TEMEN KONDANGAN (2020)

6 komentar
Kerapian. Saya sering menyinggung aspek tersebut, menjadikannya salah satu landasan menilai keberhasilan film. Tapi sebagai cabang seni, film bukan ilmu pasti. Ada kalanya, kekacauan (selama disengaja) justru memperkuat suatu film. Temen Kondangan selaku debut penyutradaraan Iip S. Hanan termasuk golongan tersebut, sebab pada dasarnya, film ini memang mempresentasikan secara jenaka kekacauan yang tercipta kala seseorang menghadiri pernikahan mantan kekasih.

Selebgram bernama Putri (Prisia Nasution) tengah kebingungan kala menerima undangan pernikahan sang mantan, Dheni (Samuel Rizal). Sebagai cara membuktikan keberhasilannya move on, Putri memutuskan datang. Masalahnya, Putri terlanjur berprinsip bahwa haram hukumnya mendatangi pernikahan mantan tanpa membawa gandengan. Padahal saat ini ia sedang melajang. Putri pun mulai mencari teman kondangan. Beberapa nama masuk daftar incaran: Juna (Kevin Julio) si wedding crasher tersohor yang juga sepupu si asisten, Sari (Chika Waode); Sang bos, Galih (Gading Marten); dan Yusuf (Reza Nangin) si teman SMA yang diam-diam sudah lama menyukai Putri.

Berharap satu dari ketiga pria itu bisa menemaninya, alangkah terkejutnya Putri sewaktu mereka semua sama-sama datang. Menghadiri pesta pernikahan mantan saja sudah berpotensi menimbulkan kekacauan, jadi bisa dibayangkan betapa runyam situasi film ini. Apalagi naskah buatan Fauzan Adisuko (Bidadari Terakhir) dan Rino Sarjono (Negeri 5 Menara, Kuambil Lagi Hatiku) turut memberi ketiga pria itu masalah personal masing-masing. Yusuf terlibat konflik dengan bandnya, Juna harus kejar-kejaran dengan Angel (Imelda Therinne) dari pihak wedding organizer, sementara Galih menyimpan sebuah rahasia.

Walau sekitar 80% filmnya cuma mengambil latar gedung resepsi, itu tidak menghalangi terjadinya rentetan masalah absurd yang muncul silih berganti. Penuhnya konflik memaksa Iip S. Hanan memacu tempo filmnya. Penonton tak diajak berhenti sejenak guna meresapi kisahnya, tapi justru di sini letak pesona Temen Kondangan, walau sayangnya sistem kebut ini sepertinya juga diterapkan di proses produksi dan pasca-produksi, mengacu pada beberapa bloopers yang terlihat jelas, seperti jumlah pengikut Instagram seorang karakter berbeda dari yang disebutkan, hingga tombol “rekam” yang belum dipencet pada adegan merekam video melalui handphone.

Cepat, tanpa basa-basi, kacau, tetapi menyenangkan. Apalagi naskahnya dipersenjatai ide-ide komedi segar yang enggan menahan diri untuk sesekali menghembuskan absurditas. Saya tak heran kalau di satu titik, anda mengira film ini merupakan adaptasi webtoon. Ditambah lagi, jajaran karakternya pun berwarna, sekaligus diperankan nama-nama yang mumpuni menangani komedi. Prisia menampilkan salah satu performa paling menghibur sepanjang karirnya sebagai selebgram yang mengobrankan keotentikan demi menyuapi ratusan ribu pengikutnya di Instagram. Putri terjebak dalam berbagai situasi memusingkan, di mana semakin gila situasi itu, semakin total pula usaha Prisia mengocok perut penonton.

Kevin Julio punya kharisma sesosok playboy; Reza Nangin kembali membuktikan jika ia sepantasnya menerima atensi lebih tinggi perihal sepak terjangnya di industri film; dan Gading Marten? Tidak usah dipertanyakan. Menjadi bos aneh yang kecanduan lagu Ular Berbisa milik Hello, hampir semua polah maupun tutur katanya bisa memancing tawa. Sedangkan dalam porsi kemunculan lebih kecil, Imelda Therinne sempat memperlihatkan satu hal yang tak saya duga bakal dipunyai komedi semacam Temen Kondangan, yakni akting dramatik. Kevin, Reza, dan Imelda merupakan tiga dari sekian banyak pelakon di industri film Indonesia yang kualitasnya perlu lebih banyak diapresiasi.

Tapi seiring waktu, usaha mempresentasikan kekacauan perlahan jadi bumerang. Filmnya bagai kehilangan kontrol diri, dan mulai melahirkan kekacauan yang tak diniatkan terjadi, khususnya mencapai babak ketiga. Keinginan menggila malah berujung menghilangkan fokus. Ketika seharusnya proses Putri untuk move on sekaligus menyadari bahwa selama ini ia terlalu menuruti pendapat orang (baca: netizen) sehingga terjebak dalam kepalsuan dan keterpaksaan dirangkum, Temen Kondangan malah mengalihkan fokus dengan memberi konklusi kepada karakter lain.

Dampak emosi yang memang sudah melemah saat studi karakter dan eksplorasi konflik dikorbankan demi komedi pun akhirya makin tak tersisa. Tapi sesuai dengan tulisan di poster yang berbunyi “Rusuh di bioskop....”, Temen Kondangan memang hanya bertujuan memancing rusuh. Kerusuhan yang akan sangat memuaskan, selama hiburan jadi satu-satunya yang anda cari.

6 komentar :

Comment Page:
ScorpeeHandyman mengatakan...

Mirip Film Thailand yang di viu om.. Love H20.. Mantan pacarnya mau nikah trus minta bantuan 3 pria buat dateng ke pesta.. Ini memang adaptasi film atau bkn ya om? Bisa mirip..

Chan hadinata mengatakan...

Mas.. review uncut gems dong..
Kyknyq tumben adam sandler mainnya "bener"

Aunul Hakim mengatakan...

Comebacknya olivia jensen juga jadi bikin bagus film ini,walaupun dia ngegasnya di akhir cerita. Dan kayak yang bang rasyid review, konklusinya jadi melebar meskipun lumayan ada valuenya. Coba olivia bisa sering2 main film lagi kayak dulu 😄😍

Mahendrata Iragan Kusumawijaya mengatakan...

Perkembangan film Produksi MNC pictures ini makin bener ya.tema mungkin masih monoton tapi eksekusi kerasa segar menurut q. Rumah produksi yang sepertinya mulai mengincar FFI. Pendapat anda gmna bang?

Rasyidharry mengatakan...

Bukan adaptasi kok. Ada kemiripan tapi pengembanganny beda

Rasyidharry mengatakan...

MNC tuh kekuatannya satu: entertainment. Soal bobot drama mungkin sering kurang, tapi soal tontonan ringan apalagi komedi, jago