IKUT AKU KE NERAKA (2019)
Rasyidharry
Juli 12, 2019
Azhar Kinoy Lubis
,
Clara Bernadeth
,
Cut Mini
,
Ence Bagus
,
Fajar Umbara
,
horror
,
Indonesian Film
,
Kurang
,
Rendy Kjaernett
,
REVIEW
,
Sara Wijayanto
38 komentar
Ikut Aku ke Neraka adalah film di mana Sara Wijayanto muncul dalam
kapasitas glorified cameo sebagai
psikiater yang menyampaikan kepada bawahannya bahwa salah satu pasien yang
mereka tangani mungkin bukan mengalami gangguan jiwa melainkan diganggu makhluk
halus, sementara Ence Bagus memerankan dokter kandungan yang melontarkan
lelucon di tengah proses persalinan. Tidak mengejutkan bila masih tersimpan
banyak kengawuran lain.
Merupakan kali kedua Azhar Kinoi
Lubis menyutradarai horor pasca Kafir:
Bersekutu dengan Setan yang menyiratkan potensi meski eksekusinya jauh dari
maksimal, Ikut Aku ke Neraka memang
tontonan ngawur dan acak. Termasuk judulnya, yang mengingatkan pada Drag Me to Hell. Ketika film garapan Sam
Raimi tersebut memang secara literal menampilkan usaha hantu menarik korbannya
ke neraka, judul film ini tak ubahnya clickbait.
Film dibuka dengan memperlihatkan
Sari (Cut Mini) di rumah sakit jiwa, kemudian melompat untuk mengajak kita
bertemu gadis cilik yang bisa berinteraksi dengan hantu. Gadis itu tak lain
adalah protagonis kita, Lita (Clara Bernadeth) yang kini sedang hamil tua.
Hanya lewat beberapa menit awal saja, penuturan berantakan dari naskah buatan
Fajar Umbara (Comic 8, Mata Batin,
Sabrina) seketika dapat dideteksi.
Kebahagiaan Lita dan sang suami,
Rama (Rendy Kjaernett) harus sirna akibat teror sesosok hantu, yang terjadi setelah
Lita mengoperasi tanda lahir di punggungnya. Malang bagi Lita, Rama tak
mempercayai ceritanya. Kemudian kisah bergerak menuju.....well, sebenarnya untuk
berpuluh-puluh menit ke depan, kisahnnya jalan di tempat. Lita diteror, melapor
pada Rama yang tak menggubris ceritanya. Begitu seterusnya.
Narasi semacam itu bisa menarik
jika berhasil mempermainkan perspektif penonton terkait kondisi psikis Lita. Tanpanya,
hanya ada repetisi menyebalkan, sebab respon skeptis Rama praktis menghalangi
alurnya bergerak maju. Keadaan membaik setelah Rama mengakui kebenaran cerita
sang istri, lalu memanggil dukun bernama Adam (Teuku Rifnu Wikana), yang
menjabarkan beberapa teori seputar alasan di balik teror si hantu. Teori yang
alih-alih menjawab, justru menyulut pertanyaan lain, yang menunjukkan
kebingungan Fajar membangun aturan mistisismenya sendiri.
Naskahnya bertambah remuk jika kita
membahas soal diksi. Banyak kalimat, sebutlah, “Mari akhiri malapetaka ini”, “Dia
adalah entitas independen”, dan lain sebagainya, takkan kita temukan dalam
obrolan kasual di realita. Semakin terdengar aneh ketika penghantaran lemah
para pemain turut berkontribusi.
Sekali waktu, kita diajak
mengunjungi Sari yang tiap malam juga mendapatkan teror di bangsalnya. Tidak perlu
merekrut nama sekaliber Cut Mini untuk peran sekecil Sari, tapi Ikut Aku Ke Neraka adalah film yang
memasang Sara Wijayanto sebagai psikiater dan Ence Bagus sebagai dokter
kandungan. Keputusan memakai Cut Mini jelas lebih bisa dipahami. Setidaknya
sang aktris mampu jadi penampil terbaik, ketika jajaran cast lain tidak terlalu berkesan (Teuku Rifnu Wikana, Clara
Bernadeth), atau justru bermain kaku (Rendy Kjaernett).
Beruntung, departemen
penyutradaraan sedikit lebih baik. Azhar Kinoi Lubis masih sanggup membuat segelintir
jump scare yang cukup efektif
meningkatkan intensitas, biarpun metode kemunculan hantunya miskin kreativitas,
dan masih terjebak dalam pemakaian tata suara berisik. Elemen soild lain adalah
tata artistik dan visual, namun pada titik ini, nuansa vintage dari dekorasi serta pewarnaan tak lagi spesial akibat
terlalu sering dieksploitasi pasca kesuksesan Pengabdi Setan (oleh horor produksi Rapi Films).
Ikut Aku ke Neraka ditutup oleh konklusi kelam yang gagal menusuk
perasaan akibat ketidakmampuan memancing kepedulian terhadap jajaran
karakternya. Seolah belum cukup, pemandangan konyol yang menggabungkan
penulisan bodoh dan akting buruk, menyusul beberapa detik kemudian selaku mid-credits scene.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
38 komentar :
Comment Page:Film yang ada sara wijayanto rating tinggi apa ya mas? Rendah terus perasaan kalo dia yang main😂
Waktu tau film ini pertama kali, sempat tergelitik pengen tau karena banyak yg bilang mirip drag me to hell..
Waktu liat trailernya, makin khilaf pengen nonton filmnya..
Waktu baca review as rasyid ternyata filmnya tiarap, langsung terharu pengen sujud syukur
Makasih ya mas, sudah menyelamatkan waktu dan duta kami sekalian..
Gw yakin nih kalo lu disuruh bikin film horor pasti bakal lebih ancur. Sok soak an lu bialng : jumpscare minim kreativitas lah, naskah berantakan lah, emg jumpscares yg bagus lu bisa bikin? Emg lu bisa bikin naskah film? . Emg lu bisa nge direct film?
Sehat mas/mbak?
Saya kasih Sabrina & The Doll 2 rating 3 loh. Well nggak tinggih sih ya, positif lah tapi 😁
Alhamdulillah kehidupan saya bermaslahat bagi umat *ikut sujud syukur*
@anonim justru dengan kritik dari pecinta film/kritikus film kayak Mas Rasyid dkk perfilman kita bisa maju, kalo orang indo isinya kayak lu semua ya perfilman kita bakal selalu ada di kegelapan
Saya keburu nonton gara2 dua garis biru full . Gua sempat ambisius ketika flashback ke kafir tapi sangat disayangkan . Benar kaya rendi kjarnret MUNGKIN SAYA KECAPEAN
Lah kalo gw makan bakso gk harus tau bikin bakso donk.. kalo gw makan & gak enak,, protes wajar donk.. kan gw bayar
Anak IG nyasar kyknya ini🤣
Semoga anak IG nyasar ya, bukan "kru nyasar" hehehe
Habis nonton ini semua juga capek 😂
Kru yg alay di IG nyasar dimari😂
@movfreak yah kyk gono noh. Gak bisa jawab. Ngelesss.
Hey, lu bisa cek rekan² lain para bloger. Kyk mydirtsheet yg menang piala maya, gmn cara dia ngulas film tanpa jadi sotoy. Dia jg ngasih masukan positif lewat gaya bahasa lugas dan cerdas. Gak pake bahasa alay sok puitis yg monoton. Pasti disetiap review lu gitu² mulu, gw yakin lu jg gak yakin ama apa yg lu omongin direview
Jgn belagak deh, jadi sombong. Baru nominasi maya aja belaguk. Mydirtsheet yg menang aja kalem2 bae.
Bukan nggak bisa jawab bung, udah terlalu sering saya jelasin soal ini. Males. Mending ketemu langsung kalau mau diskusi. Ayo. Saya bayarin ngopi deh daripada ngamuk-ngamuk pake anonim :)
Silahkan email ke rasyidharry@gmail.com kalau tertarik. Nanti saya kirim nomor WA. Kita ketemu. Deal? :)
@anonim komentarnya basi banget, gak harus bisa bikin film kali untuk tahu suatu film itu bagus, baik ataupun jelek. Ulasan untuk film ini memang sebagian besar buruk kok. Di review ini ada dijabarkan tuh kelebihan sekaligus kekurangan filmnya kalau beneran dibaca baik-baik. Ada saran untuk filmnya. Memang film ini udah salah langkah, dari judul, poster, dan cerita. Oh ya, begitu tahu penulis naskahnya langsung rada skeptis karena naskah si penulis di film2 sebelumnya memang gak terlalu bagus.
Tadi diajakin teman nonton film ini karna buat cari referensi untuk film horor yg sedang digarap.
Dari segi cerita si hancur, untungnya visual lumayan tapi ga sebaik Kafir.
Agak kecewa juga si sama Kinoi, Kafir kemarin bagus apa karna ada UPI ya ?
Bung anonim..kalo sampeyan baca review film horror indonesia versi radhiterapy pasti makin nyap nyap..hahaha
Padahal kalo diliat dari segi Rating/Bintang yg bang Rasyid kasih, lebih manusiawi loh daripada Mydirtsheet haha
Ayolah bung anonim.. udah diladenin tuh.. sy sih lebih respect ke fans garis keras mas rasyid yg berinisial "MFA" dibanding anda,, setidaknya dia tdk berlindung dibalik akun anonim🤣
Kalau paranormal main di banyak film tapi dg peran yg tak jauh2 dr identitas aslinya, are they entitled to be called actor/actress? *pertanyaan iseng* 😁
Gua pembaca movfreak dan my dirt sheet setia gua kira cara penulisan mas rasyid memang beda lebih ringkas dan to the point sedangkan mas arya lebih detail dan menyeluruh dari segala aspek,menurut saya keduanya adalah pelengkap buat saya mencari jawaban buat nonton atau tidak karena blog 2 ini yang selalu paling update untuk film indonesia terutama dibanding blog lain seperti amir at the movies ,cinetariz,flick magazine dll. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing2 kadang di my dirt sheet saya merasa kurang fokus karena reviewnya kepanjangan tapi juga kadang di movfreak saya merasa kurang puas karena kependekan. Saya rasa movfreak fun lucu lugas dan simple, sedangkan my dirt sheet lebih teoritis ,serius, dan mendalam , namun pada akhirnya pembahasanya sama filmnya Jelek Lumayan Atau Bagus cara penyampaian aja beda ada yg nyablak ada yg satire
mas/mbak anonim..tp saya yakin sih mbak2 deh.. saya saranin nonton cinecrib di youtube deh.
Udah itu aja saran saya.
wkwowkok malah bagus ad yg ngeriview gini , biar bisa kasih tau film ini bagus apa bosok ,biar gak buang" duit
@aan Belum lagi baca Sinema Indonesia yang kasih inspirasi saya & Rangga Radhiterapy buat review film kancut haha
@Chan Sempak, bawa-bawa tuh orang lagi 😂
Naskahnya jelas jauh beda kelas
Saya belum sekejam Aria :(
Sure. Sama kayak Dwayne Johnson kan 😁
Naah that's the point. Semua reviewer punya gaya dan keunggulan masing-masing, yang kalau dibaca semua, ya bisa melengkapi perspektif ke sebuah film
Jangan, nanti ketemu Rasyid Harry si "nominee Piala Maya yang belagu: lagi di Cinecrib :(
Mas/Mbak Anonim,
Klo nggk demen, nggk usah buka movfreak..
Gitu aja kok ribet..
Mas Rasyid,
Tetap pertahankan prestasi gaya bahasa alay sok puitis yang monoton nya, gue demen kok!!
Masih bingung diriku ini puitisnya di mana. Cinemapoetica baru (rada) puitis. Dibilang bahasa formal baru bener. Ada yang terlanjur esmosi felemnya kena kritik kayaknya 😂😏
Justru gw lebih seneng dengan cara ngereview mas rasyid, karena seorang reviewer emang harus memberikan kritik yang pedas jika memang filmnya zonk, dan memberikan pujian kalau filmnya bagus
Sebagai pembaca setia movfreak, setiap tulisan dari mas rasyid berimbang kok dan mas rasyid salah satu alasan gw buat nonton suatu film, contoh kayak film dark phoenix, mas rasyid kasih nilai cukup dan setelah gw tonton emang cukup malah bisa dibilang kurang
My Dirt Sheet gaya bahasanya lebih normatif berasa baca review film di majalah Bobo.
Sementara Movfreak gaya bahasanya lebih lugas berasa baca review kritikus U.S. di RottenTomatoes.
Untuk orang yang masih lemah mental dan baperan silahkan menjauh dari blog ini. Gitu aja.
*ini datang dari "oposisi MCU" yang sering disindir oleh blog ini wkwk
Maju terus Movfreak! Sukses selalu Mas Rasyid. Saya pembaca setia sejak 2013 ketika nyasar ke blog ini waktu search review film Soekarno.
Udah nggak ada itu oposisi MCU. Sejak WW udah bagus semua haha
Wow, lebih dari setengah usia blog ini. Thanks! 🙏
Makasih bung anonim, berkat komentar anda jadi banyak testimoni yang bikin saya terharu hehe
mungkin si anonim belum pernah nonton reviewnya #sumartanbigfoot di youtube yg kerap sarkas. Wkwkwk
Semangat bang Rasyid
Posting Komentar