DI BALIK LAYAR - DONGENG MISTIS (2018)

30 komentar
Bukan, ini bukan review seperti biasa, karena sebagaimana beberapa dari kalian tahu, saya adalah salah satu produser Dongeng Mistis. Seperti judul artikelnya, kali ini saya hendak menceritakan sekelumit proses di balik layar film ini.

Awal Keterlibatan
Semua bermula di awal 2017, saat Gandhi Fernando datang ke Yogyakarta untuk proses pra-produksi Mobil Bekas dan Kisah-Kisah dalam Putaran (2017) karya Ismail Basbeth, di mana ia termasuk salah satu produser eksekutif sekaligus aktor. Sebelumnya kami sempat bertemu sejenak dua kali, yakni seusai pemutaran spesial Midnight Show (2016) di Yogyakarta dan pada Jogja Asian Film Festival (JAFF) 2016.

Karena datang terlalu pagi, saya (disusul Taufiqur Rizal dari Cinetariz) berbaik hati menemani. Di situlah dia menunjukkan beberapa proyek yang sedang dikerjakan, dari trailer Mantan (2017), klip Zodiac: Apa Bintangmu? (rencana rilis awal 2019), dan konsep film horor omnibus yang merupakan cikal bakal Dongeng Mistis.
Sejujurnya saya bukan penggemar Renee Pictures. Tapi satu yang saya suka, selalu ada usaha tampil segar. The Right One (2014) memang lemah di naskah dan chemistry, namun berani menghadirkan romansa bergaya Before Sunrise. Tuyul: Part 1 (2015) tampak menonjol bila disandingkan dengan horor-horor lokal belakangan. Lalu ada Midnight Show buatan Ginanti Rona, slasher solid yang bahkan menyerempet gaya giallo yang jarang disentuh sineas kita.

Selang beberapa bulan, sewaktu saya disibukkan penyelesaian skripsi, Gandhi kembali menghubungi, menawarkan posisi produser untuk Dongeng Mistis, yang saat itu berada di tengah fase produksi. Saya tentu tertarik, tapi pertanyaan ini terus berkecamuk.....
Reviewer Kok Jadi Produser?
Apakah etis jika saya terjun ke industri film sebagai pembuat tapi meneruskan kegiatan review film? Selama beberapa bulan saya gamang. Sebenarnya beberapa reviewer kita sudah melakukan itu. Daniel Irawan sebagai konsultan di Magma Entertainment bahkan menulis naskah bersama Charles Gozali untuk Malam Jahanam yang hendak  diproduksi, Elbert Reyner menjadi astrada Buffalo Boys, Vincent Jose sebagai produser di Renee Pictures, dan tentunya Witra Asliga yang beberapa waktu lalu merilis film panjang perdananya, The Returning.

Tapi itu mereka. Bagaimana dengan saya sendiri? Bagaimana respon pihak luar? Akhirnya saya sadar. Tujuan utama saya terlibat di Dongeng Mistis bukan mencari uang, melainkan belajar mengenai seluk-beluk produksi film. Saya percaya, reviewer harus tahu banyak, setidaknya lebih dari masyarakat umum tentang proses di balik layar film. Tentu kita bisa belajar dengan membaca artikel atau bertanya pada praktisi, namun bukankah mengalami langsung bakal memberi pembelajaran lebih besar?

Intinya, saya merasa bodoh dan ingin menjadi pintar.
Peran di ‘DONGENG MISTIS’
Begitu saya bergabung, Dongeng Mistis hendak memulai pasca-produksi. Peran saya adalah mengisi posisi Gandhi yang sudah mulai disibukkan oleh aktivitas Mister Indonesia lalu Mistet Supranationl. Salah satunya soal pengisian musik, di mana kami bekerja sama dengan Spinach Records milik DJ Riri. Saat itu kami kebingungan. “Mau dibawa ke mana musiknya kalau diisi para DJ yang minim pengalaman di film?”. Akhirnya, kami nekat berkata, “Just use your roots. If it’s an electronic music, we’re gonna make an electro-horror then”. Hasilnya tidak mengecewakan. Terselip keunikan yang pastinya bukan bunyi-bunyian asal berisik.

Proses berikutnya sekaligus yang paling menantang (Baca: ruwet) adalah urusan birokrasi, baik ke bioskop maupun LSF. Di sinilah tujuan awal saya terpenuhi. Saya yang biasanya mengacuhkan birokrasi (saat kuliah selalu berkata “Fuck them!” ketika kampus menyulitkan pementasan yang saya buat) kini tahu tahap-tahap mengurus sensor, di mana saya akhirnya mengalami langsung betapa ajaibnya LSF. Begitu pula soal distribusi—poster, trailer, maupun DCP film—, penentuan tanggal tayang, pembagian jatah layar, juga aktivitas pasca-produksi lain. 
Filmnya Sendiri Bagaimana?
Dongeng Mistis adalah omnibus berisi enam cerita buatan enam sutradara yang menampilkan enam hantu khas Indonesia (666, get it?). Enam sutradara ini hampir semuanya debutan, keputusan yang kerap dilakukan Renee Pictures, berpijak pada tujuan membukakan pintu bagi talenta-talenta muda untuk terjun ke industri (Mempunyai kredit layar lebar termasul salah satu syarat penting jika sutradara ingin dilirik).

Sementara keenam hantunya adalah Pocong, Sundel Bolong, Genderuwo, Begu Ganjang, Bajang, dan Lehak. Khusus nama yang disebut terakhir, itu adalah makhluk baru ciptaan sutradara/penulis naskah Andra Fembriarto (Sinema Purnama) yang dibuat berdasarkan gabungan budaya-budaya milik beragam daerah Indonesia.

Saya tidak bisa memberi penilaian pada film ini, tapi saya bisa memberi sedikit gambaran mengenai tiap segmen. Sundel Bolong karya Ihsan Fadli (sempat menjadi astrada 2 di Cek Toko Sebelah) jadi segmen paling atmosferik berkat visualnya. Di rumah yang tengah mati lampu di malam hari, seorang ibu hamil (Maryam Supraba) harus menghadapi teror Sundel Bolong yang penuh akal bulus guna menjebak korbannya. Pocong garapan Achmad Romie mengisahkan ustaz (Kiky Armando) yang keimanannya diuji, kala di tengah perjalanan pulang seusai mengajar ngaji, diganggu sesosok pocong. Saya suka bagaimana ahli agama tidak digambarkan sebagai jagoan sempurna di sini.
Bajang garapan Kristian Panca Nugroho yang menceritakan teror Bajang (hantu berwujud anak kecil) kepada wanita (Putri Ayudya) yang baru melakukan keputusan besar dalam hidupnya, merupakan segmen dengan performa akting terbaik. Tidak mengejutkan, mengingat Putri Ayudya (Kafir, Kenapa Harus Bule?), Ade Firman Hakim (22 Menit, Bidah Cinta), dan Khiva Iskak (Gerbang Neraka, Love for Sale) mengisi jajaran cast-nya. Genderuwo dibuat oleh Orizon Astonia yang dikenal lewat film-film pendek langganan festival seperti Lewat Sepertiga Malam (2013) dan Gadis Berkerudung Hitam dan Manusia Serigala (2014). Bertutur mengenai wanita (Dea Ananda) yang mendapati bahwa penyakit ayahnya diakibatkan gangguan Genderuwo, sebagaimana karya-karya Orizon sebelumnya, ada poin terselubung di balik alur yang sekilas nampak sederhana.
Daya tarik terbesar Begu Ganjang  karya Vicky Ray adalah hantu yang belum pernah diangkat ke layar lebar. Anda akan diajak memahami legenda Begu Ganjang melalui investigasi wartawan bernama Daniel (Gandhi Fernando). Terakhir adalah Lehak yang rasanya cukup tepat disebut sebagai segmen paling artistik. Efek visual warna-warni serta tarian tradisional akan membawa anda mengunjungi dunia fantasi rekaan Andra Fembriarto yang mengetengahkan keputusan seorang gadis (Btari Chinta) melakukan tarian terkutuk pemanggil Lehak.

Silahkan sambangi bioskop mulai 22 NOVEMBER 2018, dan jangan ragu-ragu mengutarakan pendapat kalian mengenai filmnya di kolom komentar, entah baik atau buruk. Saya tidak tahu apakah saya akan terlibat pada produksi film lain, sehingga bukan mustahil ini merupakan yang pertama sekaligus terakhir. Jadi, ini kesempatan langka melihat nama saya di layar lebar, hehehe....

Sebelum menonton, simak dulu trailer-nya berikut ini

30 komentar :

Comment Page:
KieHaeri mengatakan...

Yesss....yang ditungu-tunggu akhirnya tiba. Siap meluncur besok. Btw, di Garut tayang kan Mas? Hehe. Very excited for tomorrow...

Rasyidharry mengatakan...

Waduh Garut XXI ya? Seingat saya nggak, soalnya dari 21 cuma kasih 25 layar se-Indonesia. Jatah horor kemakan Suzzanna 😅

Erwww mengatakan...

Sy orang awam kak.. Selama eni sy kira produser itu orang yg mendanai sbuah film.. Ternyata engga ya.. Jd peran kakak di fulm ini sbg produser apa? Lalu apa definisi produser film? Dan ada brp macam produser? Tengkyu

Rasyidharry mengatakan...

Kalau mendanai, alias investor itu produser eksekutif. Tapi produser eksekutif pun sebenernya bisa bukan cuma urusan duit. Termasuk supervisi juga. Produser ya memproduksi, taking care of all things. Karena di tengah jalan fokus Gandhi terpecah ke kompetesi Mister, akhirnya saya gantikan peran dia, jadi kami bisa disebut co-produser. Ada juga line produser yang urusin day to day pas produksi, associate producer yang bantu produer soal hal-hal kecil & detail, dan lain-lain

Hugo mengatakan...

Congrats bro, akhirnya film perdana sebagai produser keluar juga, siap2 dikritik juga nanti ya bro hehehe, tapi jujur bro blog ente ini sebagai acuan ane sebelum nonton film

Rasyidharry mengatakan...

@Ariyadi Silahkan kalau soal kritik mah. Saya setuju gabung di tim Dongeng Mistis juga tujuannya buat belajar lebih banyak soal film, biar tulisan di blog ini ke depannya lebih berbobot :)

Chan hadinata mengatakan...

Cinemaxx kebagian gak mas??

Rasyidharry mengatakan...

Karena pas ada yang nanya, saya share sekalian beberapa bioskopnya

CGV
1.CGV Slipi Jaya - Jakarta
2.CGV Transmart Cempaka Putih - Jakarta
3.CGV Aeon JGC – Jakarta
4.CGV Bekasi Cyber Park – Bekasi
5.CGV Bekasi Trade Center – Bekasi
6.CGV Eco Plaza Cikupa – Tangerang
7.CGV Transmart Bintaro – Tangerang
8.CGV Festive Walk – Karawang
9.CGV Miko Mall – Bandung
10.CGV Metro Indah Mall – Bandung
11.CGV Plaza Mall – Balikpapan
12.CGV Kepri Mall - Batam
13.CGV Grage City Mall – Cirebon
14.CGV Transmart Cirebon
15.CGV Sunrise Mall – Mojokerto
16.CGV Sahid Jwalk – Yogyakarta
17.CGV Transmart Maguwo - Yogyakarta
18.CGV Transmart Pekanbaru
19.CGV Transmart Palembang
20.CGV Transmart Tegal
21.CGV Transmart Solo
22.CGV Blitar Square – Blitar
23.CGV Icon Mall – Gresik

CINEMAXX
1.Cinemaxx – Tamini Square, Jakarta;
2.Cinemaxx – Depok Town Square, Depok;
3.Cinemaxx – WTC Matahari, Tangerang;
4.Cinemaxx – Mall of Serang, Serang;
5.Cinemaxx – Orange County Cikarang, Cikarang;
6.Cinemaxx – Mall Lippo Cikarang, Cikarang;
7.Cinemaxx – Lippo Plaza Bogor Two, Bogor;
8.Cinemaxx – Ponorogo, Ponorogo;
9.Cinemaxx – Lippo Plaza Batu, Batu;
10.Cinemaxx – Lippo Mall Jember, Jember;
11.Cinemaxx – Lippo Mall Kuta, Bali;
12.Cinemaxx – Plaza Kupang, Kupang;
13.Cinemaxx – Grand Palladium, Medan;
14.Cinemaxx – Living World, Pekanbaru
15.Cinemaxx – Citimall Sampit, Sampit;
16.Cinemaxx – Citimall Ketapang, Ketapang;
17.Cinemaxx – Q Mall, Banjarbaru;
18.Cinemaxx – Star Square Manado, Manado;
19.Cinemaxx – Lippo Plaza Buton, Baubau;
20.Cinemaxx – Lippo Plaza Kendari, Kendari;
21.Cinemaxx – Citimall Prabumulih, Prabumulih;
22.Cinemaxx – Maleo Town Square, Mamuju;
23.Cinemaxx – Lippo Plaza Jogja, Yogyakarta;
24.Cinemaxx – Istana Plaza, Bandung;
25.Cinemaxx – Living Plaza, Balikpapan;
26.Cinemaxx – Pacific Mall, Tegal.

*PLATINUM tayang di semua lokasi (8 layar)
*XXI dan bioskop independen lokasi baru diketahui Hari H. Tapi XXI ada 25 layar. Independen mungkin 15-20.

Jadi total 97-112 layar se-Indonesia.

Mofan Rizaldi mengatakan...

sempet liat posternya pas nonton overload kemaren di lippo plaza jember... saya suka sama film omnibus bang, ada jeda untuk menghela napas kalo horor omnibus... semoga "Dongeng Mistis" memuaskan ya, bang. khususnya untuk saya pribadi😁

Mofan Rizaldi mengatakan...

typo, overlord 😂😂😂

Panca mengatakan...

Kemarin lihat posternya di bioskop dekat rumah pas nonton Fantastic Beast,,karna saya tipe penonton yg lihat film dari posternya dulu hehe..dan posternya menjanjikan (applause buat poster makernya) Semoga bisa tembus ke Netflix/Iflix dan dipecah menjadi 6 bagian dan juga Sebagai pembaca setia movfreak saya usahakan nonton mumpung istri baru hamil 2 bulan :)

SUKSES MAS :)

Ilham Ramadhan mengatakan...

wah masuk di cgv kepri mall, batam
bisa ditonton nih :D

Chan hadinata mengatakan...

Sipp lippo plaza kendari meluncur..

Albert mengatakan...

Yah di semarang enggak tayang pak ga bisa liat nih :(

Gre mengatakan...

Selamat yoo Mad Rasyid hari ini film nya tayang. Wah di XXI Jakarta cuma dapat 5 layar, dikit amat ya, dipepet sama sundel bolong nii, pdhal sesama hantu dilarang mepet ya, ha ha, untung lah masih ada di Atrium bisa di planning kesana,semoga asyiik film nya, dan bukan yg terakhir jadi producer, biar tambah mantab!

Rasyidharry mengatakan...

@Maz Semoga mengobati kangen ke film horor omnibus lokal ya 😁

@Panca FYI pembuat posternya juga bikin 'Petak Umpet Minako' yang posternya keren itu. Amin, congrats juga buat calon momongannya, semoga semua sehat!

@Ilham Sikaat, biar Sumatera ditambahin layarnya 😅

@chan ajak temen-temen 😁

@Albert Semarang mungkin masuk di e-plaza.

@Okiyadi Yah semoga penonton Suzzanna jadi gandrung Sundel Bolong lalu nonton ini juga hehe. Kalau rame mungkin weekend bisa tambah layar. Well, semestinya masih terlibat di 'Zodiac: Apa Bintangmu?' yang rilis 2019, tapi let's see :)

jefry punya cerita mengatakan...

Pantesan movfreak sama cinetariz kayak adik kakak kalo mereview film hahaha

Ilham Ramadhan mengatakan...

@mas rasyid : kalau di batam, cgv ada 2, 21/XXI ada 3. semoga bisa masuk sisanya :D

Nukidos mengatakan...

Gutlak bang

Anonim mengatakan...

smentara,posternya udah menarik.smg film ny jg.sukses bang!!

A-Bye mengatakan...

Setelah om Witra Asliga, sekarang ada blogger reviewer lain juga yang produksi film. Mantap.. Gudlak mas Rasyid..

Rasyidharry mengatakan...

@jefry Lha wong saya yang mempertemukan dia dengan pujaan hatinya hahaha

@Ilham hehe semoga ya, belum tahu di kepri hari pertama gimana penontonnya.

@yoan Thanks!!!

@A-bye Sebelumnya ada juga Vijo di 'Mantan' (plus sekarang di 'Dongeng Mistis'). Paling sering ya Om Daniel itu, udah jadi konsultan di Magma juga soalnya.

Gre mengatakan...

Tadi udah lihat nama Rasyid Harry di layar cinema. Filmnya sendiri masuk di daftar lumayan,bintang 3,5 ya haha. Pertama 6 segmen filmnya dibikin gak ngasal, cerita gak ngelantur, akting gak asal buka mulut. Kalo catatan, segmen sundel bolong paling dapet atmosfir horrornya, sempet merem saking ngerinya. Pocong dan Bajang paling enak diikutin kisahnya, ngalir. Yang paling indah visualisasinya segmen ke 6 tapi juga paling susah dicerna ceritanya. Keseluruhan untuk penggemar film horror n mistik, film ini layak tonton.

barjokondo mengatakan...

wah, ZOO ngisi soundtrack ya disini ?, atau cuma di trailer aja ?

Rasyidharry mengatakan...

@Okiyadi Haha thanks. Sundel Bolong itu memang kejutan. Jujur awalnya skeptis, tapi begitu kelar post-pro, langsung suka, dan dipindah jadi pembuka (awalnya Pocong jadi segmen pertama).

@ariyo Ada kok di salah satu segmennya :)

Chan hadinata mengatakan...

Brusan komen di channel yutubnya cine crib.. buat di review dongeng mistisnya.. dibalas aria nya pingin interview langsung mas rasyidnya.. segera lah.. sklian vijo jg ikutan:D

Rasyidharry mengatakan...

Haha iya, udah ada wacana itu. Tapi kudu sama Vijo, biar dia yang jawab pertanyaan, saya tinggal ngelawak aja

Unknown mengatakan...

Bang kalau boleh tahu sejauh mana seorang Rasyid Harry mewarnai film ini?

Rasyidharry mengatakan...

Tuh udah ada penjelasannya di artikel. Dari sisi artistik, ya memang nggak banyak.

Unknown mengatakan...

Mas nonton film ini sekarang di mana ya?