STUBER (2019)
Rasyidharry
Juli 25, 2019
Action
,
Betty Gilbin
,
Comedy
,
Cukup
,
Dave Bautista
,
Iko Uwais
,
Kumail Nanjiani
,
Michael Dowse
,
Natalie Morales
,
REVIEW
,
Tripper Clancy
11 komentar
Di tengah kurangnya asupan film
bagus (sejak The Lion King belum
sekalipun saya memberi penilaian positif), saya tak menempatkan ekspektasi
tinggi terhadap Stuber, mengingat
belakangan, buddy action comedy bermutu
semakin jarang. Sampai Dave Bautista dan Kumail Nanjiani datang, memperlihatkan
bagaimana semestinya sub-genre satu
ini diperlakukan.
Victor (Dave Bautista) adalah
polisi tangguh yang terobsesi meringkus bandar narkoba bernama Tedjo (Iko
Uwais). Obsesi itu merenggangkan hubungannya dengan sang puteri, Nicole
(Natalie Morales). Bahkan Victor melupakan malam pameran karya seni Nicole,
lalu menjadwalkan operasi lasik beberapa jam sebelumnya, membuat penglihatannya
terganggu sepanjang hari. Berusaha memastikan kehadiran ayahnya, Nicole memaksa
Victor mengunduh Uber.
Seperti kita ketahui bersama,
kedatangan Victor bakal terganggu. Gangguan itu berbentuk laporan dari seorang
informan bahwa malam itu Tedjo akan melakukan transaksi. Akibat kondisi mata
yang tak memungkinkannya menyetir, Victor pun memesan Uber. Di situlah ia
bertemu Stu (Kumail Nanjiani), sopir Uber yang susah payah mempertahankan
rating empat, sebab kurang dari itu, ia akan kehilangan pekerjaan.
Stu tidak kalah buru-buru. Selepas
mengakhiri hubungan dengan pacarnya, Becca (Betty Gilbin), gadis yang diam-diam
Stu cintai, memintanya datang untuk berhubungan seks (sambil mabuk dan menonton
When Harry Met Sally). Intinya, Becca
ingin menjadikan Stu pelampiasan. Sebuah bumper. Sial bagi Stu, ini bukan
perjalanan bintang lima mulus sebagaimana dia harapkan.
Alih-alih melesat menuju rumah
Becca, Stu terjebak bersama Victor dalam satu hari gila penuh baku tembak,
kejar-kejaran mobil, dan mayat-mayat bergelimpangan. Karena kondisi penglihatan
Victor tengah memburuk, kebutuhannya akan bantuan Stu jadi suatu hal logis. Setidaknya,
elemen itu bisa meminimalisir rasa janggal di benak penonton, karena keduanya sama-sama
terpaksa, tidak berdaya, dan tak punya opsi lain.
Buddy movie wajib punya dua protagonis dengan kepribadian
berlawanan, dan Stuber memenuhi itu,
bahkan menjadikan perbedaan mereka jalan menyentil konsep maskulinitas. Bagi Victor
laki-laki tidak boleh menangis, hatinya mesti sekeras batu, dan menganggap
kelembutan sebagai kelemahan. Sebaliknya, Stu adalah sosok sensitif yang cenderung
mengandalkan otak, pula percaya jika laki-laki berhak meneteskan air mata.
Naskah karya Tripper Clancy (Four Against the Bank, Hot Dog) belum maksimal
memanfaatkan ciri menarik para protagonis, di mana Stuber cenderug menggambarkan gesekan mereka lewat adu mulut repetitif
nan seadanya, ketimbang gambaran kreatif saat Victor dan Stu saling mengisi
lewat keunggulan masing-masing, semisal saat Stu membantu Dave menggali
informasi dengan cara “menyiksa” seorang penjahat.
Daya bunuh humornya juga terpengaruh,
karena perihal mengocok perut pun filmnya main aman. Leluconnya minim kegilaan
pendukung premis “kacaunya”, pula tak seberapa segar selaku pemicu tawa-tawa
tak terduga. Untung ada Dave dan Kumail. Kunci sukses keduanya terletak di keengganan
tampak konyol secara berlebih. Bahkan mereka bak tidak sedang melawak, tapi menunjukkan
respon wajar kala dua orang terjebak dalam situasi yang sukar dipercaya. Khususnya
Kumail. Didasari kebutuhan membangun dinamika, tokoh utama buddy comedy wajib diisi satu figur serius dan seorang “badut”, dan
saya lelah melihat para badut bersikap seolah mereka adalah manusia terbodoh di
dunia. Kumail berbeda. Stu histerikal, namun sesuai kondisi dan situasi.
Satu elemen lagi yang menghalangi Stuber menjadi “perjalanan bintang lima”
adalah adegan aksinya. Baku hantam komedik Stu melawan Victor di pusat
perbelanjaan memang percampuran sempurna aksi dengan komedi, namun selain itu,
gampang dilupakan. Koreografi garapan Iko (memadukan bela dirinya dan street fighting brutal milik Dave)
dilemahkan oleh penyutradaraan Michael Dowse (FUBAR, Goon, What If) yang terjangkit penyakit “quick
cuts dan close up”. Bicara soal
Iko, meski hanya diberi screen time pada
sekuen pembuka dan klimaks, tidak seperti Triple
Threat, Stuber menghormati sang aktor, di mana kehadirannya berpengaruh,
pun ia berkesempatan membuat Dave Bautista babak belur.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
11 komentar :
Comment Page:Udah lama ga nonton buddy movie yg bagus setelah 21 n 22 jump street,, stuber bisa selevel 2 film itu ga ya?
btw perbedaanya sama cornetto trilogy apa bang..?
Jauh. Dua film itu salah satu buddy movie modern paling sableng
Cornetto itu 1) British 2) Edgar Wright. Udah 2 gaya yang beda banget sama Americab buddy movie
Mas Rasyid,
Babang Iko kenapa nggk ada film "nasional" lagi yak?
Pengen liat dia main film drama indonesia yang berderai derai aer matah..
benar sekali, cornetto trilogy emang gak ada yang bisa menandingi.. 😎
Bang bikin review tentang The Godfather dong. Kalo bisa sama sekuelnya juga. Gapapa nunggu postingannya lama soalnya lagi butuh pencerahan nih, film nya katanya paling bagus sepanjang masa tapi durasinya nyaris 3 jam. Takutnya ditengah tengah drop nonton nya. Sampe sequelnya menang best picture. Apakah se-spesial itu? Bang review juga Fightclub sama After(2019) dong. Btw nggak tertarik bikin review tv series amerika bang? Banyak juga kan yg bagus.
Haha udah nggak review film lama lagi. Tapi ya, Godfather 1 & 2 itu termasuk film terbaik sepanjang masa. Tiga jam yang padat. Drama, pendalaman karakter, twist, eksplorasi dunia gangster & keluarga. Nggak ada sedikitpun durasi yang sia-sia
Jangan salah, 3 jamnya Godfather itu intense dan ga kerasa.
Barusan nonton, perpaduan Stu dan Vic lumayan kocak, masih ada hit and miss sih tp overal puas.
Poin minusnya justru di scene actionnya, shaky kamera dimana-mana, koreo yg sdh dibuat Iko jadi sulit dinikmati apalagi sdh hampir semua dimunculkan di materi promonya. Sayang sekali
Btw buddy comedy favorit sy masih perpaduan Jackie Chan dan Chris Tucker sih di trilogi Rush Hour
Yes, Rush Hour masih ada di era keemasan buddy movie
Posting Komentar