MATA BATIN 2 (2019)
Rasyidharry
Januari 19, 2019
Bianca Hello
,
Fajar Umbara
,
horror
,
Indonesian Film
,
Jeremy Thomas
,
Jessica Mila
,
Kurang
,
Nabilah Ayu
,
REVIEW
,
Riheam Junianti
,
Rocky Soraya
,
Sophia Latjuba
10 komentar
“Don’t change a winning formula”. Rocky Soraya menuruti petuah
tersebut. Sebab buat apa berubah, bila sebuah formula mampu membawanya meraih
rekor MURI sebagai sutradara pertama yang empat kali beruntun menghasilkan film
jutaan penonton? Alhasil, kecuali Suzzanna:
Bernapas dalam Kubur (2018), sejak The
Doll (2016) Rocky selalu menerapkan templat sama. Dia hanya perlu mengganti
nama karakter. Sisanya, dari konflik, twist,
hingga resolusi, nyaris tanpa perbedaan.
Begitu pula di Mata Batin 2. Hidup Alia (Jessica Mila) boleh mengalami perubahan
drastis pasca kematian adiknya, Abel (Bianca Hello), di tangan makhluk halus.
Tapi peristiwa seterusnya masih berkutat soal teror hantu terhadap sepasang
suami-istri, yang nantinya diketahui menyimpan rahasia. Rahasia yang oleh duet
penulis naskah langganan Rocky, Riheam Junianti dan Fajar Umbara, dijadikan bahan
baku twist khas opera sabun.
Pasangan itu adalah Laksmi (Sophia
Latjuba) dan Fadli (Jeremy Thomas), pemilik panti asuhan megah bak kastil
negeri dongeng, yang jadi tempat Alia menjalani kerja sosial dalam rangka
melangkah menuju hidup baru. Tapi bukan itu saja tujuan protagonis kita. Lewat
penerawangan yang didapat, Alia yakin panti asuhan tersebut memegang kunci
jawaban misteri kematian Abel.
Di sana pula Alia bertemu Nadia
(Nabilah Ayu), gadis dengan mata batin yang juga terbuka sepertinya. Berdua, mereka
menyelidiki teror sesosok hantu bocah yang mengirim pesan melalui suara-suara
di dinding. Suara itu lirih, berbanding terbalik dengan gebrakan-gebrakan efek
suara berisik yang gemar menusuk telinga penonton tiap beberapa menit sekali.
Sekecil apa pun kejanggalan terjadi, Mata
Batin 2 selalu menaikkan volume ke titik maksimum.
Tata suara garapan Khikmawan
Santosa cuma mempedulikan volume, hingga lalai mengatur agar dialognya mudah
didengar. Berkali-kali saya kesulitan mencerna kaliamt apa yang meluncur dari
mulut jajaran pemainnya. Sementara soal dampaknya terhadap teror, beberapa
momen dengan potensi kengerian cukup tinggi berujung kehilangan daya akibat
distraksi efek suara meledak-ledak filmnya.
Mata Batin 2 merupakan titik nadir seorang Rocky Soraya. Sebelum
ini, walau menerapkan pola mirip, Rocky kentara masih mencurahkan segenap daya
upaya. Kali ini, ketimbang presentasi kekhasan, Rocky bagai membuat parodi bagi
cirinya sendiri. “Film saya harus mengandung adegan kaca pecah, gerakan kamera
cepat, lalu ditutup banjir darah”,
mungkin begitu ia pikir. Mata Batin 2
begitu malas, berlawanan dengan karya-karya Rocky sebelunya, tak satu pun jump scare berhasil, apalagi melekat di
ingatan begitu durasi berakhir.
Metode menumpahkan darahnya pun serupa,
di mana salah satu karakter dirasuki arwah pembawa dendam guna membunuh orang
lain atau melukai diri sendiri. Caranya? Tentu saja memakai tusukan pisau
seperti biasa. Beruntung, momen gore penutupnya
lebih inovatif. Kuantitas banjir darahnya menurun, namun dampaknya lebih besar
berkat keberanian Rocky mengeskalasi tingkat sadisme.
Sialnya, keberhasilan parade
kekerasan film ini diganggu upaya memantik emosi lewat dramatisasi menggelikan
dilengkapi ceramah perihal “larangan membalas kejahatan dengan kejahatan”, yang
idealnya hanya dapat ditemui dalam sinetron religi bertema alam baka. Bahkan
penampilan solid Sophia Latjuba maupun Jessica Mila yang makin bisa diandalkan
sebagai scream queen tak kuasa menolong
konklusinya. Saya berharap Rocky mulai perlahan mencoba gaya baru. Tapi dengan
perolehan lebih dari 53 ribu penonton di hari pertama, tipis kemungkinan
harapan tersebut jadi kenyataan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
10 komentar :
Comment Page:Bang Rasyid, galau nih hari ini mau nuntun Mata Batin 2 atau Escape Room?
Bener kan "Lagi Lagi Ateng" nya sudah pada turun, di CGV pun sudah nggk ada.. sedih deh..
Mas Rasyid, Suspiria yg terbaru bagus ga? Divise kayak Mother kan? Saya suka mother, tapi kurang yakin ama Suspiria, menurut mas Rasyid Suspiria bagus ga?
Preman pensiun reviewny bang..
Sophia Latjuba...cocok Ama genre horor euy
Saya udah nonton tadi, dan rasanya film ini terasa makin aneh. Formula yg sama diulang-ulang. Jadi bosen banget. Kayaknya kemampuan Rocky Soraya dalam membuat film lebih cocok bikin film fantasy atau horor fantasy semacam IT, The Mist atau film monster thriller. Karena kemampuannya dalam pengambilan gambar dan menata CGI jadi terasa salah tempat kalau dimasukkan dalam film horor kayak Mata Batin. Dan yaaaa. ROCKY Kelihatan banget berusaha menjadi James Wan.
@Unknown Jelas Escape Room
@Anna Belum sempet juga nih nontonnya hehe
@hilpans Yap, takutnya asyik. Cocok jadi scream queen.
@Alvan Apa pun genrenya, Rocky mending istirahat setahun dulu, pikirin template baru. Kalau sekarang, mau scifi juga pasti ada twsit bapak ngebunuh/selingkuh, terus third act-nya tusuk-tusukkan. Bosen.
Mas Rasyid, akhirnya kemaren nuntun MB2 + Escape Room..
Menurut gw, MB1 lebih bagus.. Nabilah kayanya kurang cocok yak main film hurur..
Klo Escape Room bingung terakhirnya, ada yg bisa jelasin? Spoiler gpp lah, uda lama juga kan tayangnya, hehehehe..
Karena MB2 ini macem autopilot. Asal ngikutin template Rocky aja. Padahal itu template baru dia sempurnain di Suzzanna.
Terakhirnya ya perusahaan misterius itu mau bikin escape room di pesawat buat njebak survivor film pertamanya yang mau balas dendam.
Sebenarnya saya ragu dan takut ingin menyampaikan ini kepada Bang Rasyid! Karena topiknya hampir sama dengan film pendek yang ingin saya share, yakni sama-sama mengulang formula yang sudah dipakai sebelumnya, bedanya saya mengulang formula found footage horror, dengan tekhnik camera still, dengan sinopsis yang hampir sama! Hehehe....
Tapi demi kebaikan saya juga untuk ke depannya, maka sekali lagi saya memberanikan diri (siap dimaki) meminta komentar, kritikan dan saran dari Bang Rasyid untuk film pendek horror amatiran kedua saya berikut ini!
https://www.vidio.com/watch/1568191-isff2019-hirangrakus-full-movie-sampit
Terima kasih banyak sebelumnya (kesekian kalinya) untuk Bang Rasyid! :)
Hi, sorry baru sempat kasih tanggapan.
Awalnya skeptis sih lihat set-up yang persis (kecuali gambarnya lebih bening karena indoor). Tapi ternyata bentuk teror yang dikasih beda. That's a good point.
Mungkin saya yang penakut ya, but that "peeping" scene is one of the creepiest single moment ever made by Indonesian filmmaker since that "pocong scene" in 'Keramat'. Kombinasi nonton malam hari plus pake baju putih pas nonton beneran bikin parno. Fuck, ini lagi ngerokok di luar langsung masuk kamar lho, fuck! Haha
Kenapa seserem itu? Karena kelihatan ada sesuatu yang kita tahu itu setan, tapi nggak nampak detail. My imagination runs wild.
Nah, kurangnya kali ini di penutup. Respon penonton pasti sekitaran "Hah? Ngapain sih?". Perlu ada 1 gong penutup. Apa pun, daripada cuma ngelihatin orang ngutak-atik kamera.
Dari 2 film ini menarik sih sebenernya kalau dijadiin web-series. Konsepnya udah ada. Tinggal sesekai dimodifikasi dikit-dikit.
Posting Komentar