PSP: GAYA MAHASISWA (2019)
Rasyidharry
Februari 02, 2019
Abdur Arsyad
,
Adjis Doaibu
,
Aura Kasih
,
Baskoro Adi Wuryanto
,
Boris Bokir
,
Comedy
,
Cukup
,
David Schaap
,
Dimas Danang
,
Hilman Mutasi
,
Imam Darto
,
Indonesian Film
,
Iyang Darmawan
,
REVIEW
,
Uus
,
Wira Nagara
2 komentar
PSP: Gaya Mahasiswa merupakan tipikal tontonan yang menghibur berkat
semangat bersenang-senangnya, meski secara filmis sejatinya kacau. Penonton pemula
takkan membawa pulang banyak pemahaman baru tentang oktet dangdut humor
legendaris Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks, tapi jika menyaksikan delapan
pria melontarkan banyolan semaunya—dengan beberapa di antaranya justru semakin
garing semakin lucu—termasuk selera anda, maka PSP: Gaya Mahasiswa bisa jadi satu setengah jam yang cukup
menyenangkan meski mudah dilupakan.
PSP terdiri dari Monos (Imam
Darto), Rojali (Boris Bokir), Ade (Abdur Arsyad), Andra (David Schaap), Adit
(Wira Nagara), Dindin (Uus), James (Dimas Danang), dan Omen (Adjis Doaibu).
Mereka dikenal sebagai mahasiswa dengan setumpuk tingkah usil, termasuk membajak
pidato rektor yang jadi momen perkenalan penonton dengan kegilaan delapan
pemuda ini. Di luar kampus, mereka juga sekelompok musisi yang kesulitan
mendapat panggung, sebab pada era di mana musik elektronik berkuasa, tiada
tempat bagi orkes dangdut macam PSP.
Walau mengangkat kisah musisi
legendaris, naskah buatan Hilman Mutasi (The
Tarix Jabrix 5 cm, Benyamin Biang Kerok), Yanto Prawoto (Check in Bangkok, CJR The Movie: Lawan Rasa
Takutmu), dan Baskoro Adi Wuryanto (Gasing
Tengkorak, Jailangkung, Bayi Gaib: Bayi Tumbal Bayi Mati) justru seolah
kurang tertarik menggali ranah musikalitas OM PSP. Kita tidak tahu bagaimana
proses kreatif mereka. Tentu lagu-lagu PSP tetap memancing senyum, namun
mayoritas momen musikal hanya dijadikan selipan, nyaris tanpa korelasi dengan
plot, pula dikemas ala kadarnya oleh Hilman Mutasi selaku sutradara.
Naskahnya pun tidak membantu
perihal menyeimbangkan delapan karakter agar bisa berbagi bobot sama rata,
akibat kegagalan memberi penokohan berlainan kepada tiap anggota PSP. Kelakuan
kedelapan pemuda ini begitu mirip, sehingga nama-nama seperti Andra, Adit, dan
Omen dipastikan tenggelam ketika memperoleh materi serba berkekurangan, baik
dari segi kuantitas atau kualitas.
Beruntung, jajaran pemain yang
mendapat porsi lebih mampu tampil maksimal guna membuat filmnya tetap
bertenaga. Bersenjatakan gaya absurd dan hiperbola khasnya, Uus paling menonjol.
Tidak semua humor PSP: Gaya Mahasiswa
sekreatif adegan “pembuatan video tugas kuliah”, sehingga totalitas (plus
kemungkinan beberapa improvisasi cerdik) Uus berguna menggandakan daya bunuh
lawakannya.
Besar kemungkinan, penonton yang
gemar duduk, mengobrol, sambil bersenda gurau bersama kawan-kawan di warung
kopi sampai pagi (seperti saya) punya kecocokan lebih tinggi dengan lawakan
film ini. Misalnya momen “kaki terinjak”, yang notabene salah satu bentuk
komedi paling klasik dan sudah semakin garing, malah efektif memancing tawa
meski dilontarkan berkali-kali. Semua berkat penghantaran para pemain.
Ketimbang sosok aktor yang diwajibkan melucu di depan kamera, mereka bak tengah
melucu dengan santai di tengah teman-teman. Atmosfernya menyenangkan.
Akan semakin menyenangkan andai PSP: Gaya Mahasiswa diberkahi penulis
naskah mumpuni. Daripada satu cerita besar, ketiga penulis justru membuat film
ini seperti kompilasi subplot. Ada soal romansa, kehadiran Fatimah (Aura Kasih)
si ibu kos baru yang cantik nan seksi, sulitnya hidup sebagai musisi, persahabatan,
hingga cerita terkait satpam (Iyang Darmawan) di kampus PSP yang nantinya
bermuara kepada pesan anti-hoax. Cabang-cabang tersebut urung bersatu padu, dan
alih-alih saling melengkapi, justru seperti berlomba saling mengungguli. Belum
lagi transisi kasar kerap membuat kemunculan suatu momen terasa acak, tanpa
ditautkan secara layak dengan peristiwa sebelum atau setelahnya.
Setumpuk subplot tadi sejatinya
dapat dimanfaatkan selaku solusi kesulitan menyeimbangkan porsi karakternya, dengan cara
membagi rata kisah-kisah itu kepada tiap anggota PSP. Sayangnya itu urung
dilakukan, sehingga PSP: Gaya Mahasiswa
tetap menjadi komedi kacau tak seimbang, yang setidaknya masih menyimpan kapasitas
menyulut tawa.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
2 komentar :
Comment Page:Embel2 scene ekslusive dilan, apakah bener2 penting scenenya?
Ya nggak mungkin penting sih, namanya juga sneak peek. Tapi yang jelas, lebih "cair" dan asyik. Beda sama yang nongol di trailer.
Posting Komentar