SMALLFOOT (2018)
Rasyidharry
Oktober 06, 2018
Animated
,
Channing Tatum
,
Common
,
James Corden
,
Karey Kirkpatrick
,
Lumayan
,
REVIEW
,
Zendaya
7 komentar
Saya tidak mengira bahwa Smallfoot, animasi semua umur yang
diadaptasi dari buku Yeti Tracks karya
Sergio Pablos yang mengimajinasikan kondisi di mana yeti melihat manusia
sebagaimana kita melihat mereka, merupakan tontonan tegas dan berani dalam
menyindir orang-orang yang mengikuti kepercayaan—atau sebut saja agama—mereka secara
buta. Bukan satir mendalam, sebab akhirnya elemen tersebut sebatas diletakkan
sebagai latar awal, tapi tetap saja, sungguh langkah berani yang mengejutkan.
Para yeti percaya bahwa mereka: a) tinggal
di gunung mengapung yang disangga di atas punggung mamut raaksasa, b) lahir
dari pantat yak raksasa nan agung, c) perlu membunyikan gong tiap pagi agar
siput bercahaya (yang kita sebut “matahari”) dapat terbit. Semua fakta-fakta
itu tertulis di batu-batu, yang berfungsi layaknya Alkitab bagi yeti. Mereka
percaya batu tak pernah salah tanpa mengecek kebenarannya sendiri. Sebab
seperti di dunia kita, meragukan batu atau menginginkan penjelasan lebih akan
membuat seseorang dikutuk dan diasingkan oleh masyarakat.
Migo (Channing Tatum) merupakan
putera penabuh gong yang setia menuruti aturan batu dan bercita-cita
melanjutkan profesi sang ayah. Pun serupa kebanyakan penduduk desa, Migo yakin
kalau smallfoot alias manusia tidak
eksis. Mengapa? Pastinya karena itulah yang dikatakan batu. Sampai suatu hari
sebuah pesawat terjatuh dan Migo melihat seorang manusia. Tentu warga desa tak
mempercayainya, seperti halnya takkan ada yang percaya apabila kalian mengaku
telah melihat yeti.
Migo akhirnya diasingkan karena
menantang kebenaran yang mayoritas publik yakini. Sampai organisasi rahasia—yang
nampak bak perkumpulan penggila teori konspirasi—bernama S.E.S. (Smallfoot Evidentiary Society) yang
diketuai oleh Meechee (Zendaya), puteri Thorp (Common) sang penjaga batu, mengajak
Migo bergabung guna membuktikan eksistensi smallfoot.
Migo bersedia, lalu nekat menuruni gunung terapung untuk menemukan fakta bahwa
di bawah, terdapat peradaban lain yang dihuni manusia.
Dari sini, filmnya bergerak
melintasi babak kedua dengan mengikuti formula petualangan ramah keluarga,
meninggalkan kritik sosialnya di belakang, sebelum menyentuhnya lagi jelang
akhir. Humornya pun beralih dari satir tajam menuju slapstick, yang berkat pengarahan solid sutradara Karey Kirkpatrick
(Over the Hedge, Imagine That),
berhasil memproduksi tawa. Satu peristiwa tampil paling menonjol, yakni sewaktu
Migo bersusah payah menyeberangi jembatan gantung, yang elemen-elemennya seolah
diambil dari textbook The Road Runner Show yang terkenal lucu,
berlebihan, juga kreatif. Bahkan sebelumnya Migo sempat melayang menggunakan
mesin jet pesawat Wile E. Coyote dengan roketnya.
Tapi hiburan paling lezat
dihadirkan sekuen musikalnya. Wonderful
Life yang dibawakan Zendaya mengajak penonton mengarungi perjalanan indah
nan magis melintasi semesta, sedangkan nomor rap Let it Lie dari Common menyuntikkan nuansa segar dan unik sembari
membawa pesan kuat yang turut berfungsi selaku eksposisi cerita.
Para yeti belajar lebih mengenai
manusia ketika Migo membawa Percy (James Corden), mantan presenter televisi
tenar yang berharap salah satu videonya viral agar kondisi keuangannya membaik.
Ahasil, pertemuan dengan yeti ibarat tambang emas baginya, meski di saat
bersamaan juga sebuah ujian terhadap sisi kemanusiaan (dan integritas) milik
Percy. Seiring interaksi kedua spesies, kita pun mempelajari bahwa mereka sejatinya serupa, menganggap satu
sama lain sebagai monster. Satu lagi pesan penting dan relevan mengenai tendensi
kebencian terhadap sesuatu atau seseorang yang (terlihat) berbeda.
Ikatan antara manusia dan yeti
sayangnya tidak pernah terasa cukup kuat. Berbeda degan karakternya, Smallfoot gagal mendobrak batasan bahasa
guna menjalin hubungan pertemanan yang kuat. Konflik personal kedua pihak juga
terasa berdiri sendiri tanpa benar-benar saling melengkapi. Migo dan Percy,
selaku protagonis yang mewakili sisi yeti dan manusia, tak pernah berbagi
interaksi emosional, sehingga dampak rasa yang dimunculkan konklusinya tidak
setinggi yang diharapkan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
7 komentar :
Comment Page:Makasih reviewnya mas Rasyid, besok bakal nonton ini nih.
Oh iya masih nonton AHS kan mas Rasyid? Yg season 8 kece banget, pas para penyihir dari season 3 muncul keren, jadi penasaran banget apa yg sebenernya terjadi kok bisa terjadi kiamat, Michael ngelakuin apa, terus apa peran para penyihir buat hadapin Michael nanti, ama nanti gimana flashback ke Murder Housenya
Mirip happy feet berarti ya kritiknya.
Btw, saya cuma tanya 1 hal : lucu banget ngga? Hehe... Karna over the hedge menurut sy kurang lucu.
@Anonim Haha gak sempet, donlot doang tapi belum ditonton.
@aryo Well, nggak semua, tapi beberapa bagian lucu sih
Bang rasyid tanya dong. Download film skrng dr mana ya yg bisa ? Dulu dr lk21 dan indoxxi enak lancar skrng ga bs susah bgd. Minta rekomendasinya dong bang. Thx
http://bioskopkeren.xyz/category/movie/
Saya suka baca blog ini karena unsur spoilernya tipis bahkan gak ada. Salut buat mas rasid. Good luck :)
@Pramudya Thanks a lot :))
Posting Komentar