IKUT AKU KE NERAKA (2019)

38 komentar
Ikut Aku ke Neraka adalah film di mana Sara Wijayanto muncul dalam kapasitas glorified cameo sebagai psikiater yang menyampaikan kepada bawahannya bahwa salah satu pasien yang mereka tangani mungkin bukan mengalami gangguan jiwa melainkan diganggu makhluk halus, sementara Ence Bagus memerankan dokter kandungan yang melontarkan lelucon di tengah proses persalinan. Tidak mengejutkan bila masih tersimpan banyak kengawuran lain.

Merupakan kali kedua Azhar Kinoi Lubis menyutradarai horor pasca Kafir: Bersekutu dengan Setan yang menyiratkan potensi meski eksekusinya jauh dari maksimal, Ikut Aku ke Neraka memang tontonan ngawur dan acak. Termasuk judulnya, yang mengingatkan pada Drag Me to Hell. Ketika film garapan Sam Raimi tersebut memang secara literal menampilkan usaha hantu menarik korbannya ke neraka, judul film ini tak ubahnya clickbait.

Film dibuka dengan memperlihatkan Sari (Cut Mini) di rumah sakit jiwa, kemudian melompat untuk mengajak kita bertemu gadis cilik yang bisa berinteraksi dengan hantu. Gadis itu tak lain adalah protagonis kita, Lita (Clara Bernadeth) yang kini sedang hamil tua. Hanya lewat beberapa menit awal saja, penuturan berantakan dari naskah buatan Fajar Umbara (Comic 8, Mata Batin, Sabrina) seketika dapat dideteksi.

Kebahagiaan Lita dan sang suami, Rama (Rendy Kjaernett) harus sirna akibat teror sesosok hantu, yang terjadi setelah Lita mengoperasi tanda lahir di punggungnya. Malang bagi Lita, Rama tak mempercayai ceritanya. Kemudian kisah bergerak menuju.....well,  sebenarnya untuk berpuluh-puluh menit ke depan, kisahnnya jalan di tempat. Lita diteror, melapor pada Rama yang tak menggubris ceritanya. Begitu seterusnya.

Narasi semacam itu bisa menarik jika berhasil mempermainkan perspektif penonton terkait kondisi psikis Lita. Tanpanya, hanya ada repetisi menyebalkan, sebab respon skeptis Rama praktis menghalangi alurnya bergerak maju. Keadaan membaik setelah Rama mengakui kebenaran cerita sang istri, lalu memanggil dukun bernama Adam (Teuku Rifnu Wikana), yang menjabarkan beberapa teori seputar alasan di balik teror si hantu. Teori yang alih-alih menjawab, justru menyulut pertanyaan lain, yang menunjukkan kebingungan Fajar membangun aturan mistisismenya sendiri.

Naskahnya bertambah remuk jika kita membahas soal diksi. Banyak kalimat, sebutlah, “Mari akhiri malapetaka ini”, “Dia adalah entitas independen”, dan lain sebagainya, takkan kita temukan dalam obrolan kasual di realita. Semakin terdengar aneh ketika penghantaran lemah para pemain turut berkontribusi.

Sekali waktu, kita diajak mengunjungi Sari yang tiap malam juga mendapatkan teror di bangsalnya. Tidak perlu merekrut nama sekaliber Cut Mini untuk peran sekecil Sari, tapi Ikut Aku Ke Neraka adalah film yang memasang Sara Wijayanto sebagai psikiater dan Ence Bagus sebagai dokter kandungan. Keputusan memakai Cut Mini jelas lebih bisa dipahami. Setidaknya sang aktris mampu jadi penampil terbaik, ketika jajaran cast lain tidak terlalu berkesan (Teuku Rifnu Wikana, Clara Bernadeth), atau justru bermain kaku (Rendy Kjaernett).

Beruntung, departemen penyutradaraan sedikit lebih baik. Azhar Kinoi Lubis masih sanggup membuat segelintir jump scare yang cukup efektif meningkatkan intensitas, biarpun metode kemunculan hantunya miskin kreativitas, dan masih terjebak dalam pemakaian tata suara berisik. Elemen soild lain adalah tata artistik dan visual, namun pada titik ini, nuansa vintage dari dekorasi serta pewarnaan tak lagi spesial akibat terlalu sering dieksploitasi pasca kesuksesan Pengabdi Setan (oleh horor produksi Rapi Films).

Ikut Aku ke Neraka ditutup oleh konklusi kelam yang gagal menusuk perasaan akibat ketidakmampuan memancing kepedulian terhadap jajaran karakternya. Seolah belum cukup, pemandangan konyol yang menggabungkan penulisan bodoh dan akting buruk, menyusul beberapa detik kemudian selaku mid-credits scene.

38 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Film yang ada sara wijayanto rating tinggi apa ya mas? Rendah terus perasaan kalo dia yang main😂

Unknown mengatakan...

Waktu tau film ini pertama kali, sempat tergelitik pengen tau karena banyak yg bilang mirip drag me to hell..
Waktu liat trailernya, makin khilaf pengen nonton filmnya..
Waktu baca review as rasyid ternyata filmnya tiarap, langsung terharu pengen sujud syukur

Makasih ya mas, sudah menyelamatkan waktu dan duta kami sekalian..

Anonim mengatakan...

Gw yakin nih kalo lu disuruh bikin film horor pasti bakal lebih ancur. Sok soak an lu bialng : jumpscare minim kreativitas lah, naskah berantakan lah, emg jumpscares yg bagus lu bisa bikin? Emg lu bisa bikin naskah film? . Emg lu bisa nge direct film?

Rasyidharry mengatakan...

Sehat mas/mbak?

Rasyidharry mengatakan...

Saya kasih Sabrina & The Doll 2 rating 3 loh. Well nggak tinggih sih ya, positif lah tapi 😁

Rasyidharry mengatakan...

Alhamdulillah kehidupan saya bermaslahat bagi umat *ikut sujud syukur*

Anonim mengatakan...

@anonim justru dengan kritik dari pecinta film/kritikus film kayak Mas Rasyid dkk perfilman kita bisa maju, kalo orang indo isinya kayak lu semua ya perfilman kita bakal selalu ada di kegelapan

Ulik mengatakan...

Saya keburu nonton gara2 dua garis biru full . Gua sempat ambisius ketika flashback ke kafir tapi sangat disayangkan . Benar kaya rendi kjarnret MUNGKIN SAYA KECAPEAN

Chan hadinata mengatakan...

Lah kalo gw makan bakso gk harus tau bikin bakso donk.. kalo gw makan & gak enak,, protes wajar donk.. kan gw bayar
Anak IG nyasar kyknya ini🤣

Rasyidharry mengatakan...

Semoga anak IG nyasar ya, bukan "kru nyasar" hehehe

Rasyidharry mengatakan...

Habis nonton ini semua juga capek 😂

Chan hadinata mengatakan...

Kru yg alay di IG nyasar dimari😂

Anonim mengatakan...

@movfreak yah kyk gono noh. Gak bisa jawab. Ngelesss.

Hey, lu bisa cek rekan² lain para bloger. Kyk mydirtsheet yg menang piala maya, gmn cara dia ngulas film tanpa jadi sotoy. Dia jg ngasih masukan positif lewat gaya bahasa lugas dan cerdas. Gak pake bahasa alay sok puitis yg monoton. Pasti disetiap review lu gitu² mulu, gw yakin lu jg gak yakin ama apa yg lu omongin direview

Jgn belagak deh, jadi sombong. Baru nominasi maya aja belaguk. Mydirtsheet yg menang aja kalem2 bae.

Rasyidharry mengatakan...

Bukan nggak bisa jawab bung, udah terlalu sering saya jelasin soal ini. Males. Mending ketemu langsung kalau mau diskusi. Ayo. Saya bayarin ngopi deh daripada ngamuk-ngamuk pake anonim :)

Rasyidharry mengatakan...

Silahkan email ke rasyidharry@gmail.com kalau tertarik. Nanti saya kirim nomor WA. Kita ketemu. Deal? :)

Ron mengatakan...

@anonim komentarnya basi banget, gak harus bisa bikin film kali untuk tahu suatu film itu bagus, baik ataupun jelek. Ulasan untuk film ini memang sebagian besar buruk kok. Di review ini ada dijabarkan tuh kelebihan sekaligus kekurangan filmnya kalau beneran dibaca baik-baik. Ada saran untuk filmnya. Memang film ini udah salah langkah, dari judul, poster, dan cerita. Oh ya, begitu tahu penulis naskahnya langsung rada skeptis karena naskah si penulis di film2 sebelumnya memang gak terlalu bagus.

Arif Hidayat mengatakan...

Tadi diajakin teman nonton film ini karna buat cari referensi untuk film horor yg sedang digarap.

Dari segi cerita si hancur, untungnya visual lumayan tapi ga sebaik Kafir.

Agak kecewa juga si sama Kinoi, Kafir kemarin bagus apa karna ada UPI ya ?

aan mengatakan...

Bung anonim..kalo sampeyan baca review film horror indonesia versi radhiterapy pasti makin nyap nyap..hahaha

jefry punya cerita mengatakan...

Padahal kalo diliat dari segi Rating/Bintang yg bang Rasyid kasih, lebih manusiawi loh daripada Mydirtsheet haha

Chan hadinata mengatakan...

Ayolah bung anonim.. udah diladenin tuh.. sy sih lebih respect ke fans garis keras mas rasyid yg berinisial "MFA" dibanding anda,, setidaknya dia tdk berlindung dibalik akun anonim🤣

Vian mengatakan...

Kalau paranormal main di banyak film tapi dg peran yg tak jauh2 dr identitas aslinya, are they entitled to be called actor/actress? *pertanyaan iseng* 😁

Ulik mengatakan...

Gua pembaca movfreak dan my dirt sheet setia gua kira cara penulisan mas rasyid memang beda lebih ringkas dan to the point sedangkan mas arya lebih detail dan menyeluruh dari segala aspek,menurut saya keduanya adalah pelengkap buat saya mencari jawaban buat nonton atau tidak karena blog 2 ini yang selalu paling update untuk film indonesia terutama dibanding blog lain seperti amir at the movies ,cinetariz,flick magazine dll. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing2 kadang di my dirt sheet saya merasa kurang fokus karena reviewnya kepanjangan tapi juga kadang di movfreak saya merasa kurang puas karena kependekan. Saya rasa movfreak fun lucu lugas dan simple, sedangkan my dirt sheet lebih teoritis ,serius, dan mendalam , namun pada akhirnya pembahasanya sama filmnya Jelek Lumayan Atau Bagus cara penyampaian aja beda ada yg nyablak ada yg satire

Panca mengatakan...

mas/mbak anonim..tp saya yakin sih mbak2 deh.. saya saranin nonton cinecrib di youtube deh.
Udah itu aja saran saya.

Anonim mengatakan...

wkwowkok malah bagus ad yg ngeriview gini , biar bisa kasih tau film ini bagus apa bosok ,biar gak buang" duit

Rasyidharry mengatakan...

@aan Belum lagi baca Sinema Indonesia yang kasih inspirasi saya & Rangga Radhiterapy buat review film kancut haha

@Chan Sempak, bawa-bawa tuh orang lagi 😂

Rasyidharry mengatakan...

Naskahnya jelas jauh beda kelas

Rasyidharry mengatakan...

Saya belum sekejam Aria :(

Rasyidharry mengatakan...

Sure. Sama kayak Dwayne Johnson kan 😁

Rasyidharry mengatakan...

Naah that's the point. Semua reviewer punya gaya dan keunggulan masing-masing, yang kalau dibaca semua, ya bisa melengkapi perspektif ke sebuah film

Rasyidharry mengatakan...

Jangan, nanti ketemu Rasyid Harry si "nominee Piala Maya yang belagu: lagi di Cinecrib :(

Unknown mengatakan...

Mas/Mbak Anonim,

Klo nggk demen, nggk usah buka movfreak..

Gitu aja kok ribet..

Mas Rasyid,
Tetap pertahankan prestasi gaya bahasa alay sok puitis yang monoton nya, gue demen kok!!

Rasyidharry mengatakan...

Masih bingung diriku ini puitisnya di mana. Cinemapoetica baru (rada) puitis. Dibilang bahasa formal baru bener. Ada yang terlanjur esmosi felemnya kena kritik kayaknya 😂😏

Hugo mengatakan...

Justru gw lebih seneng dengan cara ngereview mas rasyid, karena seorang reviewer emang harus memberikan kritik yang pedas jika memang filmnya zonk, dan memberikan pujian kalau filmnya bagus
Sebagai pembaca setia movfreak, setiap tulisan dari mas rasyid berimbang kok dan mas rasyid salah satu alasan gw buat nonton suatu film, contoh kayak film dark phoenix, mas rasyid kasih nilai cukup dan setelah gw tonton emang cukup malah bisa dibilang kurang

Gibran mengatakan...

My Dirt Sheet gaya bahasanya lebih normatif berasa baca review film di majalah Bobo.

Sementara Movfreak gaya bahasanya lebih lugas berasa baca review kritikus U.S. di RottenTomatoes.

Untuk orang yang masih lemah mental dan baperan silahkan menjauh dari blog ini. Gitu aja.

*ini datang dari "oposisi MCU" yang sering disindir oleh blog ini wkwk

Maju terus Movfreak! Sukses selalu Mas Rasyid. Saya pembaca setia sejak 2013 ketika nyasar ke blog ini waktu search review film Soekarno.

Rasyidharry mengatakan...

Udah nggak ada itu oposisi MCU. Sejak WW udah bagus semua haha

Wow, lebih dari setengah usia blog ini. Thanks! 🙏

Rasyidharry mengatakan...

Makasih bung anonim, berkat komentar anda jadi banyak testimoni yang bikin saya terharu hehe

Hilman Sky mengatakan...

mungkin si anonim belum pernah nonton reviewnya #sumartanbigfoot di youtube yg kerap sarkas. Wkwkwk

Anonim mengatakan...

Semangat bang Rasyid