SURAT DARI KEMATIAN (2020)

11 komentar
Surat Dari Kematian, selaku adaptasi cerita Wattpad berjudul sama buatan Adham T. Fusama, punya modal kuat terkait penelusurannya terhadap legenda urban yang menggabungkan persepsi mistis dan logis. Memang menarik menelisik guna mempelajari asal usul legenda urban. Pernah berkuliah di Universitas Gadjah Mada selama lebih dari tujuh tahun, saya tahu betul bahwa kampus-kerakyatan-yang-tidak-lagi-merakyat tersebut menyimpan banyak kisah mengerikan. Sayang, filmnya gagal memaksimalkan potensi dan hanya menambah panjang daftar horor lokal berkualitas rendah yang seolah enggan berhenti mengotori industri.

Ceritanya dibuka saat Pasha (Omara Esteghlal) mendapat surat ancaman kematian yang mengharuskannya bernyanyi sambil telanjang bulat (definisi “telanjat bulat” film ini rupanya berbeda dari pemahaman umum) di depan Gama Plaza kalau ingin tetap hidup. Penonton yang familiar dengan lingkungan UGM tentu tahu adegan itu tidak diambil di depan Gama Plaza, tapi biarlah. Ada masalah lebih fatal seputar naskah buatan Evelyn Afnila (Keluarga Tak Kasat Mata, Roh Fasik) yang punya struktur penceritaan kacau juga kecacatan logika.

Misalnya di beberapa menit awal yang terkesan disusun acak, asal melompat dari satu peristiwa ke peristiwa lain yang tak berkaitan tanpa transisi memadai. Atau di pertengahan durasi, ketika salah satu karakternya mendapat kabar penemuan sebuah mayat. Dia ditelepon di malam hari, mengunjungi TKP pada siang hari, namun anehnya, warga sekitar masih heboh dan baru saja mengangkat mayat tersebut.

Tokoh utamanya adalah Zein (Endy Arfian) dan Kinan (Carissa Perusset), dua mahasiswa UGM yang menyalurkan hobi jurnalistik mereka dengan membuat konten YouTube tentang legenda urban di sekitar kampus. Oh, saya lupa menyebut bahwa kepanjangan UGM di sini bukan “Universitas Gadjah Mada”, melainkan “Universitas Garuda Mandala”. Cukup kreatif, sebab filmnya tetap bisa memakai kata “UGM” atau “Gama”, tanpa menyalahi urusan legalitas.

Setelah gagal mengungkap misteri Jembatan Perawan, Zein dan Kinan tertarik menyelidiki kasus surat kematian yang diterima Pasha. Apalagi setelah Reno (Eric Febrian dalam akting kaku yang luar biasa mengganggu), teman Pasha—yang menggilai Britpop sampai memasang poster-poster Oasis, Stone Roses, Radiohead, The Cure, Arctic Monkeys, sampai The Killers yang sebenarnya tidak sinkron karena merupakan band Amerika—menghilang dari kamar. Dua protagonist kita yakin bahwa: 1) surat kematian itu berhubungan dengan kematian Darius (Jerome Kurnia) yang gantung diri di Gama Plaza; dan 2) Joe (Justin Adiwinata), kawan Pasha dan Reno merupakan korban berikutnya.

Mayoritas durasi diisi perdebatan Zein, yang menggandrungi hal-hal mistis, dan Kinan yang cenderung skeptis. Sewaktu Endy Arfian tampil dengan logat Jawa khas FTV, Carissa Perusset sejatinya tidak buruk, tapi dia belum punya kapasitas guna menyelamatkan penokohan buruk Kinan si jurnalis bodoh (ditinjau dari banyak sisi) yang muncul dengan rencana bodoh untuk mengungkap identitas pengirim surat kematian. Kinan is a clueless journalist and Carissa herself looks clueless on handling that.

Mestinya adu argumen kedua tokoh utama dapat melahirkan investigas menarik melalui benturan sisi logis dengan mistis, tapi yang tersaji hanya deretan debat kusir minim bobot yang gagal memancing pemikiran dan pemahaman lebih lanjut terhadap kedua sudut pandang. Surat Dari Kematian terlampau banyak menghabiskan waktu memperlihatkan Zein dan Kinan beradu mulut ketimbang mengeksplorasi dereta legenda urbannya, yang sekadar muncul sekilas di adegan pembuka.  

Elemen mistisnya menyimpan beberapa jump scare yang kebanyakan dieksekusi oleh sutradara Hestu Saputra (Perfect Dream, Lorong) memakai trik murahan, seperti wajah hantu yang mendadak memenuhi seisi layar dibarengi musik berisik garapan Krisna Purna (Siti, Talak 3, Abracadabra) dan Cahya Kalatidha. Ada satu momen menjanjikan, tatkala sesosok hantu mirip Gollum menampakkan diri, dalam teror yang awalnya mampu memunculkan atmosfer mencekam, tapi berubah jadi menggelikan begitu si hantu mulai menyerang. Tawa seisi bioskop pecah ketika itu terjadi.

Menjanjikan. Potensial. Surat Dari Kematian memang akrab dengan kata-kata itu. Sama halnya seperti kehadiran guru spiritual Zein, Pak Wibowo (Landung Simatupang), yang sempat memamerkan ilmu melipat jalan (lebih dikenal sebagai “melibat Bumi”). Andai hal-hal semacam itu lebih sering dimunculkan agar memperkaya elemen mistisnya. Tapi akhirnya keterlibatan Pak Wibowo justru menyulut kejanggalan-kejanggalan lain. Apa hasil dari ritualnya di Gama Plaza? Sebelum kita tahu, filmnya langsung melompat ke entah berapa hari setelahnya, membuktikan satu lagi kekacauan penceritaan Surat Dari Kematian.

Setelah klimaks kental aksi canggung dan kelalaian filmnya bahwa ada proses autopsi yang bisa menjelaskan penyebab kematian, datanglah twist yang coba menjembatani perspektif logis dan mistis. Sayang, akibat gagalnya presentasi mengenai kedua sisi, dampak kejutan itu tidak sekuat harapan. Dan jika ingin memunculkan respon “Keren! Nggak ketebak! Mengejutkan!” dari penonton awam, penjelasannya yang berantakan berujung menghalangi tercapainya tujuan itu.

11 komentar :

Comment Page:
adnanman mengatakan...

Wah ngga nyangka 2020 sdh ada film yg masuk tag sangat jeleknya.
Btw mas rasyid, kapan nih bikin raport semester 2 film horor indonesia 2019 sm cine crib hehehe ?

Eldwin Muhammad mengatakan...

penasaran sama definisi telanjang bulat yang ada di film ini... :D

Nouvaleka mengatakan...

Mas maaf oot. Mau nanya nih. Kemarin kan sempet tuh Just Mercy mau ditayangin 8 Januari, tp kok smpe skrg belum tayang ya? Gajadi tayang atau gimana?

Chan hadinata mengatakan...

Kalo definisi telanjang bulat yg dimaksud kyk di trailer mah..
Wajar lah kalo filmnya ancur🤣

Unknown mengatakan...

Filmnya emang gak sebagus novelnya kalo baca novelnya trs ada film ini rasanya tuh aduh bisa gak sih d remake dengan sutradara dan ph yang bener.... Aku salah satu pembaca surat dari kematian versi novel dan emang bangun banget, serem, gak ketebak tapi apa difilmkan aku kecewa.. . Mas rasyid harus baca novelnya dan bandingkan dengan film...

Aunul Hakim mengatakan...

Mas rasyid gak ada rencana buat nonton dan review film Titus? Penasaran karena jarang2 sineas lokal kita bikin film animasi buat bioskop dan pengen tau penilaian reviewer tentang film animasi anak negeri.

Anonim mengatakan...

harusnya dengan keuntungan milyaran dari film dilan ya bisa kali modal dikit buat bikin horor yang agak lebih niat

Unknown mengatakan...

Sepertinya sudah ada di trailer nya.. dan saya melihat trailernya saja sudah males bwt nuntun ini film.. padahal ada Carissa 🤭🤭🤭

Duuuh Caaaa, kenapa pilih film beginian sih..

Rasyidharry mengatakan...

Masih susah nih nemu jadwalnya karena beda kota

Rasyidharry mengatakan...

Selain di imdb (yang nggak bisa jadi patokan soal release date) saya malah nggak pernah lihat ada pengumuman resmi soal tanggal

Rasyidharry mengatakan...

Well, ini jelek bukan karena nggak modal. Karena emang jelek