CLASSIC AGAIN (2020)
Rasyidharry
Juni 12, 2020
Cukup
,
Ranchrawee Uakoolwarawat
,
REVIEW
,
Romance
,
Samitpong Sakulponghcai
,
Sutthirak Subvijitra
,
Thai Movie
,
Thatchaphong Suphasri
,
Thitipoom Techaapaikhun
6 komentar
Sebagai remake, Classic
Again tak memberi warna baru, apalagi mengobrak-abrik pondasi yang disusun
oleh The Classic (2003), yang
menampilkan Son Ye-jin, Jo In-sung, dan Cho Seung-woo di jajaran pemeran
utamanya. Hal itu menciptakan dua sisi. Pertama, value film ini jelas tak setinggi pendahulunya. The Classic (kemudian diteruskan oleh A Moment to Remember) merupakan pionir
gelombang melodrama Korea Selatan, sedangkan Classic Again muncul 17 tahun kemudian tatkala formula serupa entah
sudah berapa kali kita saksikan.
Sisi kedua (sisi yang lebih positif), adalah, lewat kesetiaannya mengadaptasi, debut penyutradaraan Thatchaphong Suphasri ini mampu
menghadirkan nostalgia bagi penggemar. Classic
Again memahami momen-momen ikonik film aslinya, guna melakukan reka ulang
dengan baik. Ketika dua tokoh utamanya berlari di bawah hujan dengan hanya
sebuah jaket melindungi kepala mereka, sambil diiringi lagu One Memory (versi Thailand dari Me to You, You to Me), anda akan
tersenyum merenungi masa-masa indah cinta pertama dahulu.
Ranchrawee Uakoolwarawat melanjutkan jejak Son Ye-jin
memerankan dua karakter, Bota dan ibunya, Dala, di mana kisah cinta keduanya
saling bersinggungan meski terpisah puluhan tahun, seolah menegaskan ungkapan “love will find a way”. Tinggal sendirian
di Thailand sementara sang ibu berada di Korea (salah satu reference terhadap The
Classic selain kemunculan posternya), Bota kerap menenggelamkan diri membaca
surat-surat cinta ibunya. Lalu kisahnya bergerak maju-mundur, sesekali melempar
kita ke masa sekitar lima dekade lalu, ketika romansa Dalah dan Kajorn (Thitipoom
Techaapaikhun) berlangsung.
Bota menuangkan surat-surat tersebut ke dalam naskah
pertunjukan teater, di mana Non (Sutthirak Subvijitra) menjadi pemeran utama
pria. Bota diam-diam menyukai Non, tapi sebagaimana Dalah yang telah dijodohkan
dengan sahabat Kajorn, Tanil (Samitpong Sakulponghcai), Bota pun mengalami
dilema, sebab sahabatnya juga menyukai Non, bahkan menjadi pemeran utama wanita
di pertunjukan tersebut. Menyusul selanjutnya adalah perjalanan yang
menunjukkan betapa takdir bergerak secara misterius dalam campur tangannya pada
pertemuan dua hati, yang penuh kejutan.
Classic Again begitu setia kepada film aslinya
sampai anda bisa membuat checklist berisi
adegan-adegan penting mana saja yang disertakan lagi. Dan checklist itu bakal terisi penuh. Sayangnya, sesekali proses
memenuhi checklist itu menjadikan
filmnya seolah hanya menjalankan kewajiban ketimbang menyajikan rangkaian
cerita organik. Alhasil pergerakannya kerap buru-buru (walau seperti The Classic, permainan temponya
cenderung lambat bila dibandingkan banyak romansa modern), dan beberapa momen
signifikan berlalu begitu saja tanpa kesan berarti. Contohnya sebuah keputusan
mencengangkan dari salah satu karakter, yang semestinya berperan penting dalam
pengambilan keputusan protagonis, lalu menciptakan titik balik dalam kisahnya.
Tapi kelemahan di atas tak serta-merta menjadikan Classic Again sebuah remake inferior, khususnya saat ada
poin-poin yang dipresentasikan lebih baik daripada pendahulunya. Sebutlah penokohan
Tanil. Tidak seperti Tae-soo di The
Classic yang begitu konyol sehingga kurang seimbang sebagai pesaing cinta
Joon-ha, Tanil lebih dekat ke sosok remaja bengal, tanpa menanggalkan unsur
tindak kekerasan yang ia terima dari sang ayah.
Memasuki babak akhir, Classic
Again pun unggul perihal melahirkan paralel, dengan menampilkan
potongan-potongan peristiwa serupa antara dua kisah cinta beda zamannya, yang membuat
dampak emosinya semakin kuat, walau soal melukiskan romantisme menyentuh dalam
seuatu momen, Thatchaphong Suphasri belum selihai Kwak Jae-yong (sutradara The Classic). Terkait latar waktu, tidak
ada masalah dalam pemindahan lokasi dari Korea Selatan ke Thailand. Selain terlibat
aktif di Perang Vietnam, tahun 70an pun sama-sama merupakan masa penuh kemelut
bagi kedua negara, ketika deretan pergerakan serta demonstrasi kerap terjadi.
Di jajaran pemain, Ranchrawee Uakoolwarawat melakoni debut
layar lebar yang takkan mengejutkan bila berujung melambungkan status
kebintangannya. Sang aktris memerankan dua figur ibu-anak yang serupa tapi tak
sama. Dalah maupun Bota tidak banyak bicara, tapi tutur kata dan perilaku sang
ibu lebih tertata, sedangkan puterinya cenderung akrab dengan kecanggungan.
Available on NETFLIX
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:Ada adegan Kajorn pergi bertempur di medan perang. Pertannyaan, dgn siapa pasukan Thailand bwrperang. Perasaan Thailand gak punya musuh di negara manapun.
Poin ini udah dibahas di review. Kan Thailand juga terlibat Perang Vietnam
kajorn meninggal karena apa?
Tidak dijelaskan. Namun ketika kajorn dan bota bertemu. Sepertinya kajorn mengalami kebutaan akibat perang
Pertanyaan saya.
Kondisi tanil setelah menemani bota untuk menemui kajorn itu gimana ya? Tanil sudah menikah atau belum?
Mungkin yang di maksud dala bukan bota, tanil kan akhirnya menikah sama dala terus mereka punya anak namanya bota
Posting Komentar