TEMAN TAPI MENIKAH 2 (2020)
Rasyidharry
Februari 28, 2020
Adipati Dolken
,
Bagus
,
Biography
,
Indonesian Film
,
Johanna Wattimena
,
Mawar de Jongh
,
Rako Prijanto
,
REVIEW
6 komentar
Ketika film romansa kita sedang
jatuh hati pada adaptasi Wattpad dengan judul-judul absurd, gombalan puitis, serta
tipikal bad boy yang semakin lama
justru makin bergeser ke arah brengsek ketimbang keren, Teman tapi Menikah, yang merupakan film Indonesia favorit saya
tahun 2018 lalu, menelurkan sekuelnya, lalu memperlihatkan definisi romantisme
yang sebenarnya. Berbagi tawa dan rasa, bukan cuma kata-kata tanpa nyawa atau
drama sarat hiperbola.
Walau peran Ayu berpindah ke tangan
Mawar de Jongh yang menggantikan Vanesha Prescilla, kedua tokoh utamanya masih
sama. Mereka masih Ditto (Adipati Dolken) dan Ayu yang akan merinding jijik
saat mendengar gombalan, walau dorongan untuk saling bersikap manja selalu ada.
Begitulah bentuk hubungan “teman rasa pacar, pacar rasa teman”. Tapi kini sepasang
teman itu sudah menikah. Teman tapi
Menikah 2 bukan lagi tentang susahnya mencintai teman, walau kesan tersebut
tetap bisa dirasakan kala mendengar keduanya berinteraksi secara kasual, yang
justru memberi romantisme tersendiri.
Ditto dan Ayu ingin menikmati masa
bulan madu terlebih dulu, namun belum sempat itu terlaksana, Ayu terlanjur
hamil. Pengaruh hormon ditambah ketakutan akan kehamilan membuat Ayu sering
marah-marah, dan respon Ditto tidak mempermudah keadaan. “Gua nggak tahu salah
gua apa”, ungkap Ditto kepada rekan-rekan bandnya. Mungkin laki-laki memang
sebodoh itu, kesulitan memahami kondisi fisik dan mental (yang saling
berkaitan) dari ibu hamil.
Naskah buatan Johanna Wattimena (Teman tapi Menikah, Sin, The Way I Love You)
sayangnya tidak memperdalam urusan itu. Ketimbang membawa Ditto sepenuhnya
melewati proses pemahaman, ia berulang kali terlalu gampang “lolos” dari
permasalahan. Setidaknya ketiadaan elemen itu bukan diakibatkan kelalaian,
melainkan kesengajaan demi memberi ruang pada tuturan lain, yakni tentang
hubungan suportif pasangan suami-istri kala menghadapi kehamilan.
Meski pemaparannya ringan dan tidak
semuanya dieksplorasi secara memadai, naskahnya mampu mencakup berbagai
permasalahan dalam pernikahan secara umum, maupun fase kehamilan secara khusus.
Kekhawatiran seorang ibu mendapati perubahan fisik, suami yang terpaksa
merelakan waktu bersama teman-teman, campur tangan orang tua, pilihan metode
persalinan, dan lain-lain.
Kalau mencari penelusuran kompleks,
mungkin anda bakal kecewa, tapi jika romansa ringan kaya rasa yang diinginkan,
sebagaimana pendahulunya, Teman tapi Menikah
2 adalah juaranya. Interaksi “suami-istri-rasa-teman” Ditto dan Ayu tidak
pernah gagal menghadirkan senyum. Entah senyum karena tergelitik, senyum karena
gemas, atau senyum karena membayangkan hubungan semanis itu (akan atau sedang) kita
jalani. Naskahnya jago memproduksi kata, sedangkan kedua pemeran utama lihai
melontarkannya.
Bagi Ditto, pernikahan ini adalah mimpi
yang jadi nyata setelah menunggu 13 tahun (walau nantinya kita tahu bahwa Ayu
pun sama saja), dan sepanjang film, Adipati berhasil memperlihatkan tatapan
berbinar dan senyum lebar dari kebahagiaan seseorang yang impiannya terwujud.
Sementara Mawar—yang secara fisik pun lebih punya kemiripan dengan Ayudia
dibanding Vanesha—mampu memberi pendewasaan terhadap karakternya, walau tetap
menampilkan kemanjaan-kemanjaan yang tak mungkin gagal meluluhkan, bukan cuma
hati Ditto, juga penonton.
Adipati dan Mawar punya dinamika
luar biasa, sehingga inkonsistensi terkait pacing,
di mana beberapa momen bergulir terlalu lama, tidak menjadi persoalan fatal.
Penceritaan Rako Prijanto selaku sutradara memang tidak semulus di film
pertama, tapi sensitivitasnya tidak berkurang. Terbukti dari
kesuksesannya merangkai klimaks emosional, yang menyertakan suasana sakral
lewat alunan mantra Tvameva Mata. Teman tapi Menikah 2 mengajak penonton tertawa, berbahagia bersama mereka, dalam sebuah tuturan cinta yang membuat kita ikut jatuh cinta.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:Mas rasyid lebih milih Ayu diperanin sama Mawar atau Vanesha?
Saya jujur lebih suka Mawar, jauh dibanding Vanesha. Mawar manjanya dapet, dewasanya pun dapet padahal dia baru umur 18 tahun. Dan saya ngebayangin kalau di TTM2 ini tetep diperanin sama Vanesha kok nggak dapet feelnya dia sebagai ibu hamil. Dan chemistry mawar sama dolken menurutku lebih natural di TTM2 ini. Vanesha-Dolken di TTM1 agak kurang, padahal mereka pacaran beneran lho. Vanesha dalam berakting, terutama saat tertawa. Tertawanya menurutku terlihat seperti dibuat2, tidak natural.
Mawar eva membuat sekuel ini tampak lebih emosional, walau sebenernya dari segi naskah gak kebayang seemosional itu sih. Entah kenapa acting eva jarang gagal. Awalnya ga mau nonton karena saya pikir saya telah melewati fase dito ayu dalam berumah tangga, sudah punya anak dua, tapi akhirnya nonton juga dan suka ama filmnya.
Vanesha bagus, tapi Mawar jelas lebih bagus 👍
Parah ...mawar dapat banget semya ekspresinya...kl vanessa gw gk yakin..secara jd milea aja lempeng aja emosinya
Dari segi penampilan, pemerannya mantap banget. Natural dan all out. Sayang, ada hal yg kurang aja gitu. Kayak resolusi dari konflik2nya itu cepet dan gampang selesai. Jujur pas nonton kadang ada momen bosen. Film yg bagus, tapi kurang greget
Lebih suka film pertama , bagus, yang kedua boring =(
Posting Komentar