CINTA ITU BUTA (2019)
Rasyidharry
Oktober 11, 2019
Chae In-woo
,
Comedy
,
Dodit Mulyanto
,
Fanya Runkat
,
Indonesian Film
,
Kurang
,
Rachmania Arunita
,
Renaldo Samsara
,
REVIEW
,
Romance
,
Shandy Aulia
1 komentar
Mengadaptasi film Filipina berjudul
Kita-Kita, karya penyutradaraan
teranyar Rachmania Arunita (penulis novel Eiffel...I’m
in Love) setelah absen 11 tahun lamanya sejak Lost in Love ini adalah film pertama yang total memaksimalkan
potensi komedi Dodit Mulyanto. Memasang Dodit sebagai pemeran utama membuatnya
lepas, bebas melontarkan ide-ide humor gilanya. Konyol. Terlalu konyol malah,
hingga Cinta itu Buta lalai
meluangkan waktu membangun rasa, yang mana substansial dalam paparan romansa.
Berlatar di Busan, Korea Selatan,
tokoh sentralnya adalah Diah (Shandy Aulia), pemandu wisata yang selama tiga
tahun terakhir telah bertunangan dengan pria lokal, Jun-ho (Chae In-woo), namun
pernikahan keduanya tak kunjung tiba, karena Jun-ho selalu beralasan bahwa ia
belum siap. Kemampuan Shandy melafalkan dialog memakai Bahasa Korea patut
diapresiasi, namun cara bertuturnya mengganggu. Saya memahami intensi mereplikasi
protagonis wanita drama Korea yang kerap bicara dengan aegyo, tapi bukan berarti gaya itu pantas diterapkan di semua
situasi.
Suatu malam, Diah akhirnya
mengetahui alasan Jun-ho menunda pernikahan. Begitu terpukul, Diah pun
kehilangan penglihatannya—membuat karakternya menderita penyakit jelas satu
dari berbagai unsur yang diterapkan naskah buatan Fanya Runkat dan Renaldo Samsara
(I Am Hope) supaya Cinta itu Buta tampil bak drama Korea. Anehnya,
di pagi hari berikutnya, Diah sudah mahir berjalan menggunakan tongkat. Padahal
itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, ditambah lagi (seharusnya) psikis
Diah masih terguncang.
Tapi biarlah. Setidaknya pasca
kejanggalan itu, filmnya memasuki babak baru yang jauh lebih menyenangkan berkat
kehadiran Nik (Dodit Mulyanto), yang mengunjungi Korea sebagai bentuk pelarian
sakit hati setelah diselingkuhi tunangannya. Nik ngotot membantu Diah,
membawakan makanan tiap pagi walau sang gadis menolak menyentuhnya. Lambat laun
Diah luluh, membiarkan Nik memasuki kehidupannya, membuatnya menyadari bahwa
tanpa melihat pun, ia tetap bisa merasa.
Kedatangan Nik bukan saja mengubah
hidup Diah, juga jalur filmnya, yang banting setir ke ranah komedi-romantis,
dengan proporsi komedi jauh lebih besar. Di sinilah Dodit bersinar, melepaskan
banyolan-banyolan gombal khasnya, disertai kelakar-kelakar aneh, yang semakin
absurd justru semakin efektif memancing tawa. Beberapa polahnya bakal terus
menggelitik, bahkan setelah filmnya usai, dari teriakan norak Nik kala
memanggil Diah tiap pagi, sampai improvisasinya di adegan “dangdut”.
Tapi bagi Cinta itu Buta, kelucuan Dodit ibarat investasi jangka pendek.
Selama paruh kedua, filmnya tampil menarik, kemudian menjadi bumerang kala
menginjak babak akhir yang mengedepankan elemen drama romantis. Benar bahwa
membuat dua tokoh utama tidak melulu tampil serius merupakan formula ampuh
pemancing simpati penonton sebab kita merasa bersenang-senang bersama mereka,
namun kedua protagonis film ini sama sekali tidak pernah serius. Tawa yang
hadir sekadar melahirkan kekonyolan, bukan membangun warna hubungan. Alhasil,
dampak emosional yang semestinya muncul berdasarkan gagasan manis “Saat bisa
melihat, kamu tidak bisa melihatku, tapi saat tidak bisa melihat, kamu baru
bisa melihatku”, gagal tersalurkan.
Kondisi semakin diperburuk oleh
kekacauan penceritaan. Atas nama kejutan, gerakan alurnya kerap menciptakan
disorientasi waktu. Pun konklusi yang memilih menggantungkan tanda tanya
ketimbang habis-habisan mengaduk rasa, ikut mengundang kejanggalan. Padahal
kalau drama Korea klasik jadi acuan (keberadaan penyakit hingga nasib buruk
yang tiba-tiba menimpa, mengingatkan pada judul-judul seperti Autumn in My Heart, Stairway to Heaven,
dan lain-lain), Cinta itu Buta seharusnya
bersedia menyentuh ranah melodrama daripada bersikap “malu-malu tapi mau”.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:Kalau budget terbatas mending nonton ini apa SIN Bang?
Posting Komentar