REVIEW - THE DOLL 3

11 komentar

Ada masa di mana tiap tahun kita disuguhi horor garapan Rocky Soraya, entah seri The Doll maupun Mata Batin. Belum lagi judul-judul seperti Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) dan Jeritan Malam (2019). Masa itu berakhir kala pandemi tiba (mungkin ditambah perolehan penonton Mata Batin 2 yang tak sampai separuh film pertama). 

Selepas absen tiga tahun, Rocky kembali lewat installment yang konon bakal menutup kisah The Doll, dan sang sutradara masih sama. Masih mengandalkan gore, gemar memecahkan kaca, menomorsatukan gaya. Perbedaan terletak pada sosok bonekanya.

Jika Ghawiah dan Sabrina memerlukan medium manusia guna menebar teror, maka Bobby lebih mandiri. Sebab kini Rocky dan tim memakai boneka animatronik, yang kabarnya memakan biaya dua miliar. Apakah sepadan? Bagi saya, iya. 

Tapi mari membahas alurnya terlebih dahulu. Pasca sebuah kecelakaan yang menewaskan orang tua mereka, Tara (Jessica Mila) dan Gian (Zizie Zidane) hanya memiliki satu sama lain. Hidup Tara bahagia. Kisah cintanya dan Aryan (Winky Wiryawan) berjalan mulus, pun Tara menjalin hubungan baik dengan puteri kekasihnya, Mikha (Montserrat Gizelle). Sebaliknya, Gian yang terlibat langsung dalam kecelakaan amat menderita. Luka di wajahnya belum hilang, sebagaimana luka batin akibat trauma. 

Singkat cerita, Gian bunuh diri. Teringat akan cerita sahabatnya, Rere (Masayu Anastasia), tentang ritual memasukkan arwah ke dalam boneka, membuat Tara nekat melakukan hal serupa. Arwah Gian dipanggil agar bersemayam dalam tubuh boneka canggih bernama Bobby. Berharap bisa mengucap kata perpisahan secara layak, Tara malah mendapati sang adik telah berubah. 

Hal-hal itulah yang harus anda lewati sebelum The Doll 3 menampakkan taringnya. Naskahnya kembali ditulis oleh Riheam Junianti, sehingga masih menyimpan masalah seperti judul-judul sebelumnya, yaitu berupa prolog melelahkan. Eksplorasi elemen psikologisnya terlalu dangkal untuk dapat menjustifikasi keputusan Gian bunuh diri, sedangkan kalimat-kalimat corny yang mendominasi interaksi antar karakter, makin kentara karena naskah bak mewajibkan seluruh perasaan diutarakan secara verbal. 

Bagi yang mengenal betul karya-karya Rocky, tentu sudah mengantisipasi semua itu, lalu bersabar menantikan banjir darah begitu film memasuki second act. Sekali lagi, Rocky masih sama. Masih mengedepankan teknik pengambilan gambar stylish (kamera berputar, menembus lubang intip pintu, dll.), pula masih total perihal gore. 

Bersenjatakan pisau, tiada bagian tubuh yang luput disambangi oleh Bobby. Perut, dada, punggung, leher, kepala, tenggorokan, semua ditebas. Rocky enggan menahan diri, bahkan saat dihadapkan dengan karakter anak. Apalagi, seperti kita tahu, tokoh-tokoh dalam film Rocky bak kecoak. Susah mati. Lihatlah Mikha. Selepas jatuh dari tangga, rumah pohon, lift, nyawanya belum juga melayang. Adegan bunuh diri Gian pun jauh lebih brutal dari perkiraan. 

Rocky menunjukkan pengalaman sebagai sineas slasher, yang disokong jajaran tim tata efek khusus mumpuni. Kepala terpenggal, atau saat seorang karakter jatuh menimpa mobil, semua tampak meyakinkan. Tentu boneka animatronik Bobby turut berperan. Geraknya mulus dengan cakupan yang cukup luas, pun ekspresi wajahnya kaya. Shot favorit saya adalah ketika Bobby "bepose" di tangga sembari mengacungkan pisau. That's cool. Sayang, aksinya dinodai oleh kebutusan absurd membuat si boneka pembunuh melontarkan sumpah serapah dalam Bahasa Inggris. Seisi studio tertawa, mendapati momen konyol yang bertolak belakang dengan tone serius filmnya. 

Bukan film Rocky Soraya namanya kalau tidak ditutup menggunakan epilog terlampau panjang guna mengungkap twist yang sama sekali tak diperlukan (meski kali ini bukan soal perselingkuhan). Ya, tiga tahun berselang, Rocky Soraya masih sama. For better or worse. 

11 komentar :

Comment Page:
Ari mengatakan...

ranking dong mas dari the doll 1-3 sama sabrina

Anonim mengatakan...

wah jadi permasalahannya mirip-mirip sama the doll dan mata batin juga ya. balas dendam sama satu orang yang bersalah gitu?

Rasyidharry mengatakan...

Nggak jauh beda semua sih, kecuali The Doll pertama yang emang masih coba-coba

Rasyidharry mengatakan...

Yaaah beda tipis tipis lah

Anonim mengatakan...

Heran. Perasaan mulai the doll 1, itu premisnya rata-rata Mirip deh. Soal Kehilangan, terus manggil arwah, bener-bener template. Twice soal orang terdekat adalah pelaku masih ada nggak Bang?

Anonim mengatakan...

*twist

Anon mengatakan...

Review MEMORY mas rasyid. Mau nonton tapi takut same old sh*
t nya liam neeson wkwkwk

wayang79 mengatakan...

film yang menarik. andai ada gamenya

Anonim mengatakan...

Tapi menurutku the doll 3 ini penceritaannya paling bagus dibanding seri sebelumnya.

Oktabor mengatakan...

Menantikan collab anatar Timo dan Rocky. Udah kayak PMI kali ya..banir darahhhhh

Anonim mengatakan...

ENDING FILM PLOT TWIST YANG MEMBAGONGKAN : MAKAN MIE DI DEPAN LAYAR TV