PARASITE (2019)

54 komentar
Baik perihal cerita maupun gaya, melalui Parasite yang merupakan pemenang Palme d’Or  pertama asal Korea Selatan, Bong Joon-ho (The Host, Memories of Murder, Snowpiercer) telah melangkah ke teritori yang belum terjamah. Teritori ini begitu asing, hingga nyaris mustahil menerka arah guliran cerita menit demi menit serta cara penanganannya. Parasite adalah tragicomedy yang melukiskan betapa hidup memang setragis itu, selucu itu, seironis itu, seaneh itu, dan semengejutkan itu.
  
Sebelum special screening dimulai, penonton diberitahu pesan dari Bong, yang melarang kami membocorkan semua yang terjadi selepas sebuah peristiwa. Menghormati permintaan tersebut, saya hanya bisa menyebutka bahwa peristiwa itu hadir sekitar 15-20 menit pertama durasi. Artinya, Parasite telah menyiapkan kejutan sedari awal.

Serupa pemenang Palme d’Or tahun lalu, Shoplifters, film ini mengangkat kisah soal usaha keluarga kelas bawah bertahan hidup dengan menempuh jalur tidak jujur. Keluarga ini terdiri atas empat orang anggota: Ki-Taek (Song Kang-ho) si ayah, Chung Sook (Jang Hye-jin) si ibu, Ki-woo (Choi Woo-shik) si putera, dan Ki-jung (Park So-dam) si puteri. Mereka tinggal di kediaman semi-basement yang kumuh, menumpang WiFi dari cafe terdekat, merasa kesal kala hampir tiap malam seorang pria pemabuk mengencingi jedela rumah.

Kesempatan memperbaiki penghidupan datang saat Ki-woo mendapat tawaran sebagai tutor pengganti untuk puteri sebuah keluarga kaya. Dari situlah Ki-woo memperoleh akal bulus guna memakmurkan kehidupan keluarganya melalui rencana licik nan cerdik yang menjelaskan mengapa film ini mengusung judul “Parasite”.

Ditulis oleh Bong bersama asistennya saat menggarap Okja, Han Jin-won, naskahnya menuturkan cerita biasa mengenai jarak kelas ekonomi lewat cara tidak biasa. Baik si kaya atau si miskin bukan perlambang kebusukan manusia. Walau menggapai kesempatan mengeruk uang melalui tipu daya, setelahnya, mereka tetap sungguh-sungguh bekerja keras. Sedangkan si kaya bukanlah keluarga disfungsional.

Mengangkat permasalahan serius tidak serta menjadikan Parasite tontonan depresif. Serupa film-film Bong lain, humor tetap mendapat tempat. Bahkan saya percaya inilah film terlucu sang sutradara sejauh ini. Senjata utamanya adalah komedi situasi yang acap kali tak segan mendobrak batas absurditas dan dilengkapi kesempurnaan timing.

Humornya terus menerjang sementara Bong dengan mulus terus membawa filmnya berganti tone bahkan genre. Anda bakal dibuat tertawa, lalu sejurus kemudian ditikam oleh ironi, lalu menjelang akhir babak kedua dikejutkan oleh transformasi Parasite menjadi thriller yang efektif meramu ketegangan berkat kejelian Bong menggerakkan kamera, menyusun mise-en-scène plus timing, sebelum akhirnya bergerak menuju kegilaan berdarah pada klimaks. Bahkan, meski cuma beberapa detik, Parasite sempat menebarkan aroma horor supernatural.

Pun film ini amat memperhatikan build up. Setiap kejutan, setiap hasil dari rentetan peristiwa, tidak pernah muncul tiba-tiba. Penonton dibiarkan meresapi prosesnya, sehingga saat mencapai destinasi, timbul kepuasan yang mudah memancing teriakan juga tepuk tangan. Musik gubahan Jung Jae-il (Okja, Take Point) pun tidak kalah menonjol, membentangkan ragam bentuk dari nomor berbasis piano yanng menghantui (Opening) sampai orkestrasi megah (The Belt of Faith) yang menemani salah satu momen paling “WOW” milik Parasite, tatkala protagonis kita akhirnya berhasil menyukseskan misi mereka.

Sebagai aktor langganan sang sutradara (empat kali berkolaborasi termasuk di sini), Song Kang-ho menegaskan mengapa Bong menjadikannya pelakon favorit. Sebagaimana gaya Bong, Song mampu menebar ranjau komedi sembari diam-diam dan pelan-pelan memupuk tensi dramatis yang siap diletupkan saat dibutuhkan.

Bong Joon-ho ingin penontonnya mennyaksikan jarak kelas ekonomi secara nyata. Bahkan, secara terpisah, ia sempat menempatkan tokoh-tokohnya dalam dua aktivitas serupa namun terjadi pada dua tempat berlawanan (petunjuk: jendela). Poin getir yang ingin ia lontarkan adalah, apa pun kondisinya, biarpun sempat merasakan "kelas" masing-masing (si kaya merendahkan kelasnya, si miskin menikmati peningkatan kasta), si miskin tetaplah miskin, dan si kaya tetaplah kaya. Pasca hujan deras berujung luapan air bah melanda, si kaya bahagia karena cuaca menjadi segar, sedangkan si miskin semakin beraroma busuk.

54 komentar :

Comment Page:
Qaem Aulassyahied mengatakan...

wuah dapat nilai sempurna. mau nanya satu aja..., film ini kan dari anime berseri. apa movienya ini mengambil "plek" satu bagian dari animenya, atau punya jalan cerita sendiri?

kalau iya? bisa membosankan sepertinya untuk yang sudah seri animenya. karena sudah tau jalan ceritanya

Rasyidharry mengatakan...

Bukan dari anime. Kalau itu kan "Parasyte".

Unknown mengatakan...

Wow . Jadi ini bukan live action anime parasite ?

Review rumah merah putih dong bang. Thanks

Anonim mengatakan...

Wow Bintang 5.
Nonton dmana bang ?

fikri mengatakan...

anjir udah nonton duluan, kirain tgl 26 baru tayang mas??

Anonim mengatakan...

Menurut mas Rasyid sebagus Memories of Murder? Atau lebih

Syahrul Tri mengatakan...

Barusan nonton tp ga special screening , cara nya gimana ya mas ada undangan kah kalo mau nonton gitu , ini keren sih puas banget alur nya rapi sekali setiap phase menarik diikuti, aku berharap bakal ada perubahan tone mendadak dan itu terjadi . babak awal penonton dibikin ngakak-cringe tapi kerennya setelah adegan rebutan hape itu semua berubah , atmosfer nonton juga berubah bener bener senyap. Scene pas bikin mie itu keren sih wkwk 8 menit dong and they nailed it , what a family

Haikal mengatakan...

Waw mantap dapet rating sempurna makin yakin buat nonton malam ini hehe...cuman di tayangin jaringan cgv ya mas?

Rasyidharry mengatakan...

Jumat kemarin screening dan udah reguler di beberapa bioskop dari Sabtu. Maju buat hindari Annabelle

Rasyidharry mengatakan...

Keduanya film Bong favorit sejauh ini.

Rasyidharry mengatakan...

Kalau screening gitu sih pakai undangan (media, blogger, komunitas, filmmaker).
Gila emang, beberapa kali penonton tepuk tangan pas screening kemarin

Rasyidharry mengatakan...

Cgv, Cinemaxx, Flix dll. Pokoknya non-xxi

Anonim mengatakan...

Bang rasyid, aku udah nonton dan suka banget. Tapi yang masih buat bingung itu:

1. Plot twistnya dimana?
2. Isi pesan kode morse si suami mantan 'maid' kepada si anak kecil laki2 itu apa maksudnya?

Unknown mengatakan...

Di web cgv kok cuman 1/2 jam dirotten sama imdb 2 jam 10 menitan. Yg bnerv yg mana?

Rasyidharry mengatakan...

Nggak tuh, di web sama app tulisannya bener, 131 menit

Anna B mengatakan...

Gilaaa! Keren banget! Awalnya ketawa tapi pas keluar bioskop hati terasa seperti ditusuk berkali-kali, nyesek banget! Langsung jadi film korsel favorit

Unknown mengatakan...

Layak untuk oscar best picture gak nih?

VARIANT mengatakan...

Alfred Hitchcock + Billy Wilder = Bong Joon Ho

Rasyidharry mengatakan...

Layak? Jelas. Bakal dapat nominasi? Hampir mustahil

Anonim mengatakan...

Film ini merupakan penyempurnaan dari film Bong di awal karirnya "Barking Dogs Never Bite" yg berambisi menggabungkan ragam genre. Sama seperti di film "Barking Dogs", Bong menyajikan komedi, thriller, mystery, crime, romance, drama keluarga, dan supernatural horror dalam 1 film. Mungkin hanya kurang science-fiction. Bisa ia coba di film berikutnya.

Unknown mengatakan...

Kenapa? Rasis kah?

Ricky Manurung mengatakan...

Korea emang jago nyari tampang psikopat bangsat ya mas? shock jg ngeliat pas adegan batu itu...ngerii

Eko Prasetyo mengatakan...

Ini bukan pertama kalinya Bong Joon-Ho mencoba mengkombinasikan genre komedi, thriller, romance, family drama,hingga horor supernatural. Kalau yg udah nonton Barking Dogs Never Bite pasti ga kaget dengan pencampuran ragam genre dalam 1 film seperti di film Parasite ini.

Fairuz Albani mengatakan...

Bukan rasis juga. Kadang kita lupa kalo Oscar itu award yg berbasis di AS dan Amerika-sentris bgt, lebih ke ajang nasional, bukan ajang yg sepenuhnya internasional. Jadi wajar kalo film non-Amerika lebih ditempatkan di best foreign film, sementara best picture lebih untuk film-film Amerika. Ibaratnya gini deh, ada ajang penghargaan film di Jepang, pasti didominasi film Jepang kan? Ajang penghargaan di Indonesia pun begitu. Apa itu rasis? Kan engga. Karena emang sesuai basis negaranya. Kadang kita terlalu mendewakan Amerika sehingga hal2 yg berbau Amerika langsung dianggap sesuatu yg sifatnya internasional. Jadi jangan juga terlalu mendewakan Oscar. Banyak ajang lain yg sifatnya lebih ke internasional daripada nasional. Contohnya ya Cannes ini, yg ikut dari beragam negara, pemenangnya pun tiap tahun dari beragam negara.

Rasyidharry mengatakan...

Nah udah dijawab dengan lengkap dan tepat 😁
Film internasional yang bisa dapet nominasi Best Picture ya dari sutradara high profile yang udah punya nama di kalangan Hollywood dan/atau pernah berkarya di sana. Cuaron tahun lalu misal.

Unknown mengatakan...

Oooo. Ilmu baru buat saya nih hehe.
Selama ini ngira oscar sbg panutan dunia internasional .
Trims ilmunya

Willy C P mengatakan...

Keren banget filmnya!! Bener" ga bisa nebak bakal dibawa ke arah mana, kece. Klimaksnya ngeri banget, sampe sekarang masih kepikiran. Menurut saya ada beberapa adegan yg lumayan horror, klimaksnya apalagi, merinding. Ga nyangka

Rasyidharry mengatakan...

Yah Oscar dan awards show lainnya anggep aja hiburan lah 😁

hilpans mengatakan...

Shoplifter dan parasite...kerennn ..tahun depan sapa lagi negara asia yg bikin film film kyk gini dan unjuk gigi di cannes.bakalan masuk oscra gak nih ya kyk shoplifter..

Rasyidharry mengatakan...

Kalau kategori Best International Film kemungkinan besar masuk nominasi. Udah waktunya Korea Selatan dapet.

Anonim mengatakan...

Parasite (Bong Joon-Ho) = High and Low (Akira Kurosawa), jika mengambil satu contoh spesifik film. @Variant

Anonim mengatakan...

Lebih bagus ini apa endgame mas rasyid?

Abigail mengatakan...

Mas rasyid coba sebutkan dong film2 korea terbaik menurut mas

Rasyidharry mengatakan...

Nggak bisa dibandingin atuh. Kayak nanya Michael Jordan sama Maradona bagus mana 😁

Rasyidharry mengatakan...

Karya-karya Park Chan-wook, Bong Joon-ho, Kim Ji-woon, Hong Sang-soo. Dulu juga suka Kim Ki-duk

Anonim mengatakan...

nampaknya Mas Rasyid melupakan satu nama, Lee Chang-dong (Beoning, Poetry, Oasis).

engga nyangka diberi label 'luar biasa' sama Mas Rasyid, personal masih prefer MoM sebagai best-work from Bong Joon-Ho, sedang Parasite sejajar dengan Mother. Hahah.

Badminton Battlezone mengatakan...

Bang Rasyid mo nanya,ini film mengandung horror/setan/gore ngga? Excited pengen nonton filmnya,tp pacar ga suka yg berbau setan/gore. Mohon pencerahannya..

Rasyidharry mengatakan...

Nggak kok. Horor supernatural cuma beberapa detik itu juga bukan setan. Darah cuma dikit aja pas klimaks

Badminton Battlezone mengatakan...

Ok makasihhh bang infonyaaa...segera meluncur

susan mengatakan...

Menurutku sejajar ama MoM, dan semoga berjaya di oscar.

Ilham Qodri mengatakan...

film terbaik Bong Joon Ho menurutku Parasite sama The Host karena bukan cuma bagus, tapi juga unik dan berkarakter, bisa dibilang inventif juga, dari segi genre hibrida dan sulit menemukan sesuatu yang mirip dengan 2 film itu... Sementara kalo Memories of Murder cuma sekadar bagus, bisa disebut salah satu film misteri terbaik sepanjang masa, tapi ga unik atau aneh, masih bisa ditemukan padanannya seperti Se7en, Zodiac, Prisoners, dll...

Eko Prasetyo mengatakan...

setuju, gue sendiri lebih suka Three Billboards Outside Ebbing, Missouri daripada Memories of Murder, masih banyak film tandingan di genre nya

sementara Parasite ini ga ada tandingan, ga ada duanya, dia bikin genre sendiri, jadi lebih layak diapresiasi lebih

Rasyidharry mengatakan...

Pergerakan sineas Korea belakangan makin kuat ke perpaduan genre & sub-genre. The Wailling, Burning, Parasite. Kreativitasnya makin gila. Bahkan di film-film formulaik pun pasti ada hal yang bikin segar.

Rifal Nurkholiq mengatakan...

Awalnya kagum karena berasa now you see me,tengah tegang bgt berasa bad genius, akhir jadi thriller. πŸ‘πŸ‘πŸ‘

Jadi ingin nonton Shoplifters karena kata Mas Rasyid temanya sama.

Unknown mengatakan...

Pas di ruang tamu ada adegan sex yang di cut? Kok saya denger suara mendesah ya wkwkw

Rasyidharry mengatakan...

Yep ada sekitar 2 menitan. Ada dialognya juga. Bahas soal celana dalem.

Anonim mengatakan...

Bagus, cuman mungkin karena menang di cannes jadi punya ekspetasi yang sangat tinggi sama film ini. Belum cukup bikin gua sangat kagum atau syok hingga ngucap sumpah serapah kayak film thriller korea kebanyakan. Tapi gue kasih jempol buat ide cerita, akting pemainnya, pengambilan gambar yang super ciamik

Anonim mengatakan...

Urutin film bong dari yg terbaik dong mas rasyid ama nilainya, thanks

Rudyanto Bona mengatakan...

Nih film sih gokil yah...multi genre Nan genius. Penggambaran ketimpangan sosial masyarakat dan keluarga pada umumnya trnyata sama yah mau dimana pun...si miskin dan si Kaya bagaikan langit dan bumi. Mikir juga pas disuruh nyonya buat jjapaguri (mie instant makanan si missqueen) dicampur dgn sirloin (makanan si Kaya) dan ketika para korban banjir berkumpul bersama Di sports hall berebutan baju sdgkn keluarga mr.park beserta kerabat2nya Dr kaum jetset akan mengadakan pesta ultah anaknya.

Overall film ini bnr2 out of d box tapi tetap terasa grounded. Setiap chapter dan adegan yg terjadi di film ini mungkin terasa other worldly dan absurd tapi yaa semuanya tetap terasa masuk akal terutama memasuki babak2 akhir membuat saya hampir lompat kegirangan krn kegilaan film ini.

Zhee TheInnocentBoy mengatakan...

Di posternya kenapa semua matanya ditutup yah? Trus kenapa warnanya beda?

Zhee TheInnocentBoy mengatakan...

Tapi di poster lain kok sama warnanya?

Anonim mengatakan...

Kalo mata yg ditutup hitam itu dr kaum miskin, sedangkan mata yg ditutup putih itu dr kaum kaya...

Tuan Takur mengatakan...

Beda satu huruf doang bambang, yang anime mah "parasyte"

Storyline Movie mengatakan...

Nonton Film Parasite Disini Juga Bisa Kak, Film nya Bagus dan update terus loh
Klik Aja --->>> KeBioskop21 <<<--- Klik Aja