SILAM (2018)
Rasyidharry
Desember 15, 2018
Dania Michelle
,
horror
,
Indonesian Film
,
Jose Purnomo
,
Kurang
,
Lele Laila
,
Nova Eliza
,
REVIEW
,
Surya Saputra
,
Wulan Guritno
,
Zidane Khalid
11 komentar
Silam, yang juga adaptasi novel berjudul sama karya Risa Saraswati,
awalnya diniati sebagai spin-off
terbaru Danur untuk mengeksploitasi
kesuksesan franchise-nya. Sampai
tiba-tiba niat tersebut dibatalkan, dan embel-embel “From the Danur Universe” dihapus dari seluruh materi promosi.
Untunglah, sebab meski lambat, seri Danur
tengah berprogres ke arah positif, hingga tahun ini, Asih jadi judul pertama yang pantas disebut baik. Menyertakan Silam, yang bahkan jauh lebih buruk
dibanding film pertama, bakal mengembalikannya ke titik nadir.
Pasca meninggalnya sang ayah,
Baskara (Zidane Khalid) merasa dibenci oleh ibunya (Nova Eliza), yang seolah
menyalahkan seluruh perbuatan putera semata wayangnya itu. Ditambah perundungan
di sekolah, lengkap sudah penderitaan Baskara. Sampai ia menemukan foto saudara
kembar ayahnya, Anton (Surya Saputra), lalu memutuskan minggat ke rumah
pamannya. Mengapa di balik foto pribadi tertulis nama serta alamat saudara
kembar sendiri? Entah. Sepertinya ini hanya cara malas Lele Laila (Danur 2: Maddah, Keluarga Tak Kasat Mata,
Asih) selaku penulis naskah agar Baskara menemukan kediaman Anton.
Tapi sebelum itu, kita menyaksikan
lebih dahulu peristiwa yang membuka mata batin Baskara, yakni ketika kepalanya
terbentur lantai setelah didorong oleh teman sekelasnya. Sejak itu Baskara
dapat melihat hantu. Peristiwa tersebut terjadi pada suatu ruangan terlarang di
sebuah museum. Mengapa ruangan terlarang tidak diberi gembok atau pengamanan
ekstra dalam bentuk apa pun? Entah. Sepertinya ini hanya bentuk kemalasan lain
dari penulis naskahnya.
Seandainya anda lupa, film ini
disutradarai Jose Purnomo (Alas Pati,
Jailangkung, Gasing Tengkorak) yang belakangan bak bersemangat menjadi
Nayato 2.0 perihal menyajikan horor-horor bobrok. Di sini, Jose menunjukkan
bahwa ia belum banyak berubah, walau soal menciptakan jump scare, tampak sedikit peningkatan. Ada sekitar tiga momen yang
sanggup menyentak berkat ketepatan timing.
Soal membangun kengerian, dia masih
Jose yang kita sayangi bersama. Di tangan sutradara mumpuni, adegan kala
Baskara mampir ke kuburan ayahnya di tengah malam kemudian dikepung barisan
setan bisa hadir mencekam. Walau lagi-lagi, timbul pertanyaan. Jika Baskara
sudah menyadari kemampuannya melihat hantu, kenapa ia nekat ke kuburan hanya
untuk meminta petunjuk yang takkan memperoleh jawaban? Bocah SD kebanyakan
takkan melakukan itu. Sekali lagi saya cuma bisa menjawab, “entah”. Sepertinya
ini hanya bentuk kemalasan lain dari penulis naskah guna membuka jalan
menampilkan kengerian.
Tapi naskahnya masih menyimpan
kelebihan. Berbeda dengan Baskoro Adi Wuryanto selaku kompatriotnya sesama
pemuja kekosongan cerita dalam horor, pelan-pelan naskah Lele Laila meningkat.
Setibanya Baskara di rumah Anton, plot Silam
mulai memancarkan daya tarik. Baskara menyadari keanehan pada tingkah Anton,
Ami (Wulan Guritno) sang istri, juga dua puteri kembar mereka (yang dicomot
dari The Shining). Didasari keanehan
itu Silam menghadirkan cerita
sungguhan, di mana tercipta pertanyaan, juga misteri untuk digali. Bukan bentuk
misteri segar, pun besar kemungkinan anda bisa menebak jawabannya sedari awal.
Namun paling tidak, keberadaannya menjauhkan Silam dari deretan horor kosong yang gagal membedakan antara plot
dengan segmen-segmen jump scare tak
mengerikan.
Sayang, di sela-sela misteri kita
dipaksa jadi saksi kecanggungan penyutradaraan Jose. Ada satu momen
yang melibatkan hantu gadis cilik dengan riasan dan perilaku yang bagai
kombinasi penggila black metal dan emo. Si hantu mengikuti Baskara dan teman
barunya yang juga mampu melihat makhluk halus, Irina (Dania Michelle).
Pemandangan itu sontak memancing tawa seisi studio. Jose baru saja menghantarkan
salah satu kelucuan tak disengaja paling epic
sepanjang tahun. Satu lagi elemen mengganggu adalah keputusan Jose, yang
seperti biasa merangkap DOP, menerapkan warna kusam termasuk di situasi gelap
gulita, sehingga gambar terlihat keruh dan sukar dilihat.
Kemudian tibalah konklusinya, yang
terjangkit penyakit mayoritas film horor lokal, yakni kegagalan menghadirkan
penutup memuaskan. Babak akhirnya begitu berantakan, di mana beberapa poin
cerita dibiarkan tanpa kejelasan atau memunculkan plot hole akibat penyertaan sebuah twist. Kalau itu belum cukup, jangan khawatir. Anda bakal mendapat
hal lain untuk ditertawakan, tatkala Silam
mengajarkan bahwa untuk membatalkan perjanjian dengan setan, seseorang hanya
butuh berniat, tanpa perlu repot-repot melangsungkan ritual. Mendengar itu,
karakternya pun berkata, “Saya niatkan pembatalan perjanjian.....”. Oh, for God's sake!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
11 komentar :
Comment Page:Masih hal yang sama ya Mas. Perihal naskah. Padahal dari novel Danur maupun Silam, Rasuk, dan yang terbaru Senjakala menyimpan setumpuk cerita yang menarik. Sayang sekali ketika difilmkan semuanya tampil canggung bahkan terasa menggelikan. Masih menunggu kapan Manoj Punjabi memutuskan untuk mengganti sutradara dan penulia naskah. Hehe
Itu si kembar niatnya homage ke The Shining apa ngikutin The Shining dah?
Mas Rasyid bakal ngereview Roma ga? Udah ada di Netflix soalnya
saya membaca 3 kata malas di review ini. Dan sayapun malas ketipu lagi dengan embel2 Risa Saraswati dibalik film ini.
@Ungki Oh sutradara biar Awi Suryadi. He's getting better and better. Penulisnya itu yang aduh...
@Anna Biar nggak suudzon anggep aja homage haha. Semoga ya, weekend ini masih belum bisa sentuh film sama sekali soalnya, termasuk Into the Spiderverse.
@Panca Diperas terus sampai kering. Bikin males lama-lama.
kasian Rissa, bukunya jadi dicao jelek ntar
Indonesia benar-benar kekurangan penulis naskah handal ya bang??
btw, ditunggu review Spiderverse-nya
Sangat. Apalagi di horor. Di kebanyakan film, kekurangannya itu-itu aja.
mas rasyid... boleh minta tolong ga?
kebetulan blog saya lemonvie.net udah ga kepake... jadi blog nya pindah alamat ke movillaz.blogspot.com?
mohon bantuannya mas... thanks dan sorry ngerepotin. hehe
Terimakasih, dengan review ini uang saya terslmtkan T,T
Sempet hype karna ada unsur 'risa'. Ternyata trash. Masih bagusan novelnya lol
Sama, tapi bedanya saya sempat Hype karena ada Sandrinna & Richellenya (tapi saya skip saja). Terimakasih Mas Rasyid sudah menyelamatkan saya dan membantu saya memilih Spider-Verse saja.
Posting Komentar