REVIEW - PENGABDI SETAN 2: COMMUNION

49 komentar

First, let me address the elephant in the room: 'Pengabdi Setan 2: Communion' is not as good as the first movie. Tapi rasanya Joko Anwar menyadari itu. Sadar bahwa ada harga yang mesti dibayar dalam upaya melahirkan crowd-pleaser horror, sekaligus sekuel yang (sebagaimana wajarnya sebuah sekuel) tampil lebih besar dibanding pendahulunya. 

Joko membuka kisahnya dengan flashback ke tahun 1955, mengikuti penemuan mencengangkan Budiman (Egy Fedli), yang langsung menegaskan bahwa peristiwa film pertama hanya puncak gunung es dari intrik yang lebih besar. Jauh lebih besar, juga lebih jahat. Pengabdi Setan 2: Communion membawa aroma kejahatan yang teramat pekat, sampai dunianya terasa tak lagi mampu mendefinisikan "harapan". 

Lalu kita dibawa kembali ke tahun 1984, melihat bagaimana Rini (Tara Basro), bersama kedua adiknya, Toni (Endy Arfian) dan Bondi (Nasar Anuz), serta si bapak, Bahri (Bront Palarae), berusaha lepas dari trauma akibat tragedi tiga tahun lalu. Mereka kini tinggal di rumah susun kumuh (bukan rumah susun di akhir film pertama) di area pinggir laut yang terpisah dari pemukiman penduduk. Rusun yang memutar Rayuan Pulau Kelapa tiap malam menjelang (semasa kecil, saya menganggap lagu ini adalah pertanda para hantu siap beraktivitas)

Kita turut diajak berkenalan dengan beberapa tetangga: Tari (Ratu Felisha sebagai penampil terbaik) yang kerap jadi korban gosip akibat selalu bekerja di malam hari; Dino (Jourdy Pranata) si pemuda begajulan yang sering menggoda Tari; Wisnu (Muzakki Ramdhan) yang tinggal berdua bersama ibunya yang bisu (Mian Tiara); serta Ari (Fatih Unru), teman Bondi yang punya ayah abusive. 

Buruknya kondisi rusun bukan cuma kepentingan estetika atau amunisi membangun atmosfer, pula cara Joko menyentil isu seputar kesejahteraan rakyat. Rusun kumuh pinggir laut, dibangun di atas kondisi tanah jauh dari ideal, sehingga terendam banjir ketika diterjang badai. Ditambah kabar mengenai aksi para petrus, lengkap sudah kengerian dalam hidup orang-orang. 

Hidup di Indonesia, apalagi bila terjerat kemiskinan, nyatanya tidak kalah mengerikan dan mematikan ketimbang menghadapi setan. Terdapat satu sekuen yang bakal terus dibicarakan di masa mendatang berkat kombinasi antara kebrutalan tanpa pandang bulu, dengan kepiawaian Joko terkait build-up menuju "menu utama". Bagi saya, momen yang juga bertindak selaku pemicu segala teror di rusun itulah titik paling menyeramkan di film ini. Karena tanpa campur tangan supernatural sekalipun, tragedi tersebut masih dapat terjadi akibat ketidakbecusan pemerintah menyediakan hunian layak. Sungguh momen yang "jahat". 

Setelahnya, Pengabdi Setan 2: Communion menolak berhenti menginjak pedal gas. Bayangkan The Raid, tapi walau sama-sama berlatar gedung bertingkat, adegan aksi digantikan oleh jump scare. Joko memilih mengesampingkan eksplorasi semestanya, mengisi second act dengan barisan penampakan tanpa henti. 

Memang agak disayangkan, pasca opening luar biasa kuat, ditambah beberapa kreativitas naskah mengaitkan mitologinya dengan elemen-elemen dunia nyata (petrus, Konferensi Asia-Afrika), ceritanya bak cuma jembatan menuju klimaks di film ketiga. Tapi seperti telah saya singgung di awal tulisan, rasanya ini adalah pilihan yang disadari, lalu diambil atas nama memperbesar sekuelnya, minimal dari sudut pandang spektakel. 

Joko mengerahkan segala daya upaya, tata artistik mendukung terciptanya nuansa atmosferik, pun fakta bahwa filmnya tetap nyaman dilihat biarpun didominasi kegelapan wajib diberi pujian, namun kesan repetitif sukar dihindari tatkala kuantitas jump scare digandakan. Bukan berarti digarap asal-asalan, sebab beberapa teror cerdik masih dapat ditemui. Adegan Tari salat menerapkan trik sederhana tetapi efektif, daya kejut kreatif mampu dimunculkan dalam pemandangan yang melibatkan Dino dan sehelai kain, sementara Joko menampilkan pemandangan disturbing dalam momen "ibu hamil" yang jadi kekhasan sang sineas.

Bukan film Joko Anwar namanya kalau tak menemukan celah untuk melucu di tengah segala teror brutal. Serupa tugasnya di dua film Ghost Writer, Iqbal Sulaiman kembali sukses memancing tawa (karakternya bernama Darto, sama seperti karakter Endy Arfian di Ghost Writer). Joko juga membawa sentilannya terhadap figur pemuka agama secara lebih jauh. Ustaz Mahmud (Kiki Narendra) adalah sosok yang kerap memancing rasa geli melalui ketenangan berlebihnya (kalau tak mau disebut "naif"). Bagai orang yang selalu berkata, "Tenang, semua ada jalan keluarnya", tapi tidak sanggup menemukan jalan keluar saat benar-benar menemui masalah.

Ya, Pengabdi Setan 2: Communion merupakan penurunan. Rewatch value-nya pun berkurang karena pengesampingan cerita membuatnya takkan menyulut diskusi dan keliaran berteori sebanyak film pertama (walau petunjuk terkait identitas Batara (Fachri Albar) dan Darminah (Asmara Abigail) bisa memancing beberapa obrolan menarik). Tapi ini tetap crowd-pleaser yang ampuh, sekaligus horor Indonesia terbaik 2022 sejauh ini. Standar yang dipasang pendahulunya memang luar biasa tinggi. 

49 komentar :

Comment Page:
Irfan mengatakan...

Menurut bg rasyid ratu felisha lebih layak masuk ffi untuk pemgandi setan atau seperti dendam

Oktabor mengatakan...

Spoiler alert!!!!

Yang bikin drop ada di third actnya huhu.. Saya udah membayangkan adegan di ruangan pertemuan sekte bakal seru, tapi justru kurang. Sebetulnya kalau ditutup aja di Film kedua ini malah jadi mantep ya..jd rasa 'nanggungnya' tidak perlu penonton rasakan. Tapi ini emang efek standar film pertamanya yang ketinggian sih haha

Abdi_Khaliq mengatakan...

Baru selesai nonton!

Jujur sebagai fans Joko, aku kecewa berat sih sama film ini,yang paling bikin kesal tuh gambarnya gelap banget ditambah banyaknya gambar shaky cam. Jujur banyak adegan yang tak bisa kutangkap dengan mata karena saking gelapnya.
Nonton di bioskop apa Bang? IMAX?? Siapa tahu kualitas bioskop pengaruh sama kualitas gambar. BTW Aku nntn di cinepolis (cuman ini yang ada di kotaku), kalau adegan siang mah enak dipandang, tapi kalo udah malam... ya Allah gelapnya benar2 nyiksa mata.

Semoga kalo memang ada PS3 gambarnya bisa lebih terang.


SPOILER!!

Masih banyak adegan teror konyol yang maksa sih :
1. WINA sok berani masuk lift malam2 (padahal gak ada listrik).
2. Alasan gak jelas BONDI dkk memeriksa kamar2 tetangga malam2.
3. Toni lebih milih korek api ketimbang sentar, also apa susahnya sih si Toni menolak kalo memang takut disuruh ustadz memeriksa kamar2 jenazah... OH HELL NO!!
4. Tari sembunyi di lobang pembuangan sampah, memangnya kamar2 pada penuh semua???
5. Adegan terbodoh adalah melobangi dinding tetangga.

Maaf ya semuanya... aku tuh kalo nntn film selalu memposisikan diri sebagai karakter, kalo karakter di film melakukan keputusan bodoh, aku yah... aneh aja mikirnya, gak logis.

5/10 lah cukup.
Paling the best justru adegan lift jatoh tanpa ada penampakan.

Rasyidharry mengatakan...

Gimana karakternya bener-bener jadi supporting yang "men-support" karakter utama, jelas unggul di Seperti Dendam

Rasyidharry mengatakan...

Kualitas gambar, XXI, mau itu imax atau reguler, lebih cerah dibanding cinepolis & cgv

Kalo soal karakter yang bodoh nggak masalah sih. Di situ suspension of disbelief kudu dipake & itu kunci crowd-pleaser, bikin penonton gregetan sama kebodohan karakternya. Jelas di sini sengaja dibuat bodoh dengan tujuan itu. Kecuali kalo (secara nggak disadari si penulis) berlawanan sama karakterisasi. Misal dukun tapi kok nginjek sesajen sampe diteror setan. Nah itu baru ngawur

Anonim mengatakan...

Seneng klo koment rame kek gini,cus Sabtu udah pesen tiket gak sabar pen nonton

Anonim mengatakan...

Ending Film Pasti Selalu Lemah Yang Selalu Memperlihatkan Pasangan Abadi Dalam Joko Cinematic Universe...Bersambung Ke Bagian PENGABDI SETAN JILID 3

Alvan Muqorrobin Assegaf mengatakan...

Pendapat saya yaaa. Klo di film pertama itu gak terlalu serem tapi seru bgt, fun aja dan ngasih sensasi roller coaster. Sementara klo film kedua ini bner2 lebih serem ktimbamg film pertama tpi gk se seru film pertama. Film kedua tipikel seremnya bner2 disturbing. Yg fobia sama mayat terutama pocong, siapin mental deh. Noh horornya nightmare bgt (in positive way)

Anonim mengatakan...

Baru udh nntn td mlm...sama kyk gundala dan perempuan tanah jahanam...build up bagus..tp 1/4 akhir selalu krg mnurut saya..sgt disayangkan..mana ada sdikit cgi yg kliatan bgt lg..tp overall ini film horror indonesia trbaik sih tahun ini

Udin mengatakan...

Scene yg paling shock itu justru pas scene lift itu anjir. Parah banget. Selebihnya juga mencekam. Tpi entah kenapa soal cerita yg pertama jauh lebih padat dan mantap.

Klimaksnya juga aneh, pake terang redup segala. Bikin pusing. Kirain klimaksnya bakal kayak versi original tahun 1980. Bakal ada ritual sekte yg epik dan cinematik. Eh ternyata gitu aja.

Oh iya mas, kira2 bakal ada sekuelnya kah, jadi trilogi? Soalnya masih nanggung.

wins mengatakan...

SPOILER ALERT...!!!
Hari pertama langsung nonton, horor bukan genre favorit ane, tapi karena hype pasca IMAX, jadi penasaran. Dan setelah nonton, yang di dapet sama seperti yang di tulis admin... Entah mengapa (SPOILER ALERT...!! ) adegan lift jatuh ada sedikit air mataku yang keluar, apalagi pas si anak nangis keras...

Ulik mengatakan...

Bagus sekali dan saya sangat suka tapi orang indo gak suka film yg bersambung gini dan juga ada sekte sehingga kurang relate, orang kebanyakan penonton indo sukanya tahayul ceritanya habis gak perduli akting sinematografi maupun cerita

Oktabor mengatakan...

Tidak afdol rasanya kalau tidak bahas teori-teori di film Pengabdi Setan. Walaupun cluenya ga terlalu banyak disebar tapi rasanya tetep menarik untuk dikulik.

1. Siapakah Tari? Dari sekian banyak karakter yang muncul kenapa dia yang terlihat punya
sejarah mistis? Apakah dia anak indigo? Atau apakah dia pernah mati suri? Atau dia punya
hubungan darah dengan klan Raminom?
2. Wisnu. Wisnu mengalamai adegan mistis dengan hantu Bapaknya yang gosong terbakar. Wisnu
juga terlihat tidak nyaman dengan foto bapaknya? Ibunya Wisnu terlihat sedang sakit dan
bisu. Dan wisnu punya buku bahasa isyarat klan Raminom. Apakah itu kebetulan atau memang
keluarga wisnu pernah menjadi pengabdi setan?
3. Budiman punya senjata buat counter pergerakan pocong dana menghambat Hantu Raminom?
Darimana Budiman mendapat senjata itu? Dengan adanya senjata tersebut, berarti selama
ini sudah ada sekte baik yang berusaha mengganggu sekte Raminom?
4. Soal keterkaitan KAA dengan klan Raminom, teori liar saya adalah KAA menjadi gerbang
pertama masuknya klan Pemuja Raminom di Indonesia. Klan ini bisa jadi dibawa oleh salah
satu dari bangsa peserta KAA (terlihat dari foto2 yang menunjukkan banyak wajah orang
bule berjas di pembangunan rusun). Tentu saja eksekutor utamanya adalah pasangan Batara
dan Darminah.
5. KAA diselenggarakan 18 April 1955, dan hari pelaksanaan Ritual Raminom pertama kali
diadakan di Lembang, 17 April 1955 dan akan terus berlanjut secara periodik di tiap tgl
17 April.
6. Motif klan Raminom adalah membangun atau mencari bangunan di area sekitar pekuburan
sebagai markas untuk mengumpulkan anggota, mencari tumbal, melakukan ritual, dan
menghukum para pengkhianat sekte.

Abdi_Khaliq mengatakan...

KEMUNGKINAN SPOILER!!!

Bang Rasyid bilang adegan musibah di lift terjadi karena "ketidakbecusan pemerintah" ???

Sebenarnya kalo dipikir2 tetap yang salah warga sendiri sih, ini benar2 menyinggung banget betapa susahnya mengatur warga +68 untuk mematuhi aturan yang dibuat demi kebaikan bersama, padahal jelas2 sudah ada peringatan kalo kapasitas max lift cuman 8 orang, ini masih aja dijejal sebanyak2nya sampai berdesakan, masa' iya pas terjadi kecelakaan akibat kelalaian sendiri masih menyalahkan pemerintah?!!!
BTW aku sebenarnya masih expect lebih pas adegan di lift, berharapnya ada scene ala2 opening Resident Evil 2002, ketika lift macet ada yang mencoba keluar melalui pintu, tapi terlambat... lift keburu merosot jatuh hingga memotong tubuh orang yang berusaha keluar.

Rasyidharry mengatakan...

Oh jangan cuma berharap trilogi. Tunggu ja 😁

Rasyidharry mengatakan...

Beberapa teori soal ini bakal dibahas ntar di cine crib 😁

Rasyidharry mengatakan...

Coba dicek lagi pangkal masalahnya soal lift itu 😁

Abdi_Khaliq mengatakan...

SPOILER!!
@Rasyidharry Setahu saya sih kelebihan kapasitas bang liftnya jatuh!!?
Memang ada alasan mendasar apa bang? Pliss jawab! Saya malas bang kalo harus beli tiket nonton lagi cuman buat nyari jawaban lift doang! Pusing pala saya mah sama gambar gelap, cam shake dan tekhnik flash2 gitu. Hehehehe

Anonim mengatakan...

Apa cuma saya yg ngerasa liftnya itu kayak keliatan banget masih baru, gak sesuai sama look rusunnya yg kumuh 😄, tapi overall tetap suka sama directing bang jokan di film ini, gak sampe kayak PTJ yg maksain ada adegan flashback yg ganggu banget, disini saya cukup menikmati semua aspek yg disuguhkan bang jokan, cuman saran saya emang buat yg belum nonton mending pilih di XXI, karena banyak adegan yg cukup gelap di XXI kualitas gambarnya lebih bagus.

mpi's stories mengatakan...

Yap, dikonfirmasi sama Bang Joko di podcast-nya Ernest Prakasa, dia dan tim harus bangun beberapa bagian di rusun tersebut, salah satunya lift itu, dibangun utk kepentingan set film.

Lusiana mengatakan...

Setuju sih kalau soal performance Ratu Felisha ini walaupun jadi supporting cast selalu jadi scene stealer. Kalau soal nyaman jujur saya lebih nyaman nonton sekuel PS ini, ya walaupun masih banyak pertanyaan menggantung yang menandakan adanya trilogi. Ngerinya itu bukan yang scoringnya jedam jedum bikin jantung lepas, tapi justru atmoshpherenya yang membuat kita menanti nanti teror apalagi yang akan dikeluarkan. Overall buat saya cukup terhibur lah dengan aspek yang disajikan om Joko Anwar, dari supporting cast, cinematography, terus comedynya dan ada pemecahan misteri Bondi dkk. Moment ternyesek memang di lift sih saya lebih pengen nangis malah bukan ngeri.

susan mengatakan...

Ayo dibikin konten bang, sebenarnya siapa tuh Batara dan Darminah itu???

Roya A'yuni mengatakan...

Isi komentar banyak bgt yg spoilerrr.. oke aku akan kembali setelah nonton

Anonim mengatakan...

gara gara koin jatuh kak kayanya salah satu pemicunya

Abdi_Khaliq mengatakan...

@anonim "gara gara koin jatuh kak kayanya salah satu pemicunya"
Lah terus hubungannya sama yang dibilang Bang Rasyid "ketidakbecusan pemerintah" sama koin apa??? Asli nanya!

mass_umam mengatakan...

Yang nomer 3 udah terjawab kan, dia dpt dr temennya yg polisi yg pas dijelasin di prolog awal thn 55, temennya yg polisi itu bunuh diri, lalu ninggalin warisan 'senjata' buat budiman. Aku menduga polisi tsb juga ikutan sekte pengabdi setan.

Untuk Tari, aku lebih kepikiran kalo Tari sengaja dijadikan tumbal krn dia penghuni baru

Aku malah penasaran, saat malam kejadian semua penghuni kosong alasannya pada ngungsi, aku curiga mereka semua aslinya gak ngungsi tapi semua sedang ritual sekte sesat.

Semua yg meninggal di lift adl 'tumbal' dari keluarganya yg ikut sekte termasuk ayahnya Ari, aku curiga ibunya Ari yg ikut sekte, krn gak kuat akhirnya bunuh diri. Termasuk Ibunya wisnu , keluarganya pasti ada yg ikutan sekte, ayahnya yg udah meninggal mungkin, atau jangan" Si Wisnu sendiri yg ikutan sekte krn dia paham bahasa isyarat Sekte tsb.

Muhammad Faisal Aulia mengatakan...

Jelek banget nih film, malah menimbulkan banyak pertanyaan ketimbang menjawab misteri dahulu

Nouvaleka mengatakan...

Kan sudah dibilang di filmnya kalau pemerintah bangunnya asal-asalan. 😐

Nouvaleka mengatakan...

Misteri terdahulu terjawab, kok. Soal menimbulkan banyak pertanyaan, ya wajar untuk mancing film ketiganya.

Anonim mengatakan...

Di film ini jokan masukin unsur lgtvhd gak ke filmnya kayak film2 dia sebelumnya?

Vsf mengatakan...

Apakah Pengabdi Setan 2 akan bisa mengalahkan rekor yg sekarang dipegang KKN DESA PENARI? LEBIH DARI 9JUTA PENONTON? Secara baru 2hari udh 1juta aja..

Alvan Muqorrobin Assegaf mengatakan...

Anda pernah nonton film2 horornya A24 tdk? Saya rasa style film Joko Anwar itu mirip2 dg produksi mereka. Selalu penuh misteri, ester egg dan bagian2 yg disampaikan tdk secara gamblang. Justru itu yg bagus, terlepas dri ada atau tidak ada sekuel, film model gini yg dpt mancing diskusi mendalam, bikin filmnya gk gampang mati. Anda hanya kudu mulai terbiasa dg style film kyk gini. Krn itu brarti si movie maker menghargai intelektual penontonnya.

Alvan Muqorrobin Assegaf mengatakan...

50:50 sih klo ini mah. Dulu film Dilan jg tayang bukan pd saat liburan tpi ttp ludes dan jdi salah satu film indonesia terlaris. Apalagi kasus Pengabdi Setan itu kyak Avengers Infinity War. Penonton dibuat nyimpen rasa penasaran yg cukup mendalam slama bbrapa tahun, jdi gk mustahil bisa ngalahin KKN. Kita berdoa saja.

Anonim mengatakan...

Klo menurut gw, film ke 2 cuma kayak ngulang film 1 aja. Cuman beda tempat doang, kalo film pertama di rumah klo skrg di rusun soalnya endingnya sama-sama masih ngegantung juga, entah mungkin emang mau di bikin trilogi. Tapi, satu-satunya hal paling logis ya pas adegan lift itu. Disitu masih masuk akal si kenapa rusun tiba tiba jadi sepi orang, karena adegan lift itu ngebuat horor nya tuh ga memaksakan gitu. Teror hantunya masih juara sih. Terus menurutku adegan pas tara basro di lokasi sekte itu terlalu lama
over all 5/10

Unknown mengatakan...

Lagu "RAHASIA DENDAM" cuman dibikin sepotong yak sama Jokan??? Bwt pemanis di pilem doank... Soalnya di Youtube sama di album OST-nya ndak ada versi full...

Anonim mengatakan...

jangan pernah bandingkan KKN DESA PENARI dengan PENGABDI SETAN...beda atmosfer dan beda alam/universe

jefry punya cerita mengatakan...

Semoga bisa tembus 10jt penonton. Gak rela KKN jadi film terlaris 🤣

Ngomongin Lagu mengatakan...

Adegan lift traumatis banget. Saya menitikkan air mata pas adegan itu. Ratu Felisha cakepnya ampun pas rambutnya dikuncir dua kayak gitu. 🤭

Mahfud mengatakan...

Pernyataan "hanya mengulang film pertama" adalah salah besar, saya pikir film kedua ini lebih unggul dari sisi manapun kecuali cerita masih dipegang yang pertama. Perihal ending ngegantung ya itu memang bisa sjaa sebagai penyerahan bang joko kepada penonton mau diakhiri seperti apa.

Cinema Paradiso mengatakan...

baca komen di sini tak kala seru drpd filmnya jg hahahaha

Anonim mengatakan...

terima kasih Bang Rasyid, reviewnya membuka mata batin, hehe...
sy sdh nonton 5x filemnya, di imax, cgv dan xxi (3x)
paling bagus nonton di imax, gambar dan audionya benar2 nampoll

sy gak mau pusingin film ini lebih baik atau kurang baik dari film pertama atau film lain,
secara keseluruhan, film ini sangat bisa dinikmati, dan tentunya memang tingkat kebrutalannya disesuaikan dgn batas usia penonton (pg13).

walaupun demikian, memang berharap adegan komuni dibagian akhir bisa terlihat jelas, tapi mungkin itulah pilihan sutradaranya, semoga di PS3 semua bisa lebih baik lagi.

Anonim mengatakan...

kalau mau nonton film indibesia *pengabdi setan 2* agar mencari dan cek bioskop yang ada *subtitle terjemahan pakai bahasa indonesia* yang ada di layar biar lebih paham dan mengerti jalan ceritanya...tanpa ada subtitle tidak akan jelas apa yang dibicarakan yang akhirnya mempengaruhi kenikmatan jalan cerita dalam film ini

Alvan Muqorrobin Assegaf mengatakan...

Sebenarnya kenapa sih film horor jadul banyak menggunakan tamplate yang sama, yaitu selalu mengakhiri cerita dengan sosok Ustadz menyelesaikan masalah di ending. Sudah jadi rahasia umum Ini dikarenakan pengaruh rezim Orde Baru yg otoriter. Segala film wajib menyisipkan pesan moral secara gamblang cenderung menceramahi. Pada zaman itu informasi tidak sesanter sekarang, orang2 hanya mendapatkan informasi berdasarkan apa yang mereka tonton atau baca, yang mana konten media tersebut harus sudah diawasi pemerintah. Berbagai bacaan maupun tontonan yg dianggap kiri atau tidak selaras dg jalannya pemerintah akan dibokot, dimusnahkan /disita karena dianggap memicu pemberontakan. Ini juga yang mengakibatkan banyak sastrawan atau aktifis dipenjara bahkan menghilang karena telah mengkritik pemerintah.
Berdasarkan kebijakan-kebijakan otoriter tersebutlah akhirnya Para pelaku seni selalu main aman dengan karya-karya mereka. Perhatikan bahkan film erotis-pun pada masa itu selalu disisipi pesan moral yang terlalu menggurui. Tontonan dan bacaan dengan jualan pesan moral inilah yang akhirnya menanamkan stigma pada orang-orang bahwa dunia ini hanya ada hitam dan putih, baik dan jahat. Thats it. Dan itu yang dikehendaki pemerintahan. Bisa dibilang Ini salah satu upaya pengalihan isu yg cukup ampuh apalagi mayoritas penduduknya islam. Sementara faktanya dunia ini bersifat abu-abu apalagi politiknya. Gk ada yg benar-benar jahat pun gk ada yg bener-benar baik. Semua punya kepentingannya sendiri. Apalagi dg mayoritas islam, tamplate film seperti di atas akan menjangkau lbih banyak orang pada jaman itu. Apalagi ketika sosok yang mereka anggap religius atau suci digambarkan sebagai pahlawan. Dengan pemikiran menggampangkan seperti ini tentu menghindarkan masyarakat dari pemikiran kritis.
Nah dikarenakan sekarang sistemnya sudah reformasi, semua orang bebas berkreasi dan berpendapat tanpa dibayangi ancaman dari pemerintahan. Makanya Joko mencoba mempreteli formula lawas film horor. Dengan menghadirkan sosok ustadz yg lebih humanis dan abu-abu (hanya manusia biasa yg tak lepas dari lupa dan khilaf dan pastinya bisa terluka baik scara fisik maupun mental) dan ini cerdas menurut saya karena filmnya dapat nemancing penontonnya berpikir kritis.
Selipan pesan-pesannya juga jauh lebih jujur, relatable dan tentunya disampaikan dengan cara-cara kreatif sehingga dapat memancing penontonnya untuk berpikir. Sayangnya kebanyakan penonton kita masih cenderung menelan film Pengabdi Setan mentah-mentah, bisa dibilang mereka menonton tanpa mau melalui proses berfikir, dan apesnya film ini diperuntukan bagi penonton yg mau berpikir.
Saya punya 2 teori. Teori pertama Bisa jdi di Pengabdi Setan 2 Communion yg ngebunuh pak ustadz bukan pocongnya. Tapi anggota Sekte di situ. Inget sebelum adegan itu pas Rini dan adek2nya lari. Ada sekumpulan orang berbaju hitam pakai payung. Saya mlah mikirnya si pocong cuma bwt mancing ustadznya naik tangga. Sama kyak di Pengabdi Setan (2017) pocongnya Hendra cuma mancing si ustadz masuk dapur trus Ian yg bunuh.
Teori kedua bisa jadi emang si pocong yg ngebunuh ustadz. Ingat yaa pocong di sini itu bner2 jasad mati yg dikendalikan scara necromancy. Jdi mreka bner2 jasad secara fisik yg bisa menyentuh apalagi melukai. Bukan roh yg tak tersentuh. Dan clue ini diperkuat di opening film ketika jasad2 ini udh menyelesaikan pekerjaanya mreka akan dibiarkan tergeletak bersujud, kembali menjadi mayat sungguhan yang “kosong”
So bagi yang masih gak terima dengan kematian Ustadz di dua film Pengabdi Setan, Izinkan saya bertanya dan coba renungkan, Apakah hanya bermodal status ustadz dapat selamat dari terkaman binatang buas yang kelaparan? Atau Apakah hanya dengan membacakan ayat suci tanpa usaha bertahan hidup, anda akan terlepas dari serangan begal?
Sedari awal Pengabdi Setan sudah menegaskan bahwa Bahaya paling nyata adalah manusia, bukan jin dan makhluk halus. Sebagaimana yang saya sampaikan sebelumnya, di film ini antagonisnya bukanlah roh atau makhluk halus seperti yang biasa kita kenal.
Just Corrcect Me If I Wrong

Fega "AnSAR" Arabela mengatakan...

Hah? Gw jelas kok nontonnya? Nonton Dmn kak? Coba di XXI udh pasti lebih bagus sound sama kualitas gambar. Cinepoljs atau cgv masih kalah jauh

Anonim mengatakan...

Yang mengganggu saya cuma 1 sih bang, kenapa itu jenazah mukanya gak pada ditutup? Dibiarin kebuka gitu aja... Padahal kalo ditutup juga udah ngeri lah yaa...

Anonim mengatakan...

toni...anak setan...lihat 2x senyum menyeringai di wajahnya ketika sama pa ustad

Anonim mengatakan...

film joko anwar nanti ditutup dengan film janji joni bagian 2....semua elemen semua film terhubung dengan JOKO ANWAR CINEMATIC UNIVERSE

Anonim mengatakan...

setuju

Kekkaishi mengatakan...

teriakan wina beneran piercing berasa banget nusuk hati i