REVIEW - ARINI BY LOVE.INC

10 komentar

Arini by Love.inc dibuat untuk membuat penonton makin mengenali Arini (Della Dartyan). Siapa dia sebenarnya? Bagaimana latar belakangnya? Seperti apa dinamika psikologisnya? Idealnya, pertanyaan-pertanyaan itu terjawab, jika film ini bertujuan "melengkapi" sosok Arini. Lucunya, Arini di dua film Love for Sale yang diselimuti kabut misteri, justru lebih kompleks, lebih manusiawi, juga lebih matang sebagai karakter. 

Dikisahkan, Arini melamar pekerjaan sebagai agen Love.inc demi mencari kebahagiaan. Dia datang dalam kondisi sebatang kara, tanpa satu pun keluarga. Titik. Hanya itu tambahan informasi mengenai Arini yang film ini berikan. Seiring durasi, tak sedikitpun pemahaman akan Arini bertambah. 

Kita diajak memasuki Love.inc. Di bawah pimpinan Diana (Marissa Anita), perusahaan ini tampak beroperasi dengan aturan luar biasa ketat. Agen diberi latihan intens secara rutin, bahkan segala detail kehidupan mereka turut diatur. Pun teramat canggih perusahaan ini, sampai mempunyai teknologi penghapus memori, guna memperkuat kontrol terhadap para agen. Bila ada agen dinilai bermasalah, memorinya langsung dihapus. 

Sehingga memunculkan tanda tanya, bagaimana mereka bisa begitu buruk dalam menangani masalah SDM? Masalah yang saya maksud datang dari Tiara (Kelly Tandiono), yang kerap memberontak. Tiara mampu mengakali agar memorinya tak terhapus, dan perusahaan menyadari itu. Tapi kenapa tidak ada penanganan ekstra? 

Nantinya, Tiara dan Arini bersinggungan jalan. Setiap malam, keduanya diam-diam bertemu tanpa diketahui siapa pun. Ya, Love.inc yang konon sdemikian canggih, punya kualitas pengamanan luar biasa buruk. Tiara berusaha mengingatkan Arini soal identitas dirinya. Salah satunya lewat buku berisikan gambar-gambar yang dibuat Arini sebelum ingatannya dihapus. 

Ada gambar kura-kura dan sesosok pria tanpa wajah di situ, yang tentu saja merujuk pada Richard (Gading Marten) dari film pertama. Arini menuangkan kenangannya di situ, sebagai alat bantu mengembalikan ingatannya. Kalau begitu kenapa tidak sekalian membuat catatan yang gamblang? 

Naskah buatan Adrianto Sinaga dan Widya Arifianti bak gemar mengambil jalan yang sulit untuk memancing masalah, namun saat tiba waktunya masalah itu diselesaikan, simplifikasi malah diterapkan. Misal ketika sang protagonis hendak membuka komputer milik Diana. Bagaimana bisa Arini, dari jarak sedemikian jauh, melihat password yang Diana ketik? Kalau ada manusia dengan mata setajam Arini, habis sudah ATM banyak orang dia bobol. 

Di luar kapasitas penglihatan di atas rata-rata manusia, apa lagi elemen penokohan Arini? Rupanya tak ada. Hilang sudah kompleksitas Arini, yang merenungkan makna cinta dan kemanusiaan di Love for Sale. Arini di sini hanya didefinisikan oleh upayanya mencari tahu siapa identitas pria di bukunya. Penokohannya dangkal, bahkan Della Dartyan bagai berakting dalam kebingungan di sepanjang film.

Ketimbang mengeksplorasi karakter, atau minimal mengolah daya tarik genre fiksi ilmiah yang membedakannya dari dua film pertama, Arini by Love.inc didominasi situasi menjemukan, dipenuhi obrolan yang ingin terdengar cerdas, walaupun sebenarnya kosong. Naskahnya hendak menyentil eksploitasi korporasi pada pekerja, namun kritik itu terkesan bukan didorong oleh keinginan tulus penulis untuk menyuarakan isu, melainkan bentuk pemaksaan agar alurnya terlihat berbobot. Ibarat aktivis yang berjuang didasari hasrat mendapat pengakuan alih-alih kepedulian nyata. 

Kembalinya Adrianto Sinaga di kursi penyutradaraan setelah 12 tahun berujung kekecewaan. Pacing-nya melelahkan, sementara pengarahan di beberapa adegan yang menuntut intensitas tinggi terasa canggung. Tawa yang tak disengaja lebih sering muncul daripada ketegangan. Diharapkan menjadi kapal yang membawa Love for Sale berlayar lebih jauh, Arini by Love.inc justru karam di tengah jalan.

(Bioskop Online)

10 komentar :

Comment Page:
Cinema Paradiso mengatakan...

(((Kalau ada manusia dengan mata setajam Arini, habis sudah ATM banyak orang dia bobol.)))

Syaeful Basri mengatakan...

film kedua dari della dartyan di visinema yg agak mengecewakan setelah tarian jengger maut...eeeh lengger maut ��

Anonim mengatakan...

Gue jadi penasaran gimana respon Andibachtiar Yusuf pas franchise ciptaannya dihancurkan gini?

Nurkhuzaeni Azis mengatakan...

Sedikit kaget, kenapa bukan dia lagi aja yang jadi sutradara di film ini ya?

Anonim mengatakan...

Gelombang orang2 sok ngelucu minta review Makmun 2 sudah reda nampaknya

Panca mengatakan...

Saya berharap ada film Arini sebelum masuk love inc karya Andi Bachtiar Yusuf. Mungkin lebih manusiawi. :)

Anonim mengatakan...

Bang...film Brainless Emmerich terbaru dong...Moonfall

Anonim mengatakan...

adegan kejer2an sama satpam plus goyang2 pantat sih yg "apa sih" banget :(

Shams Malik mengatakan...

best web hosting
cpanel hosting

Shams Malik mengatakan...

mtn data plan