RASUK 2 (2020)

9 komentar
Tahukah kalian bahwa Rasuk (2018) yang merupakan adaptasi novel berjudul sama buatan Risa Saraswati berhasil mengumpulkan lebih dari 900 ribu penonton, membawanya bercokol di urutan 16 daftar film Indonesia terlaris di tahun perilisannya? Tidak butuh waktu lama sampai Baginda Dheeraj Kalwani memproduksi sekuelnya, yang kali ini ditangani sutradara Rizal Mantovani menggantikan Ubay Fox, sementara posisi Shandy Aulia sebagai pemeran utama diberikan kepada Nikita Willy. Apakah hasilnya lebih baik? Jawabannya “ya”. Masalahnya, mengingat hancur leburnya kualitas pendahulunya, nyaris mustahil menghasilkan tontonan yang lebih buruk.

Nikita Willy memerankan Isabella, adik Inggrid (diperankan Denira Wiraguna di film pertama, di sini digantikan oleh Raquel Katie Larkin), sahabat Langgir (Shandy Aulia). Itu saja kaitan Rasuk 2 dengan film pertamanya. Bersama dua teman kosnya, Alma (Sonia Alyssa) dan Nesya (Lania Fira), Bella tengah melaksanakan koas di bagian forensik rumah sakit. Dituntut sering mengikuti proses autopsi, Bella malah kerap melihat hal-hal aneh, termasuk mayat yang mendadak hidup kembali. Menolak percaya kepada hal mistis, Bella memilih berobat ke psikiater, dan di sinilah kengawuran naskah buatan Haqi Achmad dan Baskoro Adi mulai tercium.

Rasuk 2 membahas beberapa elemen psikologi, yang alih-alih menjadikannya cerdas, justru membuat naskahnya seolah tersusun atas hasil riset kilat lewat Wikipedia, yang bahkan sepertinya cuma dibaca sekilas. Nama ahli matematika John Nash, yang kisahnya diangkat dalam A Beautiful Mind (2001) disebut oleh sang psikiater. Menurutnya, halusinasi Nash disebabkan karena kecerdasan yang luar biasa, dan bahwa kesembuhan Bella bergantung pada dirinya sendiri. Bukan itu penyebab gangguan mental Nash, pun proses penyembuhan skizofrenia memerlukan dukungan lingkungan sosial. Efek Barnum tak ketinggalan disinggung dengan pengertian salah kaprah, sebab poin utama efek itu bukanlah soal fenomena paranormal.

Pada sebuah autopsi, Bella dipertemukan dengan mayat wanita tak dikenal yang disebut “Mrs. X”. Maaf, tapi tahu dari mana wanita itu sudah menikah? Atau penulisnya tidak paham perbedaan Mrs. dan Ms.? Penulis terjemahannya lebih pintar untuk urusan ini, dan menuliskan “Miss X”. Pada 18 Maret 1967, ditemukan mayat wanita tanpa identitas di Amerika Serikat yang kemudian dipanggil “Miss X”. Mungkin naskahnya mengambil referensi dari situ, tetapi akibat riset seadanya, lagi-lagi muncul kekeliruan.

Sejak autopsi itu, teror yang Bella alami makin intens, bahkan sempat membuatnya kesurupan, lalu menyerang Radja (Achmad Megantara), satu lagi teman kosnya yang menaruh hati kepada Bella. Nantinya terjalin percintaan di antara keduanya, mengajak kita mengikuti sejenak aktivitas kencan mereka, yang terkesan sebatas penambal durasi semata, pun sama sekali tak romantis, salah satunya akibat Achmad Megantara yang kembali menampilkan performa kaku nan menggelikan. Apa pula perlunya menyelipkan kecemburuan Nesya ketika aspek itu sekadar numpang lewat dan nihil dampak terhadap konflik utama?

Jadi dengan setumpuk kelemahan di atas, kenapa saya menganggap Rasuk 2 lebih superior ketimbang pendahulunya? Jawabannya ada di paruh awal film. Salah satu hal paling mengganggu di Rasuk adalah tata suaranya yang mengancam gendang telinga. Di sini volumenya diturunkan, walau agak terlalu rendah sehingga membuat jump scare kurang bertenaga. Rizal Mantovani pun lumayan jeli memilah, mana penampakan yang mesti diiring musik, mana yang tidak. Ditambah riasan yang tidak buruk, beberapa keheningan bahkan mampu memancing kengerian (titik terbaiknya saat Bella melihat sesosok hantu sepulang dari rumah sakit) melalui pengarahan Rizal.

Sayangnya keunggulan Rizal (dan film ini secara keseluruhan) berhenti di situ. Sang sutradara kewalahan menciptakan ketegangan dalam adegan di mana kekacauan terjadi. Hasilnya canggung, secanggung banyolan-banyolan dari mulut Asri Welas. Bukan perkara mudah membuat Asri Welas, yang biasanya berhasil menyegarkan suasana, jadi tidak lucu. Dan berkat ketidakmampuan Rizal mengolah momen komedik, khususnya terkait menentukan timing transisi, pencapaian langka itu sukses diraih film ini.

Sekitar 15 menit pertama, Rasuk 2 membuka tabir misteri dengan menarik, menyulut penasaran kala mempertanyakan asal muasal mayat Mrs. X, serta mengapa sang hantu meneror Bella. Sampai akhirnya investigasi asal jalan dilakukan, rasa bosan menyeruak, kemudian penyelidikan Bella jadi tidak penting sewaktu muncul karakter baru yang menjawab segala pertanyaan. Rasuk 2 tidak lupa menutup kisahnya melalui klimaks sarat kebodohan berintensitas lemah, menjadikan peningkatan kualitasnya semakin terasa semu. Paling tidak Nikita Willy menyajikan performa yang lebih “normal” dibandingkan Shandy Aulia.

9 komentar :

Comment Page:
Mukhlis mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Mukhlis mengatakan...

Bang,, apa rasuk pertama ini berhubungan sama film kedua? Soalnya saya ngira sequelnya bakal membahas kelanjutan di ending, tapi mustahil Soalnya kalau dilanjutkan dari sisi tersebut, malah jadi film drama, Akhir bidang

Albert mengatakan...

Di paragraf kedua udah ditulis hubungannya.

Lusiana mengatakan...

Waktu trailernya keluar semua komentar dipenuhi dengan betapa miripnya film Rasuk 2 dengan The Autopsy of Jane Doe dan The Possession of Hannah Grace ditambah kearifan lokal. Kalau liat dari segi kualitas memang Rasuk 2 jauh lebih baik dibanding pendahulunya. Dan yap Nikita Willy setidaknya menunjukkan performa jauh lebih baik dari Gasing Tengkorak. Tahun 2020 dibuka dengan film horror medioker yang lagi lagi serba nanggung.

Vian mengatakan...

Mas maaf OOT. Film KNK Santa claus dr Jakarta kok akun ig nya ilang ya? Ada masalah produksikah?

Mahendrata Iragan Kusumawijaya mengatakan...

Mahasiswa Psikologi kena trigger nih ama bahasan psikologi yang asal

Satriya Widayanto mengatakan...

Punya background di psikologi, suka nonton film, dan kebetulan nonton film yang bahas psikologi tapi asal-asalan, abis deh dikritik tuh film wkwkwk

Anonim mengatakan...

Film horor Indonesia..siapapun yg bikin..hny smp pd tahap "Ngagetin" ..dan untung ny org Indonesia suka di kagetin..klo mo bikin film dn untung..bikinlah film horor..Dan buat lh penonton kaget sesering mungkin

Rasyidharry mengatakan...

Siapa pun? Really?