6 UNDERGROUND (2019)
Rasyidharry
Desember 16, 2019
Action
,
Adria Arjona
,
Ben Hardy
,
Bojan Bazelli
,
Corey Hawkins
,
Dave Franco
,
Lorne Balfe
,
Lumayan
,
Manuel Garcia-Lufo
,
Mélanie Laurent
,
Michael Bay
,
Paul Wernick
,
Peyman Maadi
,
REVIEW
,
Rhett Reese
,
Ryan Reynolds
8 komentar
6 Underground merupakan film non-Transformers
karya Michael Bay dengan biaya terbesar, yakni $150 juta. Apakah itu
memberi pembeda? Bukankah dalam skema Bayhem,
penambahan biaya hanya berarti peningkatan jumlah ledakan? Sinisme semacam itu
yang bakal membutakan penonton, menghalangi anda memperhatikan detail di tiap set piece, yang menjadikan film ini
salah satu karya terbaik sekaligus paling inovatif sepanjang karir sang
sutradara.
Alurnya tidak jauh-jauh dari pola
film tentang grup ragtag, di mana
sang pemimpin mengumpulkan deretan orang dengan kemampuan berlainan (biasanya
kepribadian mereka tidak bisa disebut “baik”) guna menjalankan suatu misi.
Pemimpin itu adalah seorang milyuner (Ryan Reynolds) yang membentuk grup
rahasia untuk menghabisi kriminal yang tak tersentuh aparat dan pemerintah. Kita
tak mengetahui namanya. Faktanya, tak satu pun anggota diperbolehkan menyebut
nama asli.
Mereka memakai kode angka. Si
milyuner adalah One, Two (Mélanie Laurent) merupakan mantan mata-mata, Three
(Manuel Garcia-Lufo) adalah pembunuh, Four (Ben Hardy) ahlinya urusan parkour,
Five (Adria Arjona) menjadi dokter tim, dan Six (Dave Franco) punya kemampuan
menyetir tingkat tinggi. Nantinya turut bergabung Seven (Corey Hawkins) selaku
penembak jitu. Target mereka adalah melangsungkan kudeta terhadap tirani
Presiden negara fiktif Turgistan (dulu ini nama provinsi di Kekaisaran
Sasaniyah), Rovach Alimov (Lior Raz), lalu menjadikan adiknya, Murat Alimov (Peyman
Maadi) yang pro-demokrasi sebagai pemimpin baru.
Menghancurkan kekuasaan diktator
negara fiktif yang terletak di Asia (terkadang Amerika Selatan) jadi pola
formulaik yang entah sudah berapa kali dipakai film aksi. Sesederhana itu
memang kisah 6 Underground. Tapi
naskah buatan duo Rhett Reese dan Paul Wernick (Zombieland, Deadpool, Life) malah memperumit sendiri penuturannya
lewat pemakaian struktur non-linier kacau, yang melempar rangkaian flashback dengan inkonsistensi fungsi.
Kadang menjelaskan latar belakang karakter, mengapa dan/atau bagaimana mereka
memalsukan kematian lalu bergabung bersama One, tapi tak jarang sebatas selipan
tanpa memberi tambahan informasi signifikan, pun kerap pula tercipta ambiguitas
mengenai latar waktu suatu peristiwa.
Tapi perlu diingat, plot kuat dalam
film Michael Bay merupakan bonus. Menu utamanya selalu aksi, dan tanpa puluhan
robot raksasa berbentuk serupa saling serang, Bay mendorong batasan
kreativitasnya. Bukan sebatas ledakan-ledakan masif, dibantu sinematografer Bojan
Bazelli (The Lone Ranger, Pete’s Dragon),
Bay selalu memperhatikan betul peletakan kamera demi memaksimalkan dampak
sekuen aksi. Penataan set piece-nya
memukau, bahkan di tengah peristiwa besar penuh kekacauan, kita bisa menikmati
peristiwa-peristiwa kecil yang merupakan hasil aksi-reaksi dari peristiwa besar
tersebut.
Dipersenjatai rating R, Bay tidak
segan menumpahkan darah, menghancurkan tubuh manusia, juga menunjukkan detail
serangan dan luka yang diterima korban. Kapan lagi anda melihat seseorang (literally) ditampar oleh sebuah peluru
yang melesat? Semua itu langsung terangum dalam 20 menit pertama yang
menampilkan kejar-kejaran menegangkan di antara keramaian perkotaan Florence,
Italia.
Musik turut berperan penting
membangun keseruan aksi 6 Underground. Pemilihan
soundtrack Bay, diitambah hentakan scoring buatan Lorne Balfe (The Lego Batman Movie, Mission: Impossible –
Fallout), melengkapi pacuan adrenalin yang dihasilkan visualnya. Daftar
putar film ini membentang dari O Fortuna versi
elektronik garapan Spiritual Project hingga Run
milik Awolnation yang tentunya sering anda dengar di berbagai meme. Saya bisa membayangkan Michael Bay
bersenang-senang, tersenyum lebar sembari terus menyalakan peledak demi
peledak.
Tentu 128 menit durasinya tidak
melulu menyajikan aksi, dan saat jeda, memang tiada plot kuat sebagai
penyokong, tapi untungnya ada sentuhan komedi menggelitik serta jajaran pemain
yang serupa sang sutradara, juga nampak bersenang-senang. Berkaca pada dua film
Deadpool, humor buatan Reese dan
Wernick terbukti mewadahi talenta Reynolds, demikian pula di sini. Sarkasme dan
komedi hitam jadi santapan mudah baginya. Sementara para pemain pendukung mampu
melahirkan banter dinamis, termasuk
Arjona yang terlibat sebuah pembicaraan jarak jauh lucu dengan Reynolds. Dan
mungkin cuma Reese-Wernick yang terpikir menjadikan efek suara THX sebagai
senjata yang tak luput memancing tawa.
Walau intensitasnya rutin menurun
tiap adegan aksi sedang absen mengisi, secara keseluruhan dinamika 6 Underground terjaga dengan baik,
sampai klimaksnya, yang biarpun sarat simplifikasi dalam menciptakan konklusi
pun terkesan corny, tetap menjadi
puncak seru nan uplifting dengan lagu
White Flag milik Bishop Briggs selaku
pengiring. Hanya satu harapan saya, yaitu supaya Michael Bay meningkatkan
kualitas pengemasan adegan baku hantamnya (ada potensi terbuang kala Two
membantai pasukan musuh di kapal), namun melihat apa yang film ini tawarkan,
keluhan itu bisa disimpan untuk lain waktu.
Available on NETFLIX
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
8 komentar :
Comment Page:20 menit awal nonton film ini, saya sempat berpikir "apakah salah satu mobil-mobil itu bakal berubah jadi Transformer?" Banyak sound effect familiar.
Serasa menontol deadpool lengkap dgn adegan gore dan sarkasme yg dilontarkan ryan reynolds.
Lagi2, melanie laurent aka shosanna membuat saya (lagilagi) jatuh cinta padanya.
Film netflix sekarang udah gabisa dianggao enteng ya bang makanya masuk di di review juga meskipun ga tayang di bioskop mungkin bentar lagi oscar juga memperhitungkan itu.
Btw buat kepuasan plot cerita the king mantap bang dengan performa kuat si chalamet yg keknya the next di caprio dia
film di awal terpukau. udah bahas masing2 karakter udah malas nontonnya... huaahhhhh
Roma tahun lalu by netflix??
Ini kebut2an terbrutal...busyeet!kerasa fast furious sopan banget...😅😅
Michael Bay for "Fast and Furious 11"
Baru nonton ini maret 2020, dari awal film yang dipikirkan adalah gila mahal banhet pasti ini film. Cukup puas sama aksinya tapi kurang bnget plotnya.
Posting Komentar