OCEAN'S 8 (2018)
Rasyidharry
Juni 09, 2018
Anne Hathaway
,
Awkwafina
,
Cate Blanchett
,
Crime
,
Cukup
,
Gary Ross
,
Helena Bonham-Carter
,
Mindy Kaling
,
REVIEW
,
Richard Armitage
,
Rihanna
,
Sanda Bullock
,
Sarah Poulson
,
Steven Soderbergh
8 komentar
Genre heist caper
punya formula klasik, aturan-aturan yang diawali dengan (1) perkenalan benteng
yang mustahil ditembus (brankas, kasino, museum), lalu kita (2) bertemu
sekelompok pria necis yang berencana membobolnya, (3) melihat mereka
membeberkan rencana mengenai siapa harus melakukan apa serta bagaimana. Ocean’s 8 sepenuhnya berjalan mengikuti
pakem kecuali pada poin kedua, di mana alih-alih pria necis, kita berkenalan
dengan para wanita berkelas. Sandra Bullock dengan ketenangan elegannya, Cate
Blanchett dalam lagak semaunya, sikap eksentrik Helena Bonham Carter
sebagaimana biasa, Rihanna yang melambungkan level “keren” peretas beberapa
tingkat lebih tinggi, Anna Hathaway dengan senyum yang mewakili definisi “selebritis
bodoh”.
Ocean’s 8 adalah sepenuhnya soal star power. Ditambah Sarah Paulson,
Awkwafina, dan Mindy Kaling, tercipta kombinasi menarik yang bukan cuma tentang
multikultural, juga beragam kepribadian. Walau bertindak selaku spin-off untuk remake dari Ocean’s 11
(1960) yang juga mengandalkan star power
kelima Rat Pack (Peter Lawford, Frank Sinatra, Dean Martin, Sammy Davis, Jr.,
dan Joey Bishop), toh naskah garapan Gary Ross bersama Olivia Milch bergerak
layaknya reka ulang dari versi Steven Soderbergh (di sini bertindak selaku
produser). Debbie Ocean (Sandra Bullock) baru keluar dari penjara, menemui
partner sekaligus sahabatnya, Lou (Cate Blanchett), menyusun rencana merampok Toussaint,
kalung berlian senilai $150 juta, lalu membentuk tim guna menjalankan
perampokan.
Seperti saat Rusty Ryan (Brad Pitt) menentang niatan Danny
Ocean (George Clooney) menyelipkan usaha balas dendam personal di tengah misi,
Lou pun bakal menyatakan hal serupa pada Debbie, yang dijebloskan ke penjara
akibat pengkhianatan Claude Becker (Richard Armitage), mantan kekasih sekaligus
rekan dalam praktek penipuan benda seni. Dari konsep, persamaan dengan Ocean’s Eleven (2001) memang tak
terhindarkan, sayang, detail eksekusinya justru mengingatkan akan Ocean’s Thirteen (2007), yang notabene film
terburuk dalam triloginya. Sebelum perampokan utama, penipuan, sabotase, dan
penyusupan dilakukan terlebih dahulu sebagai persiapan. Di fase ini, cuma para
karakter yang tahu apa rencananya, sementara penonton dibiarkan buta hingga misi
berakhir, tapi filmnya berharap kita terpukau oleh eksekusi rencana yang
disusun di balik layar itu. Bagaimana bisa jika penonton diasingkan dan tidak
merasa terlibat?
Tidak peduli seberapa mustahil rencananya, penonton mesti
diyakinkan bahwa itu bisa dilakukan, setidaknya oleh jajaran protagonisnya.
Filmnya perlu memperlihatkan keberhasilan misi terjadi berkat kapasitas
karakternya, bukan akibat kebodohan korban seperti saat Rose Weil (Helena
Bonham-Carter) sang desainer dan Amita (Mindy Kalling) si pembuat berlian
berusaha memindai barang target perampokan. Keduanya bersikap konyol, bodoh,
aneh, mencurigakan, namun urung dicurigai. Ketika karakternya lolos semudah
itu, hilang pula tensi filmnya. Praktis sebelum sajian utama di klimaks, kenikmatan
hidangan pembukanya sebatas menyaksikan kepiawaian aktris-aktris kelas satu
memerankan sederet tokoh tanpa kedalaman penokohan. Tapi siapa peduli? Film
macam ini bukan studi karakter. Kemampuan khusus masing-masing jadi kepribadian
pengganti yang mendefinisikan dan membedakan mereka.
Puncak aksinya berjalan cukup singkat, tapi dikemas penuh
gaya kala Ross mengkreasi ulang Met Gala secara otentik di Metropolitan Museum
of Art selaku lokasi asli, lengkap dengan barang-barang seni asli pula, yang semuanya
mampu diperoleh berkat restu Anna Wintour, pimpinan redaksi Vogue sekaligus
kurator Met Gala sejak 1995 yang juga menjadi cameo. Tentu cameo para
pesohor diperlukan demi menjaga otentitas, sehingga nama-nama seperti Zayn
Malik, Katie Holmes, Maria Sharapova, Serena Williams, Kim Kardashian, Adriana
Lima, Kylie Jenner, Kendall Jenner, Olivia Munn, dan lain-lain turut hadir di
antara keglamoran yang mampu membuat penonton berteriak “oooohh”. Itu juga
respon saya tatkala Rihanna, pasca menghabiskan sepanjang film memakai pakaian
kasual, mendadak memasuki lantai Met Gala dalam balutan gaun merah menawan.
Apalah artinya heist
tanpa twist yang bertempat pasca
perampokan ketika kita merasa segalanya telah usai. Kejutan yang hadir semata
untuk menghentak ketimbang memperkuat jalinan cerita, walau beberapa dari penonton
mungkin telah menyadarinya, mengingat film ini bukan berjudul Ocean’s 7. Kejutan yang justru menambah
pertanyaan terkait logika serta detail daripada menjawab. Dalam Ocean’s 8, star power, setting megah dan gaun mewah jauh lebih mencuri
perhatian dibanding aksi perampokannya sendiri. Kalau cuma itu, tidak perlu
rasanya menyaksikan film heist, cukup
karpet merah Met Gala sungguhan, walau di sana kita takkan melihat keluwesan
Sandra Bullock mengutil, terlibat pembicaraan renyah dengan Cate Blanchett,
atau Rihanna bersenang-senang mengakali sistem keamanan melalui laptop miliknya. Ocean's 8 adalah aksi perampokan biasa oleh para wanita luar biasa.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
8 komentar :
Comment Page:Lho sudah tayang kah? Ok. Senin scheduled.
Btw minim promosi kayaknya yah...
Promosi standar sih, lewat medsos dsb. Kalo berasa kurang, karena kalah kenceng dibanding Jurassic World
Udah ditunggu sih filmnya emang bertabur bintang dan pen liat rihanna juga bisa akting bagus gak bang? Atau untuk difisi akting siapa sih bang yg paling menonjol?
Saya heran liat ratingnya yg dikasih rendah banget sama banyak situs perating
Mungkin karena terlanjur ngebandingin sama ocean 11 nya Soderbergh yg spektakuler kali yak?
Saya nonton tanpa tendensi apa2 dan lumayan enjoy kok :D
@Ahmad Wajar sih, walaupun nggak buruk, buat ukuran film heist ya nggak ada hal baru. Malah itungannya lumayan berantakan di presentasi perampokannya.
review Love,Simon dong?
tidak luar biasa sih tapi menurut saya itu one of must watch coming-of-age,mirip dengan kesan saya waktu nonton Edge of Seventeen.
@Diagra Keren banget "Love, Simon", bahas isu penting tapi pendekatannya ringan. A beautiful story about "searching for love":romantic love, family love, friendship love
Kemarin dulu ga sempat nonton di bioskop dan baru sekarang sempat nonton strimingan... Menurut saya parah sih, ga ada chemistry antar tiap tokohnya. :(
Posting Komentar