PARTIKELIR (2018)
Rasyidharry
April 07, 2018
Action
,
Aurelie Moeremans
,
Comedy
,
Deva Mahenra
,
Gading Marten
,
Kurang
,
Pandji Pragiwaksono
,
REVIEW
10 komentar
Kalau saya setia mengikuti “buku pertaturan”, maka Partikelir adalah film buruk. Dalam
debut penyutradaraannya, Pandji Pragiwaksono (juga menulis naskah bersama Goks
Writing Team) kentara ingin membuat buddy
movie. Pun filmnya dijual sebagai buddy
movie sebagaimana diperlihatkan deretan poster parodinya yang merujuk pada
judul-judul seperti Lethal Weapon, Hot
Fuzz, 21 Jump Street, dan lain-lain. Masalahnya, Pandji dan tim kurang
terampil menerapkan elemen-elemen vital penyusun sub-genre tersebut, tetapi,
beberapa humor mampu hadir tepat sasaran.
Jadi bukankah berarti Partikelir
sukses menghibur? Jawabannya relatif. Pertama kita rangkum unsur utama buddy movie khususnya yang mengedepankan
komedi bercampur aksi. Seperti istilahnya, dinamika dua protagonis memegang
signifikansi luar biasa. Jamaknya, mereka memiliki kepribadian berlawanan,
kerap bertengkar, sampai akhirnya perlahan bersatu pasca melewati serangkaian
aksi berhiaskan pernak-pernik humor. Partikelir
punya Adri (Pandji Pragiwaksono), seorang detektif swasta nekat, serta Jaka
(Deva Mahenra), pengacara dengan keseharian selaku “budak korporat”.
Semasa sekolah, keduanya bersahabat dekat, disatukan oleh
keinginan menjadi detektif. Hingga sebuah peristiwa memecah pertemanan itu.
Bukan cuma jarak, sifat Adri dan Jaka pun menjauh, saling bertolak belakang. Sekian
tahun berselang, mereka bertemu lagi saat Adri sedang diminta bantuannya oleh
Tiara (Aurelie Moeremans) guna menyelidiki bisnis sang ayah, yang menggiring
Adri menuju rahaia soal narkoba bernama Rantau. Saya berasumsi, tali pertemanan
Adri-Jaka bakal kembali seiring penyelidikan yang menggiring ke arah bahaya. Saya
keliru. Mereka berdamai bahkan sebelum baku hantam dimulai. Alhasi, ketimbang
dua pribadi berlainan yang terpaksa mengesampingkan perbedaan sambil terus adu
argumen, Partikelir sebatas menyajikan
dua pria konyol.
Seberapa keras Deva mencoba menghidupkan Jaka yang selalu
meragu maupun Pandji memerankan Adri yang seenaknya, dinamika gagal terjalin
karena pondasi alias nakahnya lemah. Kelemahan yang tidak berhenti di urusan
dinamika antar tokoh, juga penyusunan misteri. Partikelir adalah film dengan protagonis detektif namun alurnya tak
menyimpan daya tarik seputar misteri serta investigasi terhadapnya. Biar
demikian, Pandji sejatinya merupakan komedian cerdas. Gelak tawa masih teripta,
meski bukan berasal dari banyolan khas buddy
comedy.
Saya menyukai suatu sekuen yang melibatkan penampilan singkat
Gading Marten, yang membuktikan kejelian Pandji menyuguhkan kelucuan bermodalkan
momen berisi lelucon tak lucu. So
unfunny, it’s funny. Andai saja Pandji menambah kesolidan pondasinya
alih-alih berusaha memenuhi ambisi besar pada debutnya sebagai sutradara ini. Dia
ingin menyatukan segalanya. Komedi, aksi, sampai siratan romansa yang dipaksakan
antara Adri dengan Tiara, si wanita yang bahkan fungsi keberadaannya layak
dipertanyakan selain memberi kasus kepada Adri.
Bisa ditebak, ambisi Pandji menyertakan kritik bernuansa
sosial-politik. Komedi bagus adalah komedi yang lucu. Komedi yang luar biasa
adalah komedi yang mampu menyuarakan pesan kritis lewat kelucuan. Sedangkan Partikelir, bukannya “menyentil melalui
komedi”, tapi “menyentil di tengah komedi”. Semakin mendekati akhir, metode “masuk
paksa” untuk barisan kritik sosial-politik miliknya makin kentara. Termasuk
pertanyaan besar mengenai perlunya twist
tentang salah satu tokoh menjelang film berakhir yang semata-mata demi dua
tujuan: 1) Kejutan, 2) Penyuluhan pesan anti-narkoba. Jika itu dihilangkan
apakah akan mengurangi kelengkapan perkembangan karakternya? Tidak.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
10 komentar :
Comment Page:apakah film ini yang menyebabkan ada tweet Aurelie tadi malam?
Oyes. Nanti juga nongol tweet Putri Marino.
Lala Karmela jadi apa nih Mas? Eye candy atau supporting actress ? Oh ya minat buat nonton film thriller + black comedy film Bollywood yang main Irrfan Khan judulnya Blackmail?
mending nonton partikelir atau arini mas bro?
Mending Jelita Sejuba 😁
ia sih kangen putri mmarino :-D
@Ungki Supporting yang porsinya sebatas eye candy 😊
Mungkin sore ini nonton kalo sempet
Orang2 yg kecewa dg hasil pilkada DKI menyambut dingin film ini. Wkwkwk.
Filmnya juga tak secerdas Cek toko Sebelah sih, untungnya.
Film komedi garing
Film gagal total menurut gw!
Gak worth it udeh rela2 ke bioskop!
Masih mending nonton komedi tv di rumah
Posting Komentar