MY STUPID BOSS 2 (2019)
Rasyidharry
Maret 27, 2019
Bunga Citra Lestari
,
Chew Kin Wah
,
Comedy
,
Iedil Putra
,
Indonesian Film
,
Lumayan
,
Morgan Oey
,
REVIEW
,
Reza Rahadian
,
Sahil Shah
,
Upi
,
Verdi Solaiman
9 komentar
Walau kelucuannya fluktuatif, My Stupid Boss (2016)—adaptasi novel
berjudul sama karya Chaos@work yang sukses mengumpulkan lebih dari tiga juta
penonton—menghembuskan angin segar bagi genre komedi tanah air. Ketika banyak
komedi kita kurang memperhatikan tampilan sinematik, saya terkejut mendapati Upi
(30 Hari Mencari Cinta, Belenggu, My Generation)
dan tim artistiknya amat memperhatikan detail pemilihan warna maupun properti. Belum
lagi membahas transformasi ikonik Reza Rahadian.
Memasuki film kedua,
kelebihan-kelebihan tadi mampu dipertahankan. Di salah satu kesempatan kita
bisa melihat pulpen, kalkulator, sampai kertas diberi warna merah muda yang
senada, sementara pencahayaan di set kamar hotel Vietnam tak kalah memanjakan
mata. Demikian pula Reza yang mampu mengangkat humor terlemah sekalipun lewat
talenta komikal kreatifnya, entah dari gestur maupun percampuran Bahasa
Indonesia, Malaysia, Jawa, dan Inggris (semaunya).
Biar begitu, secara natural daya
kejut milik keunggulan-keunggulan tersebut jelas memudar. Selaku penulis, Upi
memahami risiko itu, lalu memutuskan mengikuti formula sekuel kebanyakan dengan
membuat filmnya lebih besar, baik soal kegilaan komedi atau skala cerita. Bukan
cuma berlatar di kantor dan Malaysia, karakternya mengajak kita berjalan-jalan
menuju Vietnam.
Dipicu kepelitan Bossman (Reza
Rahadian) yang menolak membelikan mesin pemotong kayu baru, sebagian besar
karyawan pabriknya memutuskan keluar. Sebagai solusi, Bossman membawa Kerani (Bunga
Citra Lestari), Mr. Kho (Chew Kinwah), dan Adrian (Iedil Putra) ke Vietnam guna
mencari karyawan baru dengan harga murah dengan bantuan warga lokal bernama
Nguyen (Morgan Oey). Secara bersamaan, Bossman pun menghadiri pertemuan
pebisnis furnitur se-Asia selaku pembicara. Makhluk macam apa yang mengundang
pebisnis gagal seperti dia?
Tentu anda tak perlu repot-repot
memikirkan logika semacam itu, karena di sini, Upi menambah absurditas yang
sesungguhnya sudah cukup tinggi di film pertama. Seperti pendahulunya, sederet
lelucon gagal mendarat tepat sasaran, entah akibat penulisan atau
penyutradaraan Upi yang kerap lalai memperhatikan timing melempar kelucuan. Fluktuasinya memang cukup ekstrim. My Stupid Boss 2 bisa begitu datar di
satu waktu, lalu luar biasa lucu di kesempatan lain.
Beruntung para pemain tampil total,
sehingga kehadiran lelucon hambar pun tak sampai taraf mengganggu. Bukan cuma
Reza, Morgan sebagai pria Vietnam berdarah panas, juga kelima anak buah Bossman
dengan variasi kepribadian yang makin kuat. Saya suka adegan saat Kerani
dikelilingi oleh teman-teman sekantornya. Menangkapnya dengan close up, Upi menjadikan situasi
tersebut sebuah pameran akan kepiawaian para pemain memerankan tokoh-tokoh kaya
warna. Tapi absurditas terlucu justru ditampilkan dua nama lain, yakni Shahil
Shah dan Verdi Solaiman sebagai dua kubu gangster berlawanan yang datang untuk
menagih hutang Bossman. Keduanya habis-habisan mengerahkan bakat komedik
masing-masing dalam sebuah “pertempuran epic”
yang takkan anda duga kemunculannya.
My Stupid Boss 2 bergulir cukup pendek, hannya 96 menit (film
pertamanya 108 menit), membuatnya lebih padat dan dinamis, khususnya saat Upi
menggulirkan kisahnya dalam kecepatan penuh. Namun, dari segi narasi, My Stupid Boss 2 mempunyai kelemahan
serupa pendahulunya, yaitu third act.
Jika film pertama memaksakan diri beralih ke drama demi menunjukkan kebaikan
terpendam Bossman, kali ini (dengan motif nyaris sama), third act-nya melompat menuju penceritaan berbeda. Walau telah disiratkan
sebelumnya, kisah yang mengisi klimaksnya jelas beranjak dari rute yang filmnya
tempuh di mayoritas durasi. Beruntung, idenya cukup gila untuk menghadirkan
tawa.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
9 komentar :
Comment Page:Jadi kalau dibandingin sama film pertamanya lebih bagusan yang mana bang?
Perasaan belum tayang di bioskop
Nggak jauh beda kok. Selama suka yang pertama, mestinya ini juga suka
Hari Sabtu kemaren premiere
Cuma 2 scene yg membekas, pertama CIPOK BASAH dan yg kedua adalah Bollywood VS Boy Band. Yg lainya? Biasa saja ~
Pulang dengan hampir tangan hampa menurut saya, lawakan bukan untuk semua orang, dicampur dengan bahasa melayu dan mandarin yg membingungkan. Bisa dihitung jari orang bioskop yg tertawa (terpaksa). Hanya Bollywood vs Boy Band scene paling lucu. Film yg bukan untuk semua orang.
Kalo menurut saya humor yang terus diualng -ulang sangat memuakkan, Bossman yang ga konsisten yang awalnya sangat pelit dalam milih karyawan. Contohnya dia sangat suka RAJ yang ga punya kemampuan apa2 tapi loyal dan murah, tp ketika di vietnam dia berubah jadi mementingkan pengalaman untuk calon karyawan parbriknya. Sebagai Film Komedi menuerut gw gagal bukan karena ga lucu, tp cara melucu selalu sama jadi ga lucu lagi. Aksi kejar2 an di vietnam tanpa alasan yang jelas, bossman ide untuk seolah olah menjadi orang vietnam agar bisa nawar barang lebih murah juga aneh, karena pasti beli baju seperti asli org vietnam jauh lebih mahal. Film yang mungkin hanya membuat saya tidak lebih dari 3 kali tertawa.
Dan yang melayu india - melayu cina bernatem dengan berjoged, gw give up untuk berusaha menukmati film ini, kriukkk parah garing
Dan yang melayu india - melayu cina bernatem dengan berjoged, gw give up untuk berusaha menukmati film ini, kriukkk parah garing
Posting Komentar