TEMEN KONDANGAN (2020)
Rasyidharry
Februari 02, 2020
Chika Waode
,
Comedy
,
Fauzan Adisuko
,
Gading Marten
,
Iip S Hanan
,
Imelda Therinne
,
Indonesian Film
,
Kevin Julio
,
Lumayan
,
Prisia Nasution
,
REVIEW
,
Reza Nangin
,
Rino Sarjono
,
Samuel Rizal
6 komentar
Kerapian. Saya sering menyinggung
aspek tersebut, menjadikannya salah satu landasan menilai keberhasilan film.
Tapi sebagai cabang seni, film bukan ilmu pasti. Ada kalanya, kekacauan (selama
disengaja) justru memperkuat suatu film. Temen
Kondangan selaku debut penyutradaraan Iip S. Hanan termasuk golongan
tersebut, sebab pada dasarnya, film ini memang mempresentasikan secara jenaka
kekacauan yang tercipta kala seseorang menghadiri pernikahan mantan kekasih.
Selebgram bernama Putri (Prisia
Nasution) tengah kebingungan kala menerima undangan pernikahan sang mantan, Dheni
(Samuel Rizal). Sebagai cara membuktikan keberhasilannya move on, Putri memutuskan datang. Masalahnya, Putri terlanjur
berprinsip bahwa haram hukumnya mendatangi pernikahan mantan tanpa membawa
gandengan. Padahal saat ini ia sedang melajang. Putri pun mulai mencari teman
kondangan. Beberapa nama masuk daftar incaran: Juna (Kevin Julio) si wedding crasher tersohor yang juga
sepupu si asisten, Sari (Chika Waode); Sang bos, Galih (Gading Marten); dan
Yusuf (Reza Nangin) si teman SMA yang diam-diam sudah lama menyukai Putri.
Berharap satu dari ketiga pria itu
bisa menemaninya, alangkah terkejutnya Putri sewaktu mereka semua sama-sama
datang. Menghadiri pesta pernikahan mantan saja sudah berpotensi menimbulkan
kekacauan, jadi bisa dibayangkan betapa runyam situasi film ini. Apalagi naskah
buatan Fauzan Adisuko (Bidadari Terakhir)
dan Rino Sarjono (Negeri 5 Menara,
Kuambil Lagi Hatiku) turut memberi ketiga pria itu masalah personal
masing-masing. Yusuf terlibat konflik dengan bandnya, Juna harus kejar-kejaran
dengan Angel (Imelda Therinne) dari pihak wedding
organizer, sementara Galih menyimpan sebuah rahasia.
Walau sekitar 80% filmnya cuma
mengambil latar gedung resepsi, itu tidak menghalangi terjadinya rentetan
masalah absurd yang muncul silih berganti. Penuhnya konflik memaksa Iip S.
Hanan memacu tempo filmnya. Penonton tak diajak berhenti sejenak guna meresapi
kisahnya, tapi justru di sini letak pesona Temen
Kondangan, walau sayangnya sistem kebut ini sepertinya juga diterapkan di
proses produksi dan pasca-produksi, mengacu pada beberapa bloopers yang terlihat jelas, seperti jumlah pengikut Instagram
seorang karakter berbeda dari yang disebutkan, hingga tombol “rekam” yang belum
dipencet pada adegan merekam video melalui handphone.
Cepat, tanpa basa-basi, kacau,
tetapi menyenangkan. Apalagi naskahnya dipersenjatai ide-ide komedi segar yang
enggan menahan diri untuk sesekali menghembuskan absurditas. Saya tak heran
kalau di satu titik, anda mengira film ini merupakan adaptasi webtoon. Ditambah lagi, jajaran
karakternya pun berwarna, sekaligus diperankan nama-nama yang mumpuni menangani
komedi. Prisia menampilkan salah satu performa paling menghibur sepanjang
karirnya sebagai selebgram yang mengobrankan keotentikan demi menyuapi ratusan
ribu pengikutnya di Instagram. Putri terjebak dalam berbagai situasi
memusingkan, di mana semakin gila situasi itu, semakin total pula usaha Prisia
mengocok perut penonton.
Kevin Julio punya kharisma sesosok playboy; Reza Nangin kembali membuktikan
jika ia sepantasnya menerima atensi lebih tinggi perihal sepak terjangnya di
industri film; dan Gading Marten? Tidak usah dipertanyakan. Menjadi bos aneh
yang kecanduan lagu Ular Berbisa milik
Hello, hampir semua polah maupun tutur katanya bisa memancing tawa. Sedangkan
dalam porsi kemunculan lebih kecil, Imelda Therinne sempat memperlihatkan satu
hal yang tak saya duga bakal dipunyai komedi semacam Temen Kondangan, yakni akting dramatik. Kevin, Reza, dan Imelda
merupakan tiga dari sekian banyak pelakon di industri film Indonesia yang
kualitasnya perlu lebih banyak diapresiasi.
Tapi seiring waktu, usaha mempresentasikan
kekacauan perlahan jadi bumerang. Filmnya bagai kehilangan kontrol diri, dan mulai
melahirkan kekacauan yang tak diniatkan terjadi, khususnya mencapai babak
ketiga. Keinginan menggila malah berujung menghilangkan fokus. Ketika
seharusnya proses Putri untuk move on sekaligus
menyadari bahwa selama ini ia terlalu menuruti pendapat orang (baca: netizen) sehingga terjebak dalam kepalsuan
dan keterpaksaan dirangkum, Temen
Kondangan malah mengalihkan fokus dengan memberi konklusi kepada karakter
lain.
Dampak emosi yang memang sudah
melemah saat studi karakter dan eksplorasi konflik dikorbankan demi komedi pun
akhirya makin tak tersisa. Tapi sesuai dengan tulisan di poster yang berbunyi “Rusuh
di bioskop....”, Temen Kondangan memang
hanya bertujuan memancing rusuh. Kerusuhan yang akan sangat memuaskan, selama
hiburan jadi satu-satunya yang anda cari.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:Mirip Film Thailand yang di viu om.. Love H20.. Mantan pacarnya mau nikah trus minta bantuan 3 pria buat dateng ke pesta.. Ini memang adaptasi film atau bkn ya om? Bisa mirip..
Mas.. review uncut gems dong..
Kyknyq tumben adam sandler mainnya "bener"
Comebacknya olivia jensen juga jadi bikin bagus film ini,walaupun dia ngegasnya di akhir cerita. Dan kayak yang bang rasyid review, konklusinya jadi melebar meskipun lumayan ada valuenya. Coba olivia bisa sering2 main film lagi kayak dulu 😄😍
Perkembangan film Produksi MNC pictures ini makin bener ya.tema mungkin masih monoton tapi eksekusi kerasa segar menurut q. Rumah produksi yang sepertinya mulai mengincar FFI. Pendapat anda gmna bang?
Bukan adaptasi kok. Ada kemiripan tapi pengembanganny beda
MNC tuh kekuatannya satu: entertainment. Soal bobot drama mungkin sering kurang, tapi soal tontonan ringan apalagi komedi, jago
Posting Komentar