NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI (2020)

18 komentar
Sebuah pesawat kertas melayang di atas awan, diiringi lagu Rehat milik Kunto Aji yang mengeset keseluruhan mood Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (damai, agak puitis, sesekali sendu, terkadang hangat), membuka film panjang kesebelas sutradara Angga Dwimas Sasongko ini, yang merupakan adaptasi novel berjudul sama buatan Marchella FP. Menurut Angga, inilah karyanya yang paling membanggakan. Pernyataan itu beralasan. Mengingatkan akan gaya Hirokazu Koreeda, Angga menangani materi yang oleh sutradara lain mungkin bakal digiring ke arah tearjerker menjadi sajian slice of life bernuansa kontemplatif bertema keluarga yang tetap mudah dinikmati kalangan luas.

Pasangan suami-istri, Narendra (Oka Antara) dan Ajeng (Niken Anjani) sedang menyambut kelahiran puteri bungsu mereka, Awan. Tapi ketimbang kebahagiaan, kesedihan justru terpancar. Kemudian kisahnya melompat menuju beberapa tahun kemudian, kala ketiga buah hati Narendra dan Ajeng (kini diperankan Donny Damara dan Susan Bachtiar) telah beranjak dewasa. Walau keluarga ini sekilas bahagia, tampak betul Narendra menganakemaskan Awan (Rachel Amanda). Disuruhnya Angkasa (Rio Dewanto) si anak sulung menjemput adiknya tiap pulang kerja, sedangkan Aurora (Sheila Dara) si anak kedua lebih gemar mengurung diri di studio, membuat benda-benda seni kontemporer.

Dampaknya, Angkasa kerap terdistraksi dan tak berkesempatan mengejar kebahagiaannya sendiri; Aurora merasa dikesampingkan; pun Awan mulai jengah dikekang. Bahkan Awan sampai harus berulang kali terlibat pertengkaran dengan ayahnya kala mulai menjalin kedekatan dengan Kale (Ardhito Pramono), rekan Angkasa sekaligus manajer band idolanya. Apa alasan Narendra begitu mengatur anak-anaknya? Mengapa sebegitunya ia “menjaga” Awan? Apakah semata karena Awan puteri bungsu? Beberapa flashback yang sesekali muncul, akan pelan-pelan mengupas alasannya, meski jika memperhatikan, jawaban itu bisa anda dapat sedari momen pembuka.

Ditulis oleh Angga bersama Jenny Jusuf (Filosofi Kopi, Critical Eleven, Mantan Manten) dan Melarissa Sjarief, naskahnya sanggup menjadikan deretan kilas balik tersebut media mengokohkan pondasi penokohan. Dorongan suatu perbuatan maupun sikap hingga perasaan yang dirahasiakan, terpapar secara subtil namun jelas. Subtil. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini tidak menganggap penontonnya bodoh. Kita diseret oleh dinamika kisah yang oleh Angga dialirkan dengan penuh kesabaran, dibiarkan merasakan ketimbang disuapi, sehingga kisahnya makin kaya dan bisa dimaknai berbeda oleh masing-masing penonton.

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah tentang dinamika kompleks antara anak sulung, tengah, dan bungsu. Pun ini juga soal kebebasan dalam hubungan, baik itu bersifat romansa atau di lingkup keluarga. Ini juga mengenai impian, kebahagiaan, bahkan menyentil perihal patriarki, dan maskulinitas di mana ayah sebagai kepala keluarga senantiasa mengatur, sedangkan anak laki-laki (apalagi kalau berstatus putera sulung) harus jadi yang paling kuat. Sampai akhirnya film ini memperlihatkan bahwa kedua laki-laki yang awalnya tampak lebih meledak-ledak itu malah jauh lebih rapuh dibanding para perempuan yang sebelumnya dituntut atau memilih diam.

Naskahnya pun jeli mengolah dialog, melahrikan sederet kalimat quotable yang puitis, tapi tetap terdengar kasual. Poin tersebut senada dengan nuansa yang dibangun Angga melalui pengarahannya. Ditemani kombinasi pilihan lagu-lagu sang sutradara yang seperti biasa meneduhkan pula enak didengar (Rehat, Lagu Pejalan, Awal & Akhir, Fine Today), juga sinematografi garapan Yadi Sugandi (Petualangan Sherina, Athirah, Ada Apa Dengan Cinta 2) yang mampu menggali ruang personal dalam interaksi manusia, Angga memamerkan kepekaannya, melalui pengadeganan yang mengutamakan keintiman tanpa banyak menerapkan “rekayasa” teknis seperti scoring mendayu misalnya.

Bahkan setelah memasuki third act, yang sejatinya merupakan parade peristiwa-peristiwa penguras air mata selaku payoff yang memang pantas penonton dapatkan selepas menyaksikan fragmen-fragmen keseharian sederhana selama lebih dari 90 menit. Di tangan Angga, jajaran pemain mendapat panggung unjuk gigi. Duet Oka Antara-Niken Anjani mengobrak-abrik perasaan di latar masa lalu; Donny Damara dan Rio Dewanto sebagai ayah-anak menyiratkan kerapuhan di balik kerasnya karakter masing-masing; Sheila Dara melanjutkan rentetan kegemilangannya dalam judul-judul produksi Visinema melalui keheningan menusuk; Rachel Amanda akan menarik simpatimu; dan saat Susan Bachtiar memecahkan kediamannya, di situlah film ini meledakkan pesan empowerment-nya. Berkat mereka semua, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini membuka 2020 secara hangat.

18 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Oot bang.
Kira2 parasite menang best picture Oscar gak ya?

Unknown mengatakan...

Mas Rasyid,

Nyangka nggk sih hari pertama film NKCTHI ini full house di bioskop mana saja, nggk cuman di Jekardah loh..

Saya yakin semua nggk bakal nyangka..
Dari pihak bioskop saja hari pertama tayang hanya menyediakan studio² kecil..
Hari kedua sudah disediakan studio besar dan menengah..

Apa karena promo MTix 15 rebu?

Minta pendapat sampeyan nggih mas 😀

Tapi setelah membaca review dari Mas Rasyid, sepertinya hari senin harus nuntun nih film..

Unknown mengatakan...

Saya kira bakal dikasih 4,5 bintang kayak Surat Dari Praha bang.

Rasyidharry mengatakan...

WoM bagus, plus promo, plus faktor X yang nggak bisa saya sebutin di sini

Rasyidharry mengatakan...

Peluangnya ada. Kandidat terkuat masih OUATIH tapi

Mahendrata Iragan Kusumawijaya mengatakan...

Adakah kemungkinan End Game bakal menang Best Picture?

dim mukti mengatakan...

bukunya bukan novel deh mas, macam kumpulan quote gitu

Unknown mengatakan...

Yg sering nonton filmnya Visinema pasti tau ada easter egg nya...

Unknown mengatakan...

Mas Rasyid,

Akhirnya kemaren nuntun NKCTHI.. 😀
Klo soal nangis² masih "lebih nangis" di film Keluarga Cemara..
Malah adegan di Dua Garis Biru lebih bisa membuat nangis, hehehehe..

Kayanya Susan Bachtiar masih terlalu muda buat jadi ibu nya Rio Dewanto 🤭🤭🤭

Menurut gw, NKCTHI kok biasa aja yah..
Menghibur sih..
Maaf yak subjektif..

Betewe, yang jadi pacarnya Angkasa siapa yak mas?

ihsan nr mengatakan...

Nope, skip hampir semua precursor oscar jauh di bawah Black Panther, tapi masih mungkin dapet nominasi PGA. Genre superhero yg terjamin masuk cuma Joker.

Dimas mengatakan...

faktor X-nya karena anak indie dan pecinta senja plus kopi kah?? hhehe

Rasyidharry mengatakan...

Kalau Endgame palingan masuk nominasi efek visual

Anonim mengatakan...

Putri Marino emg ga jadi main di sini ya mas? Atau saya yg missed nontonnya?

rahmadamazing mengatakan...

Gw ga ngerti . Kenapa mereka persoalin anak ke 4 yg mati pas bayi. Padahal kan 15+ tahun lebih dah berlalu.

agoesinema mengatakan...

Sebenarnya gw gak terlalu suka alasannya knp si ibu memilih diam, apakah sedemikian trauma kah?
Tp jujur pertahanan gw pecah jg saat adegan Si Bapak nyium nisan anaknya diiringi lagu gak tau judulnya apa... damn ini teajeker bgt mirip sensasi yg gw dapatkan saat nonton Ode to My Father... pecah diending

Rasyidharry mengatakan...

Sakitnya nggak bisa dibayangin lah kehilangan anak itu

Rasyidharry mengatakan...

Bukan soal trauma atau gimana, itu sentilannya Angga ke patriarki

Vian mengatakan...

Seneng rasanya bisa lihat si Candy sekeren itu di layar bioskop. Sejak ia muncul lagi di film Trinity setelah 8 tahun sejak film Kata Maaf Terakhir, sy tahu itu akan jadi titik balik Amanda di layar lebar.

Btw entah kebetulan atau nggak, pemeran ayah sama ibu muda sama2 driver OK Jek dan pemeran Angkasa dan Aurora kecil sama2 "santri" Kun Anta. *info ga penting.