THE HUSTLE (2019)
Rasyidharry
Juli 13, 2019
Alex Sharp
,
Anne Hathaway
,
Chris Addison
,
Comedy
,
Jac Schaeffer
,
Kurang
,
Rebel Wilson
,
REVIEW
2 komentar
The Hustle selaku remake dari
Dirty Rotten Scoundrels (1988) yang
juga hasil remake Bedtime Story (1964)
tidak semestinya dibuat. Serupa banyak film daur ulang masa kini (Ghostbusters, Ocean’s 8, What Men Want),
gender protagonis diubah menjadi perempuan, dengan harapan menambah relevansi.Tapi
cara The Hustle menangani materi
adaptasinya justru bagai menarik pesan women’s
empowerment-nya mundur beberapa langkah.
Tonton Dirty Rotten Scoundrels, dan anda akan menyadari jika filmnya
bergerak bak sajian seksis sebelum twist
finalnya datang membalikkan keadaan. Ditulis naskahnya oleh Jac Schaeffer (Captain Marvel, Black Widow), The Hustle mempertahankan twis tersebut, tapi karena perubahan
gender karakternya, efek yang dihasilkan pun berlawanan.
Pun ini adalah reka ulang yang
malas, khususnya di paruh pertama. Bukan cuma alur, banyak sudut kamera bahkan
dialognya sama persis dengan Dirty Rotten
Scoundrels. Rasanya seperti menonton film yang sama, namun bukannya Michael
Caine, kita melihat Anne Hathaway memamerkan karisma, sementara pesona penuh
warna Steve Martin digantikan kekonyolan Rebel Wilson.
Josephine (Anna Hathaway) dan Penny
(Rebel Wilson) sama-sama seorang penipu ulung, hanya saja “berbeda kasta”.
Ketika Josephine lebih berkelas dan menjalankan aksinya di kasino mewah, Penny
memilih bar biasa sebagai lahan mencari mangsa. Target mereka selalu sama,
yaitu laki-laki. Tanpa disengaja, keduanya bertemu di kereta, sama-sama sedang
menuju Beaumont-sur-Mer.
Dari situlah kompetisi bermula, sewaktu
Josephine dan Penny tak hanya menipu para korban, pula satu sama lain demi
ambisi menguasa teritori. Alhasil, taruhan dilakukan. Siapa yang berhasil
merampas uang sebesar $500 ribu dari seorang penemu aplikasi populer bernama
Thomas (Alex Sharp) jadi pemenangnya.
Perbedaan mendasar The Hustle dibanding pendahulunya adalah
soal gaya melucu. Banyolan bodoh sarat slapstick
jadi andalan, yang sesungguhnya cukup efektif memancing tertawa di beberapa
bagian berkat Anne Hathaway dan Rebel Wilson yang memang ahli melakoni kekonyolan.
Ditambah lagi, penyutradaraan Chris Addison sama bertenaganya.
Tapi sekali lagi, tidakkah itu
mengkhianati intensi pembuatan remake ini?
Pemilihan humornya, ditambah keputusan mempertahankan twist milik Dirty Rotten Scoundrels
sebagaimana saya singgung di atas, membuat para wanita film ini sepenuhnya
jadi sosok bodoh. Tidak sekalipun saya dibuat percaya bahwa keduanya merupakan
jenius di bidang tipu-menipu.
Jac Schaeffer seperti kurang
memahami sumber adaptasinya, sehingga tiap kali ia melakukan perubahan,
ketimbang memperoleh penyegaran, filmnya justru memburuk di berbagai aspek,
entah soal penyampaian pesan, penokohan, atau komedi. Ambil contoh “adegan
rolet”.
Pada Dirty Rotten Scoundrels, situasi itu muncul dua kali. Kemunculan
pertama berfungsi mengukuhkan modus operandi Lawrence (Michael Caine), di mana
ia memasang taruhan di angka yang sama dengan
sang target, lalu berharap kalah (yang kemungkinan besar akan terjadi) guna
menyedot simpati. Alhasil, saat dalam situasi kedua Lawrence malah terus meraup
kemenangan, tercipta kelucuan. Sementara The
Hustle hanya memiliki situasi kedua, berujung melemahkan dampak kejenakaan
berbalut ironinya.
Melangkah ke paruh kedua, The Hustle makin berani menerapkan
perubahan. Paling kentara dialami Josephine, yang pelan-pelan kehilangan
ketenangan dan wibawa. Hal itu dilakukan supaya kelucuan meningkat, meski
sayangnya, hasil yang didapat lagi-lagi berlawanan dari keinginan. Buddy comedy macam ini baru akan efektif
jika kedua tokoh utama punya ciri berlawanan, yang artinya, menjadikan
Josephine karakter konyol serupa Penny, berakibat melemahkan komedinya.
Durasi The Hustle hampir 20 menit lebih pendek ketimbang pendahulunya karena
Schaffer memangkas banyak momentum, yang alih-alih menambah dinamika filmnya
selaku hiburan bertempo cepat, justru terasa bak simplifikasi konflik, serta
wujud ketergesaan penceritaan. Seolah film ini tidak sabar mempresentasikan kejutan
besarnya.
Terakhir, usaha menghembuskan rasa melalui
romansa yang juga bertindak selaku perlawanan terhadap standar kecantikan,
turut menemui kegagalan. Rasa yang hendak diciptakan tertutupi oleh kekonyolan.
Tapi jika anda belum menonton Dirty
Rotten Scoundrels dan tak ambil pusing tentang alasan eksistensi remake ini, besar kemungkinan, The Hustle adalah tontonan yang cukup
untuk mengembangkan senyum kepuasan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
2 komentar :
Comment Page:Mas Rasyid,
Walaupun ber'label "kurang" dari Movfreak, gw masih berharap bakal terhibur seperti pas gw nuntun Ocean's 8.
Gw bingung, olang² di belakang gw pada ngakak nuntun film ini.. sedangkan gw?
Bwt gw, Ocean's 8 jauh lebih menghibur..
Sama, seisi bioskop waktu itu juga ngakak. Emang tipe komedi yang "aman" dalam arti gampang disukai mayoritas
Posting Komentar