sasaran.

Jadi bukankah berarti Partikelir sukses menghibur? Jawabannya relatif. Pertama kita rangkum unsur utama buddy movie khususnya yang mengedepankan komedi bercampur aksi. Seperti istilahnya, dinamika dua protagonis memegang signifikansi luar biasa. Jamaknya, mereka memiliki kepribadian berlawanan, kerap bertengkar, sampai akhirnya perlahan bersatu pasca melewati serangkaian aksi berhiaskan pernak-pernik humor. Partikelir punya Adri (Pandji Pragiwaksono), seorang detektif swasta nekat, serta Jaka (Deva Mahenra), pengacara dengan keseharian selaku “budak korporat”.
Semasa sekolah, keduanya bersahabat dekat, disatukan oleh keinginan menjadi detektif. Hingga sebuah peristiwa memecah pertemanan itu. Bukan cuma jarak, sifat Adri dan Jaka pun menjauh, saling bertolak belakang. Sekian tahun berselang, mereka bertemu lagi saat Adri sedang diminta bantuannya oleh Tiara (Aurelie Moeremans) guna menyelidiki bisnis sang ayah, yang menggiring Adri menuju rahaia soal narkoba bernama Rantau. Saya berasumsi, tali pertemanan Adri-Jaka bakal kembali seiring penyelidikan yang menggiring ke arah bahaya. Saya keliru. Mereka berdamai bahkan sebelum baku hantam dimulai. Alhasi, ketimbang dua pribadi berlainan yang terpaksa mengesampingkan perbedaan sambil terus adu argumen, Partikelir sebatas menyajikan dua pria konyol.

Seberapa keras Deva mencoba menghidupkan Jaka yang selalu meragu maupun Pandji memerankan Adri yang seenaknya, dinamika gagal terjalin karena pondasi alias nakahnya lemah. Kelemahan yang tidak berhenti di urusan dinamika antar tokoh, juga penyusunan misteri. Partikelir adalah film dengan protagonis detektif namun alurnya tak menyimpan daya tarik seputar misteri serta investigasi terhadapnya. Biar demikian, Pandji sejatinya merupakan komedian cerdas. Gelak tawa masih teripta, meski bukan berasal dari banyolan khas buddy comedy.
Saya menyukai suatu sekuen yang melibatkan penampilan singkat Gading Marten, yang membuktikan kejelian Pandji menyuguhkan kelucuan bermodalkan momen berisi lelucon tak lucu. So unfunny, it’s funny. Andai saja Pandji menambah kesolidan pondasinya alih-alih berusaha memenuhi ambisi besar pada debutnya sebagai sutradara ini. Dia ingin menyatukan segalanya. Komedi, aksi, sampai siratan romansa yang dipaksakan antara Adri dengan Tiara, si wanita yang bahkan fungsi keberadaannya layak dipertanyakan selain memberi kasus kepada Adri.

Bisa ditebak, ambisi Pandji menyertakan kritik bernuansa sosial-politik. Komedi bagus adalah komedi yang lucu. Komedi yang luar biasa adalah komedi yang mampu menyuarakan pesan kritis lewat kelucuan. Sedangkan Partikelir, bukannya “menyentil melalui komedi”, tapi “menyentil di tengah komedi”. Semakin mendekati akhir, metode “masuk paksa” untuk barisan kritik sosial-politik miliknya makin kentara. Termasuk pertanyaan besar mengenai perlunya twist tentang salah satu tokoh menjelang film berakhir yang semata-mata demi dua tujuan: 1) Kejutan, 2) Penyuluhan pesan anti-narkoba. Jika itu dihilangkan apakah akan mengurangi kelengkapan perkembangan karakternya? Tidak.

10 komentar :

Comment Page:
Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

apakah film ini yang menyebabkan ada tweet Aurelie tadi malam?

Rasyidharry mengatakan...

Oyes. Nanti juga nongol tweet Putri Marino.

KieHaeri mengatakan...

Lala Karmela jadi apa nih Mas? Eye candy atau supporting actress ? Oh ya minat buat nonton film thriller + black comedy film Bollywood yang main Irrfan Khan judulnya Blackmail?

Gerhana mengatakan...

mending nonton partikelir atau arini mas bro?

Rasyidharry mengatakan...

Mending Jelita Sejuba 😁

Gerhana mengatakan...

ia sih kangen putri mmarino :-D

Rasyidharry mengatakan...

@Ungki Supporting yang porsinya sebatas eye candy 😊

Mungkin sore ini nonton kalo sempet

Anonim mengatakan...

Orang2 yg kecewa dg hasil pilkada DKI menyambut dingin film ini. Wkwkwk.

Filmnya juga tak secerdas Cek toko Sebelah sih, untungnya.

Enyong mengatakan...

Film komedi garing

Anonim mengatakan...

Film gagal total menurut gw!
Gak worth it udeh rela2 ke bioskop!
Masih mending nonton komedi tv di rumah