DOWNSIZING (2017)

12 komentar

Beberapa respon negatif kritikus atau penonton umum untuk film ketujuh Alexander Payne (The Descendants, Sideways) ini mayoritas bermuara pada kesimpulan bahwa terlampau banyak gagasan coba dirangkum sehingga gagal mengenai sasaran. Mereka ingin filmnya meninggalkan dampak signifikan, menggerakkan hati, atau mungkin berpartisipasi terhadap dunia yang lebih baik. Seperti keinginan besar Paul Safranek (Matt Damon) memberi kontribusi menyelamatkan lingkungan beserta umat manusia di dalamnya. Sayangnya, ia tidak kunjung merasakan kebahagiaan.

Terhimpit masalah keuangan, Paul mengajak sang istri, Audrey (Kristen Wiig) mengikuti program Downsizing alias mengecilkan tubuh demi memperbaiki kehidupan (1 dollar dunia normal bisa bernilai 1000 kali di dunia mini) sekaligus turut serta menyelesaikan persoalan overpopulasi. Setidaknya demikian isi pikiran Paul dan para ilmuwan di balik terciptanya teknologi tersebut. Segera, mereka menemukan betapa yang perlu diperbaiki bukan cuma infrastruktur, pula manusia itu sendiri.
Orang yang hanya memikirkan diri sendiri dan saling melukai hati mendominasi Downsizing. Paul terpukul saat tahu Audrey membatalkan niat mengecilkan tubuh di detik terakhir. Payne telah menyiratkan itu kepada penonton sejak adegan wawancara. Paul tampak yakin, sementara dari tatapan matanya pun, Audrey terlihat diselimuti rasa ragu (Wiig menjual keraguan itu dengan baik). Kita menyadari itu, tetapi Paul tidak. Audrey bersalah mendadak membatalkan rencana hanya karena alis dan rambutnya dipangkas habis, namun Paul yang gagal memahami kegundahan istrinya pun sama saja.

Paul layaknya aktivits yang berkoar-koar soal beragam isu tapi tak lebih dari sosok egois yang memaksakan kemauannya. Tapi Paul sulit bahagia. Kemudian ia bertemu Duőan Mirković (Christoph Waltz), penggila pesta yang terang-terangan menyatakan mengikuti program Downsizing demi kepentingan bisnis. Duőan senantiasa bahagia di tengah kejujuran soal ketidakpeduliannya. Sampai Ngoc Lan Tran (Hong Chau), aktivis asal Vietnam yang dipaksa mengecilkan tubuhnya hadir. Di mata Payne, Ngoc Lan adalah sosok ideal. Bekerja sebagai petugas kebersihan, Ngoc Lan dibayar dengan makanan sisa atau obat-obatan yang ia berikan pada mereka yang membutuhkan. Dia melakukan hal dengan dampak nyata.
Hong Chau luar biasa memerankan Ngoc Lan. Ketika ekspresi eksentrik Waltz dan wajah kebingungan Damon “sekedar” jadi pondasi komedi, Hong Chau juga mengemban beban mengangkat porsi dramatik. Dia lucu dan berenergi. Memakai Bahasa Inggris beraksen, Hong Chau bicara semaunya, mengatrol daya tarik film tiap kali dia terlibat di layar. Memasuki paruh akhir, sempat ditampilkannya sensitivitas dalam sebuah monolog yang oleh Payne ditangkap menggunakan close up tanpa putus sehingga kekuatan emosi sang aktris terpampang jelas. Monolog yang semestinya menyegel posisinya selaku peraih nominasi Oscar.

Payne melemparkan banyak isu yang sekilas disederhanakan konklusinya karena menekankan pada “kita harus berbuat baik”. Tapi bukankah itu akar dari segala kemajuan? Kebaikan dan kebahagiaan. Itulah mengapa ketimbang menggali lebih jauh kerumitan-kerumitan konsep tingginya, Payne mengajak penonton untuk tertawa lewat komedi visual yang diisi keanehan-keanehan, dari kepala dan alis botak Matt Damon hingga tubuh-tubuh kecil telanjang yang diambil bak makanan. Sang sutradara sekaligus penulis naskah hanya sering terlalu santai, berujung menghasilkan sederet momen yang mestinya dapat diakhiri beberapa menit lebih cepat.

12 komentar :

Comment Page:
Anna B mengatakan...

Daripada Lesley Manville ama Octavia Spencer, saya lebih setuju kalo yang dapet nominasi oscar di best supporting actress itu Hong Chau ama Holly Hunter, soalnya mereka berdua lebih bagus

Unknown mengatakan...

Kayaknya scene di trailer yang minum vodka itu di-cut ya, Mas ? Apa karena ratingnya R13+

Rasyidharry mengatakan...

@Anna Belum nonton Phantom Thread sih, tapi dibanding Spencer & Mary J. Blige, Hong Chau & Holly Hunter jelas lebih oke dan berkontribusi ke keseluruhan cerita. Yah, lagi-lagi alasan politis

@Pramudya Ah biasa itu, adegan trailer nggak masuk ke film. Mungkin biar trailernya lebih menarik tapi kalau dimasukin ke film akhirnya kurang pas atau tambah panjang

Unknown mengatakan...

@Mas Rasyid Ya harusnya kan kalo ada scene itu pas yang di kapal (Norwegia). Durasi setelah cut sana-sini aja udah 134 menit ya.

Dapet respon yang negatif dari kritikus tuh salah satunya apa karena ending-nya yang "kurang" ya, Mas ?

Rasyidharry mengatakan...

Kritikus sih kebanyakan nyorotin tentang "terlalu banyak yang coba diangkat, dan nggak semuanya digali dengan baik".

Satria wibawa mengatakan...

Gila si Hong chau akting macam apa itu..
Bisa yaaa awalnya komedik sedetik kemudian emosional ...
Sayang,ga masuk nominasi 😒

Zulfikar Knight mengatakan...

Blacks is overrated.

Rasyidharry mengatakan...

Ya kalau Hong Chau kulit hitam, kemungkinan besar dapat nominasi. Bukan rasis, tapi Oscar memang politis :)

Chan hadinata mengatakan...

"8 kinds f*ck"
Asli ngakak sih di scene itu =))

Unknown mengatakan...

Scene terakhir yg diledakkin itu mksudnya apa yah? Kenapa diledakkin? gak ngerti...

Rasyidharry mengatakan...

@Mochamma Yang koloni itu? Ya buat melindungi rumah baru mereka dari kiamat

Unknown mengatakan...

Hahaha oh iya yahπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ Makasih bnyak bang RasyidπŸ˜πŸ™