RASUK (2018)
Rasyidharry
Juni 29, 2018
Alim Sudio
,
Dheeraj Kalwani
,
horror
,
KK Dheeraj
,
Miller Khan
,
REVIEW
,
Sangat Jelek
,
Shandy Aulia
,
Ubay Fox
39 komentar
Jamaknya, poster berguna selaku media promosi untuk menarik
penonton, memberi sekilas gambaran mengenai konten suatu film. Tapi Rasuk, selaku produksi gabungan keempat
Dee Company bersama MD Pictures mengangkat esensi poster ke tingkatan lebih
jauh, yakni memprediksi apa yang penonton rasakan kala menyaksikan filmnya. Jika
Shandy Aulia tampak ketakutan akibat ditarik sosok-sosok misterius, saya
terjerat keburukan demi keburukan Rasuk
yang tak butuh waktu lama untuk memancing frustrasi. Tapi film ini patut dirayakan
sebagai pertanda kembalinya Dheeraj Kalwani menuju jati dirinya sebagai KKD
yang kita kenal, puja, dan sayangi bersama.
Tentu Gasing Tengkorak (2017)
dan Bayi Gaib: Bayi Tumbal Bayi Mati Bayi
Hidup Lagi Bayi Prematur Bayi Setan (2018) buruk (saya melewatkan Kembang K*nt*l), namun film garapan Ubay
Fox (Valentine) ini paling mendekati
mahakarya Baginda Yang Termahsyur KK Dheeraj. Adegan yang dikemas sedemikian
ajaib berpadu penyuntingan gambar tak kalah gaib? Ada. Hantu dengan riasan
bagai bubur basi? Ada! Andai Rasuk
dirilis satu dekade lalu, Alexis Texas, Lexi Belle, atau Sunny Leone mungkin
bakal direkrut sebagai cameo,
sementara judulnya berubah jadi Kerasukan
Arwah Datang Bulan, atau semacamnya.
Rasuk yang mengadaptasi novel berjudul
sama karya Risa Saraswati, dibuka lewat presentasi sinematografi paling cantik
sepanjang film, walau konteksnya layak dipertanyakan, dan baru dijawab
menjelang akhir, itu pun tetap tak masuk akal. Tapi ini film KKD. Alangkah
baiknya demi kesehatan penonton, logika serta akal sehat disimpan rapat-rapat.
Kala situ Langgir (Shandy Aulia) berada di atas gunung, mengenakan gaun
putih cantik tanpa alas kaki. Awal yang menjanjikan, sayangnya Rasuk merupakan film cerita, bukan video
pre-wedding. Pasca kematian sang
ayah, Langgir mulai membenci dunia, karena merasa sang ibu menyalahkannya atas
peristiwa itu. Akibatnya, Langgir senantiasa murung, bersikap ketus pada semua
orang.
Semua orang kecuali Abimanyu (Miller Khan), pria yang
diam-diam ia sukai. Di depan Abimanyu, Langgir berubah ceria, atau lebih
tepatnya, Shandy Aulia kembali menjadi Tita di Eiffel...I’m In Love. Selain Abimanyu, praktis Langgir bersikap tak
menyenangkan di depan orang lain. Dia membentak adik tirinya yang masih balita,
menyatakan ketidaksukaan pada keluarganya, yang menurutnya dipenuhi kebencian
(meski sejatinya Langgir sendirilah yang penuh rasa benci), pun kesal setengah
mati kepada sahabat-sahabatnya. Kenapa? Karena bagi Langgir kehidupan mereka
terlampau sempurna. Oh, dan dia langsung mengamuk ketika tahu Abimanyu
berpacaran dengan salah satu sahabatnya, padahal sedikitpun tidak pernah ia
bercerita pada mereka.
Bagaimana bisa menaruh simpati untuk Langgir, yang bukannya
tokoh tertindas, melainkan gadis menyebalkan, egois, enggan bersyukur, juga
bersikap pahit terhadap seala hal? Bukan berarti karakter lainnya lebih baik.
Sambutlah geng “Puteri Sejagat”, empat gadis termasuk Langgir, yang mesti
menghadapi lawan luar biasa berat berupa dialog-dialog dalam naskah tulisan
Alim Sudio (Dimsum Martabak, Kuntilanak),
yang penuh kalimat tidak natual berisi perpaduan asal gaya kasual dan resmi,
yang bak ditulis seseorang dengan pemahaman minim tentang interaksi manusia
sehari-hari. Keempat protagonis kita begitu bangga dengan nama “Puteri Sejagat”,
sewaktu bertemu wanita misterius di hutan, hal pertama yang dilakukan adalah
berkenalan kemudian berkata, “kami berempat Puteri Sejagat”, saat seharusnya
mereka membaca doa sapu jagat lalu kabur sejauh mungkin.
Alkisah, “Puteri Sejagat” ingin berlibur ke sebuah villa. Sayang
seribu sayang, jembatan yang mesti dilalui putus, dan dengan begitu berani,
keempatnya memasuki hutan. Bisa ditebak, mereka pun tersesat. Tapi tenang,
setidaknya papan penunjuk jalan sudah menyebut villa tujuan mereka berada di
Utara. Masalah timbul ketika jalan bercabang. Kompas sudah menunjukkan mana
arah Utara, tapi feeling salah satu
anggota “Puteri Sejagat” berkata kalau Selatan adalah arah yang tepat. Mana
yang akhirnya dipilih? Tentu saja Selatan. Percayalah pada kata hatimu.
Persetan dengan kompas dan papan kayu. Tahu apa benda-benda mati itu soal arah.
Luar biasa bodoh para tokoh utama kita, hingga elemen
persahabatan ditambah pesan mengenai “semua punya masalah, jangan mengira
dirimu paling menderita” terkubur bersama arwah penasaran, yang tiap kali
muncul, disertai gebrakan efek suara memekakkan telinga. Bahkan tatkala hantu
muka bubur basi tak muncul menyerang “Puteri Sejagat”, telinga kita terus saja
diserang tata suara berisik tersebut. Mungkin pembuat filmnya mengira, jika
volume ditingkatkan ke titik maksimal, penonton bakal tertipu, mengira di layar
sedang terjadi sesuatu. Di sebuah kesempatan, Langgir memarahi teman-temannya
karena berteriak meminta bantuan. “Berisik!”, begitu ucapnya. Wahai Langgir,
itu pula yang ingin saya sampaikan pada film ini.
Sekitar 90% bangku penonton terisi dan nyaris semua terhibur,
selalu berteriak ketakutan. Kondisi ini bisa memicu anggapan, “mengapa
repot-repot membuat film bagus kalau suguhan berkualitas rendah macam ini pun
laku keras dan disukai?”. Melalui Rasuk,
KKD seolah mengacungkan jari tengah kepada penonton film Indonesia yang peduli
dan mengharapkan tontonan berkualitas. Tapi kalau anda tetap penasaran, saya
sarankan datang saja ke bioskop dengan tata suara terbaik yang menayangkan film
ini. Begitu film dimulai, tidak perlu masuk, cukup duduk di samping studio.
Pasang telinga baik-baik, dan anda tetap bisa mendengar gempuran-gempuran tata
suaranya. Tidak perlu menyaksikan gambarnya, toh pembuatnya merasa, teror dalam
horor bisa dicapai lewat gelaran musik berisik saja.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
39 komentar :
Comment Page:Di tempat saya nonton juga film ini sedari jam 2 siang sudah sold out sampai jam malem. Memang masih menjadi primadona film horror macam gini. Makannya film horrr macam ini akan selalu dibuat, karena memang biasanya lebih dari balik modal. Saya memang sudah khatam membaca novel Rasuk, saya sangat suka novelnya krn membaurkan kisah horror dlm balutan kisah yang memang cukup penting. Tapi untuk nonton filmnya harus saya skip. Dan alhasil tadi milih Kulari Ke Pantai filmnya fun banget sekaligus hangat disaat bersamaan.
Astaga, bang harry... bahasanya bikin ngakak sengakak ngakaknya.... ������
Dheraaj kalwani, Wkwkw menyesalkah mas bro?
Btw, nama nama kya Alexis Texas, Lexi Belle, atau Sunny leone sampe d sebutin sangkin khasnya kkd. Tp bolehlah salah satu hahaha
bagus klo gitu KK dheraaj di undang jd guest star di hammersonic 2018
kayaknya salah satu faktor penarik penontonnya adalah nama risa sarasvati
ya danur kan kemaren cukup bagus
jd ada harapan itu
tapi ya gitu deh
daripada buang duit nonton ini
mending nonton hereditary, benar benar mimpi buruk (in a good way)
Saya pilih nonton rasuk secara random dan Banyak hal2 yg maksa dan diluar nalar saya,
((WARNING SPOILER))
linggar mengatakan ibunya menyalahkan padahal ga pernah tuh marah2in linggar dan perjalanan ke vila yg berangkatnya dibilang 2 jam tapi bisa ditempuh cepat ketika linggar kerasukan. Dan temennya yg gendong istrinya mas rudi jalan kaki pun sampe.WOW!!!
paling suka baca review dengan rating "sangat jelek" dari mas harry, bikin ngakak XD
Bener, gimana Indonesia mau bikin film horror bagus kaya The Exorcist atau Hereditary kalo banyak penonton yg lebih suka film horror yang jelek
Kadang heran sama film begini, si pembuatnya nggak nonton dulu apa ya sebelum dirilis? Terus harusnya dia mikir 'ini film layak ditonton gak sih?'
Greget bgt liatnya, ini nggak sayang biaya produksi apa gimana ya? Heran��
Dari trailer aja, udah terlihat busuknya film ini. Sutradaranya gak pakai otak atau gimana ya? Kesannya tidak belajar dari pengalaman sebelumnya. Pemikirannya, yang penting ada yang nonton dan balik modal.
@Ungki Keputusan bagus pilih Kulari Ke Pantai :)
@Mofan Ya ginilah kalo dapet film yang ancurnya keterlaluan
@Taufik Nope, nggak menyesal, soalnya gratis haha
@Teguh Yep, faktor Risa Saraswati dan horor lagi booming. Danur jadi berasa Hereditary dibandingin ini.
@Panca Well, that's KKD at his usual best :D
@Willy Untuk sekarang sih (2017-2018) penonton kita dikasih horor pasti rame. Tinggal di pembuat filmnya aja. Karena kalau kualitas jelek, lama-lama ada kejenuhan juga.
@Anonim Beberapa pembuat film simply nggak peduli sama itu. Soal biaya produksi ya nggak sayang, minimal pasti balik modal ini.
Anyway, review begini nih yang mestinya dipublish di media seperti koran, biar sadar sedikit tuh yang punya production house. Review yang sangat menghibur.
Alexis Texas, Lexi Belle, atau Sunny Leone itu siapa 😶?
Jadi teringat kata2 Joko Anwar “Saya berharap Pengabdi Setan bisa jadi standar terjelek film horor Indonesia ke depan.”
DAN HASILNYA????
Hanya kuantitasnya aja yg dibanyakin.
Wah bapak udah menyelamatkan uang saya. Kulari ke pantai ajalah reviewnya bagus2
Review paling fun dari mas Rasyid , senyum sendiri sejak paragraf pertama, lebih seruan baca review nya dari pada nonton film nya, setuju mesti nya kupasan model begini sampe ke pembuat nya
@dimas Jangan pura-pura nggak tahu mas haha
@Panca Wah kalau hari itu beneran datang, horor Indonesia jelas jadi salah satu yang terbaik di dunia.
@Albert Pilihan tepat :)
@Okiyadi Semoga nggak lebih sering bikin review "fun" macam ini ya :D
Rasuk anagram dari Rusak kan mas?? Wkwk
Dipikir2 sedih juga ya gan mnyadari kualitas penonton kita soal film serendah itu
Ga review kulari ke pantai pak? Hehehe.
Saya salut dgn bang Harry yg tabah menghadapi cobaan yg maha berat menonton film ini
Sembah sujud dan sungkem buat Mbah KKD 😂😂
Saya salut dgn bang Harry yg tabah menghadapi cobaan yg maha berat menonton film ini
Sembah sujud dan sungkem buat Mbah KKD 😂😂
Astagfirullah, ngakak 😆 review begini lebih horor dari uji nyali wkwkw 😂 kok gak kapok2 sih nonton film horor indo mas?
@Chan Ya, dari rusak & kasur. Saking rusaknya bikin pengen ke kasur biar lupa.
@susan Gimana lagi, emang kudu 2 arah. Penonton dukung dengan nonton yang bagus, filmmaker juga mesti sadar biar nggak kehilangan kepercayaan penonton.
@eko Aku ini orangnya tabah dan sabar luar biasa memang 😂
@sella Karena di setiap yang jelek, pasti tetep ada yang bagus. Buanyak kok proyek horor lokal menjanjikan tahun ini (Kafir, Sebelum Iblis Menjemput, Suzzanna, Keramat 2, dll.). Alasan kedua ya biar pembaca tahu kalo ini busuk jadi gak perlu nonton hahaha
Ngakak abis baca reviewnya. Waduhhh... agak kecewa nih. Gue kan fans berat Shandy Aulia. Intinya ini bukan salah Shandy Aulia. Salah filmnya -_-. Tapi kenapa sih kak Shandy terima tawaran film kaya gini. Mumpung udah gak di Soraya Intercine Films dan Hitmaker Studios main film yang keren napa.. bt.
Sayang banget yaaa, padahal sumber materi udah bagus bgt. Saya sendiri baca novelnya pesannya nyampek bgt, sempet bayangin klo difilmin pasti bakal jdi sesuatu yg baru. Tpi klo udah dieksekusi orang yg kurang tepat, Rasuk jadi Rusak ya mas wkwkwk
@YB ya pada akhirnya duit yang berbicara :)
@Alvan Berasa sih, ada cerita yang potensial di dalamnya, cuma ya, eksekusinya cuma jedar jeder jump scare
Apakah setuju bila Rasuk lebih bagus dari Hereditary sebagai pilihan horror minggu ini di bioskop?karena waktu saya nonton Hereditary orang di sebelah saya berkata "Halah mending nonton film Indonesia Rasuk".Apa pendapat anda bang rasyid kepada orang itu? :v
@Robby Biarin. Cukup didoakan biar segera dapat hidayah.
Saya penggemar berat novel risa saraswati, waktu baca rasuk lgsg kepikiran kalo dijadikan film bakal keren..ternyata di film totally diubah ceritanya,kalau yg sudah baca novelnya sbnarnya yg merasuki jiwa teman2 langgir adalah roh langgir sndiri,bukan hantu bubur basi kumala sari..tapi ya sdhlah anggap buat hiburan saja nonton rasuk,hee..karena selera balik ke masing2..saya support film indonesia, jd lbh byk nonton film indonesia kalo ke bioskop..walo kdg kuakitasnya ya begituuuu..
Gw baru aja nonton film ini dan di bawah expectasi gw , yg nonton pun tadi cuma 7 orang hehehe..
Yg gw suka cuma pemandangan gunungnya saja wkwk
Let see ant - man vs Rasuk
Bukan gak support film lokal, buktinya ane masih nonton Rumah Dara, Mystic in Bali, Pengabdi Setan, My Stupid Boss.
tapi masih memorable Pengabdi Setan sih...
Danur ane rasa di garap asal-asalan.
Indonesia butuh belajar dar Stanley Kubrick
@Tyo Danur 2 directing not bad, naskahnya yang asal banget.
Nggak perlu sampai Kubrick dulu, cukup berusaha bikin semaksimal mungkin. Berasa kok, mana film kurang oke yang dibikin niat sama film jelel yang emang asal jadi.
Saya sudah lama jadi silent reader di blognya mas Rasyid hehe maafkan, selalu sangat-sangat terbantu dengan review-review mas Rasyid biar saya bisa pilih film yang waras, dan overall selama ini review nya saya rasa paling jujur. Tapi, setiap kali buka movfreak kemudian ketemu tag "sangat jelek", hati ini selalu girang karena pasti akan ngakak setiap baca review nya. Hiburan banget :D
terima kasih ya mas Rasyid masih selalu bersedia nonton film-film macam Rusak eh Rasuk maksudnya. Selalu berhasil menyelamatkan saya dari ajaibnya film baginda KKD. Semangat terus, tetap menulis!
RISA SARAS lg booming d bandung karena di yutub di buat jurnal risa..sy pun salah satu yg suka ama ekpedisi mereka..ntn danur aga lmayan tp saat liat rasuk dgn KKD..otak waras ane msh jalan..oke ane fans RISA tp ane msh bs milih mana yg baik dan buruk :D
nggu review seperti ini dan semakin yakin ane ga menyesal melewatkan rasuk :D
Gimna mau d esekusi dgn bagus..wong dri ph nya tdk mefasilitaskan apa yg sutradara mau..jdi yaa d buat seadanya,syg memang..pdahal sudah d pilih lokasi dan cerita yg bagus,tpi skalia lgi KKD hanya memikirkan filmnya jadi dan tayang tanpa memikirkan saat pembuatan filmnya..si sutradara ubay fox jg sudah pesimis untuk film ini,bahkan poster dan traillernya dia tdk d perkenankan untuk mendesain apa yg dia mau malah baginda KKD yg menentukan semuanya..yaa lgi lgi masalah uang dan kekuasaannya..cmiw :)
@Rabia Yah begitulah baginda kita satu ini. Semoga berikutnya bisa kerja sama bareng produser yang lebih kooperatif :)
Saya penggemar karya Risa dan sedih sekali film-film yang diangkat dari novelnya selalu tidak menggambarkan isi novelnya. Danur, Maddah, Asih dan Ananta masih lumayan meskipun tetap kecewa karena ceritanya berbeda dari novel. Untuk Rasuk? Saya beneran gak bisa tolerir. Busuk bangat! Untung gak nonton pas di bioskop. Saya benci Rasuk diubah jadi film sampah dengan adegan belah kepala yang unfaedah. Risa tidak pernah membuat karya sedangkal kisah film Rasuk. Saya sih berharap ada satu saja karya film dari buku Risa yang Risa turut serta dalam pembuatannya. Saya kecewa Risa diam saja melihat karya-karyanya dizholimi oleh pihak-pihak yang memfilmkan karyanya itu. Contoh Ika Natassa yang ikut serta dalam penggarapan film Critical 11 sehingga cerita dan naskah filmnya terjaga gak aur-auran melenceng jauh seperti film Risa.
Posting Komentar